Mohon tunggu...
ichsan vanandjung adisusanka
ichsan vanandjung adisusanka Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar Teori bukan dari sekedar Almamater dan buku-buku kritis tapi dari setiap langkah kaki ini, tulisan-tulisan dan memperkaya pengalaman tanpa melupakan Sang Kuasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Empathy as a Complex Social Behavior

19 Desember 2009   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:53 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memulai empati adalah bertemu, bertatap, berbicara dan berhubungan. Hal yang mudah dan sederhana tetapi setiap individu merasa empati adalah Hal tersulit dilakukan daripada simpatik,, menurut kita duluan mana ya, Empati atau Simpatik ?

Sebuah Teoritis

Menempatkan perspektif orang lain kedalam perspektif pribadi menjadi syarat penting dalam empati. Poin ini sebagai pelengkap syarat lainnya yaitu emotional sharing dan self awareness, sebuah proses esensial. yang berfungsi untuk mengadaptasi dan mengatur perspektif pribadi yang secara otomatis akan timbul dari setiap interaksi sosial. Leslie, 1987 dalam Decety, 2005, didalam empati terdapat tahapan yang membentuk tiga lapisan tipis, yaitu :


  1. Mengesampingkan perspektif pribadi,
  2. Membayangkan kondisi psikologis orang lain,
  3. Meng-implementasi konten yang menggambarkan kondisi Psikologis tersebut.


suatu kondisi  yang tidak melupakan bahwa kita berada dalam kondisi as if atau bayanganlah yang akan membuat kita mampu memproses ketiga lapisan itu. Kondisi ini pula yang memungkinkan kita bisa ber-empati terhadap orang lain karena kita merasa "larut".

Jika seorang sahabat merasa dan menyatakan seakan tidak ada jalan keluar dalam permasalahannya, kita berpeluang untuk melihat dan menelaah, setidaknya bisa mengurai kembalistruktur permasalahan dan kondisi yang sedang dialami secara kognitif dan afektif. contoh kalimat empati yang spontanitas kita ucapkan adalah "Saya bisa mengerti apa yang kamu fikirkan dan bisa merasakan apa yang kamu rasakan". selanjutnya membuka kesempatan untuk diskusi lebih sehat. Kita sendiripun  berlatih untuk tidak terjebak menjadi individu egosentris seperti masa kanak-kanak dulu(Sumber Wikipedia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun