Mohon tunggu...
Ichsan Herwanto
Ichsan Herwanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Angkatan Covid-19

Lagi kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Suka banget sama bola dan makan. Visca Barca!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

"Banjir Diskon", Pesan-Antar Makanan Online Menjadi Candu

6 Januari 2022   13:28 Diperbarui: 6 Januari 2022   14:00 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perubahan budaya seiring dengan perkembangan zaman membuat definisi budaya populer menjadi semakin kompleks. (Strinati, 2009) menyatakan bahwa budaya populer adalah trend masa kini yang tengah populer di kalangan masyarakat serta banyak yang mengikuti di kehidupan sehari-hari dan juga suatu budaya yang bisa dikatakan lahir karena faktor diluar sistem kebudayaan yang wajar.

Saat ini, orang-orang semakin banyak memiliki kesukaan baru atau tidak biasa. Mulai dari budaya baru dalam membeli makanan dan lainnya. Jika dahulu ketika kita ingin membeli makanan, kita harus pergi mengunjungi warung makan tersebut untuk memesan. Baru menyantap di tempat atau kita bawa pulang. Sekarang, teknologi semakin berkembang dengan pesat. 

Tentunya hal ini berdampak pada peningkatan berbagai aspek kehidupan tak terkecuali dunia kuliner dan makanan. Layanan pesan-antar makanan online menjadi hal yang paling diminati oleh masyarakat. Pemesanan makanan online biasanya dilakukan melalui beberapa platform seperti Go Food, Grab Food hingga ShopeeFood. Layanan pesan makanan online yang semakin berkembang menawarkan kemudahan konsumen dari segi menghemat waktu, tenaga, serta memberi kepraktisan saat ingin membeli makanan atau minuman.

Beberapa platform pesan-antar makanan online yang kini menjadi sangat berkembang di Indonesia. Perkembangan teknologi tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memesan makanan di berbagai macam variasi restoran yang mereka inginkan. Platform-platform tersebut terus meningkatkan inovasinya dari tahun ke tahun agar semakin membuat konsumen merasa nyaman dan puas dengan jasa yang ditawarkannya, termasuk food delivery services mulai dari fitur kemudahan aplikasi yang digunakan konsumen hingga mendengarkan review atau feedback dari konsumen agar konsumen bisa kembali menggunakan jasa layanan pesan-antar makanan tersebut.

Platform-platform online tersebut berlomba-lomba juga membanjiri diskon besar-besaran setiap saat kepada konsumennya, bahkan ada yang menawarkannya setiap hari. Diskon-diskon tersebut bervariasi mulai dari potongan 50% hingga 100% sebagai strategi pemasaran untuk menarik pelanggan yang cukup besar, hal tersebut diharapkan mampu memengaruhi keputusan pelanggan makanan online untuk menggunakan layanan platform pesan makanan online tersebut. 

Contoh-contoh banjir diskon tersebut adalah "Pesta Diskon" setiap hari dari ShopeeFood, "Parade Diskon" dari Grab Food hingga "Pasti Ada Promo" dari Go Food. Diskon-diskon tersebut merupakan faktor terpenting untuk menarik minat konsumen dalam pemilihan pembelian makanan atau minuman secara online. Satu hal yang juga mempengaruhi pembelian melalui platform online adalah kemudahan bertransaksi. Platform tersebut juga menyediakan berbagai pilihan dalam membayar bisa melalui COD (Cash On Delivery), transfer bank dan E-wallet. Selain adanya kemudahan pembayaran, pelanggan juga bisa mendapatkan layanan gratis ongkir (Ongkos Kirim).

Memesan makanan secara online telah menjadi sebuah kecanduan pada masyarakat saat ini, dengan adanya jasa pesan-antar makanan ini justru membuat mereka menjadi malas untuk berjalan atau berpergian untuk mencari makanan/minuman. Bahkan tempat paling terdekat pun mereka sampai tidak ingin mengeluarkan kemauannya untuk berjalan ke tempat tersebut. Kecanduan-kecanduan tersebut melahirkan beberapa budaya baru yang tidak biasa, sehingga menimbulkan berbagai pendapat atau pandangan. 

Kecanduan masyarakat tersebut juga melahirkan budaya konsumerisme. Budaya konsumerisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang akan tetapi menimbangkan nilai atau pengaruh yang melekat pada barang tersebut (Hasan Sazali & Fakhrur Rozi, 2020). 

Kebutuhan untuk selalu berbeda yang tak pernah berhenti sepanjang hayat inilah yang menjadikan konsumsi harus menjadi satu proses terus-menerus dilakukan tanpa pernah terpuaskan (Ritzer, 2003). Adanya promo tak selamanya berbanding lurus dengan penghematan. Tanpa disadari, justru pemborosan yang terjadi karena anda akan tergoda untuk terus memesan makanan secara online. 

Begitu sadar, pengeluaran untuk memesan makanan secara online sudah membengkak. Kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan menimbulkan efek ketergantungan, sehingga kita akan tergerak untuk menggunakan layanan tersebut secara berulang, apalagi jika ada pancingan berupa promo-promo menarik baik diskon harga makanan maupun gratis ongkos kirim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun