Mohon tunggu...
Ichwan Navis
Ichwan Navis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengubah Masalah Menjadi Kekuatan

30 September 2016   21:24 Diperbarui: 30 September 2016   22:02 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua punya masalah. Semua punya beban hidup. Tidak peduli itu orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau tidak berpangkat, orang bergengsi atau tidak. Orang miskin setiap hari punya masalah mau makan apa dia, karena uangnya sedikit, jadi harus super berpikir, berusaha sekuat tenaga untuk menghindari nafsu perutnya yang ingin menyantap hidangan lezat nan mahal.

Begitu pula orang kaya atau berpangkat, dalam konteks sama orang kaya dan berpangkat juga mengalami masalah makan. Jika orang miskin mau makan apa, orang kaya dan berpangkat mau makan dimana. Mengapa ? Jelas, melihat diri mereka yang merasa strata tinggi tidak mungkin asal makan di sembarangan tempat. Lebih lebih tempat mewah berada jauh dari tempat tinggal. Mereka pun pusing. Menghabiskan waktu dan tenaga juga beaya untuk menghindari campur aduk antara strata. Lihatlah, konteksnya sama, hanya secara kentara yang berbeda.

Dua orang karyawan terjebak dalam kemacetan di sebuah kota besar. Sampai di kantor mereka semua telat. Yang satu bilang,” Brengsek, aku benci kota ini. Kota ini kota ini macet !!” Tapi yang satu lagi bilang,” Aku bangga sekali berada di kota ini.” Akhirnya, mereka pun sama sama dimarahi oleh atasan mereka karena sering telat. Mereka tidak bisa beralasan karena macet, namanya juga karyawan selalu mengalah kalau dimarahi.

Tapi yang jadi pertanyaan apa alasan mereka berbeda sikap, sedang mengalami hal serupa ?

Orang pertama melihat kerugian akibat masalah karena menimbulkan kemarahan atasan. Dia sangat tidak enak hati jika dimarahi, meskipun gajinya juga stabil karena kinerjanya bagus. Dia sangat khawatir suatu saat dia diberhentikan akibat masalah itu. Karena itu dia sangat benci kota itu.

Sedang orang kedua bersuka cita. Mengapa ? Karena dengan lamanya perjalanan, dia akan mengurangi waktunya di kantor, yang mana bisa digunakan untuk berbahagia. Dia bisa berpacaran dengan istrinya sepuasnya dengan ponsel ketika dalam kendaraan umum. Selain itu, dia bisa menonton tv, main game, dan lainnya. Intinya, masalah tadi diubah oleh pikirannya menjadi keindahan. Dan itu sangat sangat langka dijumpai orang semacam itu.

Suatu hari, seorang bos memberi dana dana besaran untuk mengiklankan produknya. Semuanya dirapatkan dengan nyata dan serius. Karena ditakutkan akan mengalami kerugian besar akibat dana besar yang dikeluarkan. Setelah diiklan dengan sensasional, banyak orang terdiam hanya melihat iklan tersebut, atau tidak tertarik membelinya. Bos itu pun rugi besar. Dan mengetahui bahwa karyawannya tidak mencantumkan alamat yang bisa dihubungi dalam iklan besar besaran yang mahal. Sebelumnya dia tidak pernah marah, tapi mencari tahu mengapa rugi ? Mengapa orang tidak mau masuk ke dalam iklannya ? Daripada memarahi yang membuang emosi.

Dengan tahu bahwa tidak dicantumkan alamat yang bisa dihubungi, dia pun mengambil pelajaran. Lalu kemudian iklannya lagi muncul dengan wajah baru. Dan langsung booming sensasional ! Banyak orang ternyata tertarik dari dulu iklannya. Hanya saja mereka tidak tahu ke mana mereka harus beli atau menghubungi penjual. Dengan mengetahui “ WHY ? “ Why I’am failed, otak kita ternyata terus mencari tahu jawaban akan masalah yang terus membelenggu. Buang rasa marah, dengki, dan penyakit hati lain, cari tahu penyebab masalah itu, lalu belajar untuk kemudian menjadi pribadi yang lebih baik dan anggun untuk ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun