Mohon tunggu...
ichsan vanandjung adisusanka
ichsan vanandjung adisusanka Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar Teori bukan dari sekedar Almamater dan buku-buku kritis tapi dari setiap langkah kaki ini, tulisan-tulisan dan memperkaya pengalaman tanpa melupakan Sang Kuasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Kata Ibu

30 Januari 2011   18:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan keterbatasmu, dengan rasa cinta pada sesamamu, jangan jadikan itu sesuatu kelemahan diri,, manusia sudah pantas ber-ikhtiar dibawah naunganNYA, sesungguhnya ada yang sedang mendekatimu dalam waktu dekat ini, dan dialah yang akan jadi pelengkap kelak di-jalan hidupmu,,
Meski beberapa kali kamu dihadapkan pada proses 'belajar', meski kamu merasa sudah 'siap' dengan bahasamu,, tapi sang Pengatur tak pernah tidur, DIA senantiasa mencatat nazzar hidupmu, mempertimbangkan dengan segala keperluanmu,,,
Apakah kamu percaya, kalian akan saling 'perlu', kalian akan saling ketergantungan. Dan kalian akan lebih pandai menghargai 'peran' masing-masing,,,
Teruslah baca surah maryam yang kadang buat kepalamu pening, tanganmu lunglai, hatimu panas dan penuh kantuk di-sepertiga malam,, biarkan mereka mendengarkan 'ngaji'mu yang masih mirip anak-anak belajar di-setiap bada' Isya di mushola,,

Lihatlah mataku, dan bersikaplah kuat meski kau selemah rumput yang tempo hari kamu ceritakan padaku, filosofi kuat Fidel Castro yang selalu kamu pegang,,
Manusia perlu menangis, kamu perlu bercerita setelah kamu ber-tasbih didepanNYA,,
Ingat tulisanmu 4tahun lalu ttg syair Imam Ghozali, setiap yang kuat sebenarnya selalu kalah,, setiap kamu mempunya rasa yang besar disana pula terjalannya lebih berliku,,
Kamu bukan laki-laki kasar seperti yang selalu kamu ceritakan padaku,
Kamu hanya pintar berpaling karena ketakutanmu,,
Tapi, Aku bangga kamu masih punya dua kepalan tangan yang selalu kamu cengkeram kuat berisi Doa-doa' tulusmu padaNYA,,
Kamu telah membuatku bangga akan keberanianmu, kamu tunjukan sebagaimana laki-laki dewasa,,
Kamu perkenalkan dia padaku, bagaimana kamu mengenalnya, bagaimana kamu membanggakannya,,
Kamu selalu pantas dicintai,
Kamu akan selalu jadi laki-laki yang siap membuka tabir misteri dalam diri karena ketulusanmu,,
Kamu seperti belati yang ujung atas, bawah dan peruncingnya itu tajam dan siap kamu tusukan,, itulah kamu,,,
Kamu tak akan pernah bisa menyembunyikan rasamu, marahmu, kecewamu,,,
Aku tahu, kamu masih sadar setelah sepersekian detik kamu mengambil keputusan bahwa jalan ke-gunung ini keliru adanya,,
Perbaikilah seperti seorang Ksatria yang kehilangan pedangnya, asahlah kembali,

Sekian tahun kamu selalu tunjukkan perbedaanmu bersikap,,
Aku kadang marah, kamu seberani itu,,
Aku kadang marah, kamu semarah itu,,
Dan Aku tahu Kamu tak bisa simpan amarahmu lama-lama karena hal kecil sekerikil,,,
Berfikirlah bahwa proses belajar itu bukan semata-mata di'jalan'mu, mereka punya alur yang berbeda,, mereka punya karakter yang penuh makna,,
Ucapkanlah 'maaf' dengan tulus bila itu sebuah kesalahan,,
Laki-laki yang merengek-rengek minta kapal-kapalan itu sudah setinggi Nicholas Cage !! Bahasanya sudah se'aneh' Sigmund Freud,, Perasaannya sudah hampir sepuitis Rendra !!!
Tapi sikapmu masih sepayah 'squid ward',,,
Kamu pernah bercerita tentang tulusnya perempuan Jogja, tentang uniknya perempuan Berau, kaku'nya perempuan Lahat, Manjanya perempuan sunda!!! Tapi karena memang kamu punya cerita cinta tentang bagaimana ber-implementasi hidup,, meski itu bagian dari gagal,, bagian dari goresan pedih,, kekecewaanmu yang hampir tak berarti dibanding kekecewaan mereka,,,
Candaanmu yang selalu diingat, spontanitasmu yang buat mereka jera,,
Aku tahu itu cinta seperti 35tahunan lalu,,,
Semua bisa terjadi dengan atau tanpa waktu yang lama,, karena sesungguhnya misteri itu ada padaNYA.. Kamu tinggal memohon berkali-kali meminta dibukakanNYA tabir itu,,,
Ini tentang isi hatimu,,

Lalu, kamu bercerita tentang bekal materimu,,,
Itu bukan sebuah keterbatasan. Selama kamu masih merasa organ tubuhmu berfungsi baik, memakai kaki-kakimu kuat-kuat untuk melangkah, tatapan tajam dua mata kedepan,,
Bekalmu adalah bagaimana kamu berusaha,, semua bukan karena itu, tapi karena niatmu,,,
Aku tahu itu tak cukup untuk seorang duniawan/duniawati,,
Itu hal yang penting, tapi bukan poin yang ada dipertama, kedua, ketiga, keempat atau bahkan itu ada dipoin ketujuh,,
Anggaplah itu bagian dari motivasimu agar bisa mencukupi bukan melebihi,,
Meski setiap langkah kamu merasa dipecundangi, dihalang-halangi, menjadi seseorang dari sepersekian orang yang sinis,,
Itu bagian dari hidup, bagian dari warna pudar habluminannass,,

Lalu kamu bercerita tentang bagaimana orang tua menilaimu,,
Kamu tak akan pernah siap, kalau mereka bertanya tentang persiapanmu lalu kamu jawab 'Tidak'!!
Karena apa yang kamu fikir, itu yang akan terjadi,, ini hanya sebuah rahasia,, tapi berfikir lebih baik, jalanmu akan semakin baik lagi,,
Semua kembali lagi ke-asal imajinasimu tentang warna yang akan kamu pilih u/ duniamu sendiri,,
Doa' mereka selalu yang pertama kali terucap dihadapanNYA u/ mengiring kuatnya Doa'mu,,,
Berikan keterbatasanmu menjadi sebuah motivasimu melangkah dan mereka akan senantiasa mengiringi,,

Lalu kamu berbicara tentang satu-satunya laki-laki di 'garis' ini, dengan tanggung jawab sebagai seorang presiden direktur keluarga, seorang manajer finansial, sebagai 'superman' u/ keluargamu yang lain,,
Dan kamu tahu, peranmu sungguh diharapkan, tegasmu ditunggu, konsistenmu !!

Dan kamu bercerita tentang segaris 3bulan cerita,, meski tak dirasa, Kamu lebih menderita drpd nasib boneka Voodo yang hanya dihiasi jarum-jarum dan pisau yang tajam,,
Kamu lebih memilih dihantam sebuah gada raksasa dikepalamu, drpd harus pelan diiris lewat 'kesalahan' peran,,

11112011, Itu sudah tertulis lewat mulutmu, diketahui Malaikat-malaikat, didengar sang Agung, tertulis disetiap buku-bukumu dari 15tahun lalu, terbaca generasi diatasmu, dan mereka tahu saat itu, sebelumnya kamu akan lebih siap drpd peran 'tegar'mu hari ini,,,

Semua saling berencana, kalau memang kamu dihadapkan sebuah kondisi yang mengurungkan niatmu, hadapi saja, lalu berjalanlah, lalu belajarlah, lalu putuskanlah,,,

Jika saja ini adalah akhir dari sebuah buku, bakarlah !!! Karena isinya sudah kamu kaji, resapi dan tolak ukur belajar dewasamu,,,

Lalu, kamu akan meminta maaf sedalam-dalamnya Laut Merah seperti yang diceritakan William Wallace ketika berfikir Perancis yang akan menolong menghentikan sesat-fikirnya Inggris,,,
Sebuah ilusi yang akan membuat motivasimu tak redup,,,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun