Mohon tunggu...
Ichsan Herwanto
Ichsan Herwanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Angkatan Covid-19

Lagi kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Suka banget sama bola dan makan. Visca Barca!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tetap Eksis dengan Gulali Jadulnya, Kang Cecep Bikin Nostalgia!

9 Desember 2021   00:52 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:22 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Pasar Beringharjo yang selalu ramai dengan hiruk pikuk para wisatawan terdapat pedagang gulali jadul yang manis dan menggoyang lidah. Kang Cecep terlihat asyik membentuk gumpalan gula yang berwarna dan dipanaskan di sebuah wajan kecil yang di letakkan digerobak panggulnya. Setiap hari, Kang Cecep (31) selalu membawa dagangannya dari terbit hingga terbenamnya matahari.

Di awal pandemi, Cecep yang biasanya melayani ratusan siswa sekolah-sekolah di Yogyakarta harus menghentikan dagangannya selama beberapa bulan dan lalu dia pulang ke tanah kelahirannya, garut. Cecep sendiri mengaku bahwa pandemi menjadi tantangan terberat selama menjadi pengrajin gulali jadul. 

Tak sampai disitu, dia terus berjuang melawan pandemi dan harus menafkahi keluarga di rumah dengan kembali ke Yogyakarta dan melanjutkan dagangannya. Setiap hari dia beristirahat dan menghabiskan waktu malamnya di salah satu sekolah di sudut Yogyakarta.

Kang Cecep sendiri mengaku senang saat menggeluti pekerjaannya membuat gulali jadul. Cecep terlihat asyik membentuk gumpalan gula yang berwarna dan dipanaskan di sebuah wajan kecil yang diletakkan di gerobak panggulnya. 

Dengan cekatan laki-laki paruh baya itu membentuk hewan gajah yang bergading. Dengan daya kreatifitas yang tinggi ia meraih tusukan lidi yang dibawah bulatan gula panas yang berbentuk hewan gajah yang dibentuknya. 

Selanjutnya, gulali dengan bentuk gajah tersebut dibungkus dengan plastik agar tetap higienis. Dia mengaku mampu membuat 15 bentuk benda dan hewan. Bahkan sebagian besar gulali yang dibuatnya hanya butuh waktu 3 menit untuk menjadi sebuah bentuk yang diinginkan. 

“Biasanya pembeli banyak meminta bentuk hewan. Kalau bentuk-bentuk lainnya banyak yang suka juga seperti bentuk tumbuhan. Saya sangat senang menggambar berbagai bentuk itu, tapi ya harus punya daya kreatifitas yang tinggi juga,” ujar kang Cecep penjual gulali.

Profesi membentuk gulali menjadi berbagai macam bentuk benda dan objek tersebut ternyata sudah digeluti sejak 2011.  Pada tahun tersebut, gulali itu masih banyak yang meminati dan dicari oleh anak-anak, sehingga untuk menjajalkan gulali buatannya dia hanya berkeliling-keliling sekolah dan berjalan kaki puluhan kilometer. Dia mengaku mampu menjajalkan gulali dagangannya hingga ke sejumlah sekolah-sekolah.

Untuk menjajalkan gulali dagangannya, Kang Cecep mengaku tidak ada hari libur. Baginya tidak ada hari tanpa menjual gulali dagangannya, meskipun hari libur. Dia menjual gulalinya di lain tempat selain sekolah, seperti alun-alun kidul. Disana pembelinya bukan hanya anak-anak tapi juga orang dewasa hingga WNA.

“Saya beberapa kali menemukan WNA membeli gulali saya. Saya percaya diri dan tak takut untuk berkomunikasi dengan WNA dengan bahasa isyarat, “ujarnya sambil tertawa.

Dalam sehari, Kang Cecep mengaku mampu menghabiskan 3-5 kilogram gula pasir dan pewarna makanan untuk membuat gulali. Gula pasir tersebut akan dipanasi oleh Kang Cecep diatas wajan kecilnya yang dipanasi oleh arang kayu. Setelah beberapa saat mencair dan mulai mengkeras, Kang Cecep menambahkan warna makanan untuk membuat gulalinya lebih menarik dan cantik saat dilihat.

Meski dijajakan di atas gerobak panggul yang kecil, Kang cecep mengatakan bahwa dagangannya bebas dari boraks dan bahan kimia berbahaya lainnya. Karena dagangannya juga sudah melalui pemeriksaan kualitas dari dinas kesehatan dan BPOM setempat. “Saya jamin bersih dari bahan kimia berbahaya dan juga sudah sering dicek oleh pihak terkait,” ucapnya.

Diusianya yang sudah kepala tiga, Kang cecep mengaku akan tetap mencintai profesinya sebagai penjual gulali jadul, jajanan kuno tersebut sekarang makin dicari oleh orang-orang yang ingin bernostalgia dengan masa kecilnya. Dia mengaku selama sekolah-sekolah belum melakukan pembelajaran normal atau tatap muka, dia akan tetap berjualan di sekitar kawasan malioboro. 

Selain menjadi mata pencahariannya, menjual gulali tersebut merupakan hobi dan kepuasan bagi dirinya. Karena dia bisa memiliki daya kreatifitas yang tinggi dan juga melihat pembeli merasa senang dengan karya-karya yang dia buat. 

“Saya senang dan bangga dengan profesi saya, karena ini bisa membuat saya kreatif dan sebuah karya yang membuat orang lain bahagia dengan gulali yang saya buat,” pungkasnya. (IH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun