Mohon tunggu...
ichwan prasetyo
ichwan prasetyo Mohon Tunggu... -

Saya jurnalis, suka membaca buku, suka mengoleksi buku, suka berkawan, tak suka pada kemunafikan. Saya memilih lebih baik hidup terasing daripada menyerah pada kemunafikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Uji Emosi Esemka Setelah Uji Emisi: Urusan Teknis Itu Ilmiah dan Mudah

6 Maret 2012   00:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Mobil ESEMKA Gagal Uji Emisi, Walikota Solo Semangati SiswaTetap Produksi Mobil Rakitan. Demikian berita yang diunggah dalam situs voanews.com, Jumat, 2 Maret 2012.
Kementerian Perhubungan menyatakan mobil Esemka Rajawali, mobil rakitan para siswa SMK di Solo,  tidak lulus uji emisi. Walikota Solo, Joko Widodo, menyatakan kecewa dengan hasil itu tapi dia juga menyatakan kekecewaan cukup dua atau tiga detik saja, setelah itu harus bersemangat untuk memperbaiki mobil rakitan itu. Dia secara khusus datang ke SMKN 2 Solo dan berbicara di hadapan para siswa serta menyemangati berbagai SMK perakit mobil tersebut agar terus berkarya.

Mobil Esemka memang berhasil menarik perhatian seluruh warga bangsa ini. Emosi yang membuncah seiring citra mobil Esemka adalah cermin kerinduan warga bangsa ini atas jati diri bangsa yang mandiri dan penghargaan terhadap kemampuan anak bangsa berkarya nyata. Kini, urusan mobil Esemka melebar menjadi urusan politik. Saya mengistilahkan uji emisi Esemka kalah hiruk pikuknya dibandingkan uji emosi Esemka.

Mobil rakitan ini sebenarnya dibikin sejak tahun 2008 lalu. Mobil ini sudah beberapa kali dipamerkan, termasuk di Jakarta. Namun, ketika itu tak ada satu pihak pun yang melirik mobil rakitan para siswa SMK di bawah proyek pembelajaran dan pelatihan otomotif yang dibiayai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dulu Kementerian Pendidikan Nasional) itu.

Mobil ini menarik perhatian dan membangkitkan emosi warga bangsa ini setelah "ditunggangi" Walikota Solo Joko Widodo dan wakilnya FX Hadi Rudyatmo. Saya punya persepsi, Joko Widodo-FX Hadi Rudyatmo "menunggangi" mobil Esemka Rajawali--dalam konteks menunggangi sebenarnya dan menunggangi untuk menarik perhatian warga bangsa ini atas karya siswa-siswa SMK--dengan pikiran teknis ilmiah.

Mereka melihat siswa-siswa di Solo dan sekitarnya mampu merakit mobil sendiri. Kemampuan itu tak boleh disia-siakan. Dan ini jadi peluang untuk menumbuhkan industri mobil nasional yang merangkul kalangan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Dan dengan gaya kepemimpinan mereka selama ini, saya juga punya persepsi mereka "menunggangi" mobil Esemka Rajawali demi membangun jati diri bangsa, melawan dominasi kekuatan politik global yang menenggelamkan kemampuan dan potensi bangsa, yang ujungnya adalah mengangkat harkat dan martabat bangsa ini. Mereka bermaksud memulainya dari Solo.

Sejak awal Esemka berhasil menarik perhatian publik Indonesia, suara-suara nyinyir juga bersipongang. Banyak orang berkuasa di negeri ini menilai Joko Widodo dan FX Hadi Rudyatmo hanya menunggangi Esemka demi kepentingan politik mereka, terutama Joko Widodo yang dikabarkan mengincar kursi Gubernur DKI Jakarta. Faktanya, dalam persepsi saya, kepentingan politik ini terlalu "tak nyambung" dengan Esemka. Wong kenyataannya Joko Widodo juga tak menunjukkan langkah politis ke DKI Jakarta itu. Sedangkan FX Hadi Rudyatmo saya pikir "apa kepentingan politik dia?".

Saya lebih tertarik mendudukan persoalan Esemka ini dalam dua ranah, yaitu urusan teknis dan urusan politis. Urusan teknisnya sederhana, yaitu kegagalan Esemka dalam uji emisi dan uji kemampuan lampu.  Selain itu, juga persoalan komponen yang dirakit. Urusan emisi dan kemampuan lampu, menurut saya, mudah sekali penyelesaiannya. Itu murni urusan teknis. Ukuran dan metodenya jelas. Kita punya banyak ahli otomotif yang mampu menyelesaikan urusan ini hanya dalam beberapa hari, atau malah cukup beberapa jam saja.

Urusan komponen yang dirakit, menurut saya juga urusan teknis. Ingat, kita pernah punya mobil nasional--statusnya benar-benar mobil nasional karena didukung beleid pemerintah dan didukung presiden saat itu, yaitu mobil Timor. Berapa kandungan lokal mobil ini. Setahu saya kandungan lokalnya hanya "merek Timor" itu, sedangkan kandungan teknisnya, setahu saya, murni dari pabrikan di Korea Selatan.

Jadi kalau mau memperdebatkan urusan emisi, kemampuan lampu dan kandungan komponen lokal mobil Esemka, menurut saya tak perlu bertele-tele. Itu urusan sangat teknis dan sangat ilmiah. Penyelesaiannya sangat mudah. Ada metode ilmiah yang sangat selaras dengan hukum alam untuk menyelesaiakannya.

Persoalan yang bikin ruwet adalah persoalan politik. Perdebatan yang mengemuka beberapa hari terakhir ihwal komponen yang dirakit menjadi mobil Esemka, menurut saya, adalah urusan bukan teknis dan tidak ilmiah, tapi justru dibesar-besarkan, dianggap sebagai urusan substansial. Padahal, ini bisa jadi adalah keuntungan bagi pihak-pihak yang berpotensi dirugikan olah kehadiran Esemka, apalagi ketika Esemka diproduksi secara massal dengan model industri yang melibatkan pengusaha mikro, kecil dan menengah.

Para pendebat urusan komponen ini sebaiknya belajar sejarah. Bacalah riwayat mobil-mobil nasional di banyak negara lain--yang benar-benar berstatus mobil nasional--yang ternyata juga mencomot komponen mobil merek lain, bahkan ada yang 100% mobil merek lain yang cuma diganti mereknya.  Saya tak hendak menyajikan dokumen sejarah tentang mobil-mobil nasional itu. Saya persilakan para pendebat Esemka mencarinya sendiri. Ini sekaligus untuk memenuhi harapan saya agar "tradisi bergerak cepat dari era praliterer menuju erapascaliterer" di negeri saya tercinta ini (Indonesia) bisa sedikit dikoreksi dengan menapaki tradisi literer.

Demikian. Urusan mobil Esemka kini bukan uji emisi, tapi uji emosi. Intinya, urusan teknis itu ilmiah dan mudah diselesaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun