Ketika melihat buku bersampul putih berjudul Bangun Lagi Dong Lupus itu saya justru memaknainya sebagai "pemaksaan" Lupus agar menjadi sosok remaja era sekarang, bukan menjadi model bagi remaja era sekarang.
Saya berpandangan, remaja era sekarang butuh role model sebagaimana Lupus dan Si Roy di era 1980-an dan 1990-an. Era sekarang butuh Hilman dan Gol A Gong lain untuk memunculkan sosok imajiner yang membumi dengan dunia remaja.
Memunculkan kembali Lupus dengan model remaja sekarang saya anggap sebagai pemaksaan. Saya jadi teringat dengan beberapa kicauan Gol A Agong di Twitter beberapa waktu lalu yang membahas rencana membuat film layar lebar berbasis kisah Balada Si Roy. Dalam beberapa kicauannya, Gol A Gong sempat mendiskusikan apakah Roy di film itu sosok Roy era 1980-an hingga 1990-an atau dikemas menjadi sosok remaja sekarang (sebagaimana Lupus dalam Bangun Lagi Dong Lupus)?
Seingat saya, diskusi di Twitter ihwal kemasan sosok Roy itu berujung: Roy adalah monumen remaja era 1980-an hingga awal 1990-an. Bila Roy era itu dikemas menjadi Roy era sekarang berarti harus benyak perubahan. Mosok Roy membawa Blacakberry atau smartphone lainnya....
Mungkin, ini pandangan saya pribadi sebagai bekas remaja era 1980-an hingga 1990-an awal, sosok Lupus memang idealnya juga jadi monumen remaja era itu. Monumen remaja selain yang digambarkan dalam sosok Roy. Lupus tak perlu dipaksa menjadi remaja era sekarang... Saya yakin "pemaksaan" Lupus menjadi remaja era sekarang itu tak lepas dari kebutuhan jual beli, kebutuhan menghadirkan produk layak jual untuk remaja era sekarang yang memang hidup di dunia konsumerisme. Walau demikian, saya berharap memaksa Lupus menjadi remaja era sekarang itu berdampak positif untuk turut membangun remaja era digital ini... Kalau ternyata tidak, ya namanya juga memaksa.... efek paksaan biasanya kan tidak bagus...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H