Mohon tunggu...
ichwan prasetyo
ichwan prasetyo Mohon Tunggu... -

Saya jurnalis, suka membaca buku, suka mengoleksi buku, suka berkawan, tak suka pada kemunafikan. Saya memilih lebih baik hidup terasing daripada menyerah pada kemunafikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketoprak Serius dengan Lakon Jokowi

19 Maret 2012   00:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:50 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya. Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur, berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah, berangkat bulan Juni. Total14.000 orang prajurit. Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun, pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya.

Walaupun kembali mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur Jenderal VOC yaitu J.P. Coen meninggal, menjadi korban wabah tersebut.

Sultan Agung pantang menyerah dalam perseteruannya dengan VOC Belanda. Ia menjalin hubungan dengan pasukan Kerajaan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC. Namun, hubungan kemudian diputus pada tahun 1635 karena ia menyadari posisi Portugis saat itu sudah lemah.

Kekalahan di Batavia menyebabkan daerah-daerah bawahan Mataram berani memberontak untuk merdeka. Diawali dengan pemberontakan para ulama Tembayat yang berhasil ditumpas pada tahun 1630. Kemudian Sumedang dan Ukur memberontak tahun 1631. Sultan Cirebon yang masih setia berhasil memadamkan pemberontakan Sumedang tahun 1632.

Pemberontakan-pemberontakan masih berlanjut dengan munculnya pemberontakan Giri Kedaton yang tidak mau tunduk kepada Mataram. Karena pasukan Mataram merasa segan menyerbu pasukan Giri Kedaton yang masih mereka anggap keturunan Sunan Giri, maka yang ditugasi melakukan penumpasan adalah Pangeran Pekik pemimpin Ampel. Pangeran Pekik sendiri telah dinikahkan dengan Ratu Pandansari adik Sultan Agung pada tahun 1633. Pemberontakan Giri Kedaton ini berhasil dipadamkan pasangan suami istri tersebut pada tahun 1636.

Laksana Sultan Agung menyerbu Batavia, langkah politik Jokowi maju dalam Pilkada DKI pasti membutuhkan dukungan banyak hal, baik logistik, tim kampanye sebagai "pasukan infanteri penyerbu" kantong-kantong suara di DKI, basis komando untuk mengatur strategi, jenderal-jenderal operator lapangan untuk menghadapi serangan balik dari rivalnya yang menguasai DKI Jakarta atau yang sama-sama ingin "menguasai" DKI Jakarta, dan lainnya.

Sultan Agung dan tentaranya kalah karena gudang logistik dibakar, dihancurkan dan dimusnahkan oleh tentara VOC. Kisah "perjuangan" Sultan Agung ini, dulu pada era 1980-an dan 1990-an, sering saya dengarkan dalam format ketoprak yang disiarkan RRI Nusantara 2 Yogyakarta. Kini, Jokowi berperan sebagai Sultan Agung yang "menyerbu" Jakarta. Apakah dia akan kalah sebagaimana Sultan Agung atau membuat sejarah sendiri yang berbeda sama sekali? Saya memilih tetap antusias mengikuti ketoprak serius Pilkada DKI dengan lakon Jokowi. Semoga di tengah pergelaran lakon ini ada sajian adegan dagelan yang menghibur dan membuat saya ngakak sampai ndangak....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun