Hasan Ahmed Abdul Rahman Muhammad Al-Banna atau yang lebih dikenal sebagai Hasan Al-Banna adalah seorang tokoh penting dalam sejarah kebangkitan Islam di Mesir dan juga pendiri gerakan kebangkiran Islam yang bernama gerakan Ikhwanul Muslimin yang di dirikan pada tahun 1928 M di Mesir. Hasan Al-Banna lahir pada 14 Oktober 1906 di daerah Mahmoudeyya masih wilayah negara Mesir. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga 'ulama yang sangat taat kepada ajaran agama dan peduli terhadap sesama, yang mempengaruhi pandangannya terhadap agama dan memiliki pendidikan dasar pendidikan agama yang kuat, ia menempuh pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi Al-Azhar University dan mendapatkan gelar sebagai guru (masyayikh).
Sejak muda, Hasan Al-Banna terlihat memiliki rasa ingin tahu dan menunjukan minat yang besar terhadap isu-isu sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Ia melihat umat Islam pada waktu cenderung mengalami kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam segi intelektual disebabkan oleh sistem kolonialisme barat yang merugikan umat Islam. Selain mengalami kemunduran dalam segi intelektual, umat Islam pada waktu itu terlalu fokus pada hal-hal 'ubudiyyah yang bersifat metafisika hingga mengacuhkan aspek sosial sehingga tidak ada ghiroh (semangat) untuk mencapai kemajuan umat Islam ketika berada dalam fase kemunduran.
Dari realita itulah seorang hasan Al-Banna memiliki keinginan untuk berupaya membangkitkan semangat umat Islam dari kolonialisme, kemunduran, keterpurukan, dan keterbelakangan melalui gerakan Ikhwanul Muslimin yang menghidupkan kembali nilai-nilai ajaran Islam dan mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Organisasi gerakan Ikhwanul Muslimin didirikan sebagai respon terhadap kolonialisme di Mesir, kemunduran umat Islam terlihat ketika runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyyah atau dinasti Ottoman pada tahun 1924 M, serta pengaruh sistem sekularisme Barat yang mulai masuk kedalam dunia Islam, munculnya perpecahan internal dikalangan umat Islam baik secara aliran aqidah maupun ideologi, proses modernisasi yang diadopsi oleh beberapa negara Muslim seringkali diiringi dengan sekularisasi yang diaggap mengancam nilai-nilai tradisi Islam, banyaknya masalah sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang ada. Maka dari itu yang melatar belakangi berdirinya gerakan organisasi Islam yaitu gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipelopori Hasan Al-Banna memiliki tujuan untuk membangkitkan semangat umat Islam, memperkuat persatuan diantara umat Islam untuk kembali kepada ajaran Islam, dan mendorong agar dapat membawa perubahan bagi umat Islam yang lebih baik. Hasan Al-Banna berpandangan bahwa Islam bukan hanya agama, melainkan sebuah cara hidup yang mencakup kehidupan dalam semua aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Lantas apa dan bagaimana fokus utama dalam gerakan Ikhwanul Muslimin ?
Pada awalnya, gerakan Ikhwanul Muslimin berfokus dalam ranah pendidikan dengan tujuan untuk mendidik, pembinaan moral, serta meningkatkan sumber daya manusia kepada masyarakat. Hasan Al-Banna menggunakan metode Tarbiyah sebagai Metode Perubahan, Tarbiyah (pendidikan dan pembinaan) adalah metode utama yang digunakan Hasan al-Banna untuk mencetak kader-kader Islam yang berkualitas. Ia percaya bahwa perubahan besar harus dimulai dari individu yang memiliki akhlak mulia, pemahaman Islam yang benar, dan semangat perjuangan. Dengan memperbaiki individu Muslim, masyarakat dapat diperbaiki, dan pada akhirnya sistem pemerintahan Islam yang relevan dapat ditegakkan, sistem pembinaan Ikhwanul Muslimin menekankan disiplin, ukhuwah Islamiyah, dan pengabdian kepada masyarakat. Islam adalah ajaran yang komprehensif dan holistik, Hasan al-Banna melihat Islam sebagai sebuah sistem hidup yang lengkap (syumuliyyah). Menurutnya, Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan (hablu minallah), tetapi juga mencakup aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, dan hukum. Dalam pandangannya, Islam adalah panduan yang mengatur kehidupan serta relevan untuk semua aspek kehidupan, baik individu maupun masyarakat yang lebih baik. Pentingnya persatuan dan kebangkitan umat Islam, Hasan al-Banna sangat menekankan persatuan umat Islam sebagai kekuatan utama untuk menghadapi ancaman eksternal, seperti kolonialisme dan imperialisme. Ia menyerukan kepada umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai landasan utama dalam mencapai persatuan dan kejayaan umat Islam. Reformasi politik dan penerapan syariat, sebagai seorang aktivis seorang Hasan Al-Banna memandang pentingnya keterlibatan dalam politik untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bernegara. Namun, ia juga menekankan bahwa reformasi politik harus dimulai dengan reformasi individu dan masyarakat terlebih dahulu. Penegakan syariat Islam tidak bisa dipaksakan, melainkan harus melalui proses bertahap dengan pendidikan dan kesadaran umat. Meskipun Hasan Al-Banna dikenal sebagai seorang reformis Islam, ia menekankan pentingnya moderasi dalam Islam atau prinsip Wasathiyyah, ia menolak ekstremisme dalam bentuk apa pun, baik dalam praktik keagamaan maupun dalam aktivitas politik. Menurutnya, Islam harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman tanpa kehilangan esensinya. Hasan al-Banna hidup di masa Mesir berada di bawah pengaruh kuat kolonialisme Inggris. Oleh karena itu, ia sangat kritis terhadap dominasi Barat yang dianggap merusak identitas Islam dan budaya lokal. Ia melakukan perlawanan terhadap kolonialisme melalui gerakan Ikhwanul Muslimin yang berorientasi pada kebangkitan Islam. Ada juga konsep dakwah dan jihad dalam pemikiran Hasan al-Banna adalah tugas utama umat Islam. Dakwah bukan hanya dalam bentuk ajakan lisan, tetapi juga melibatkan aksi sosial dan politik untuk menegakkan syariat Islam. Jihad dalam pemikirannya memiliki makna yang luas, mencakup perjuangan melawan hawa nafsu, melawan kebodohan, hingga melawan penjajahan asing. Jihad fisik (qital) dianggap sebagai bentuk terakhir jika kondisi menuntut.
Warisan pemikiran Hasan al-Banna memiliki dampak yang besar dalam dunia Islam, terutama dalam gerakan kebangkitan Islam di berbagai negara. Ikhwanul Muslimin, sebagai organisasi yang didirikannya, menjadi model bagi banyak gerakan Islam di seluruh dunia. Meski pemikirannya kerap menuai kontroversi, baik dari kalangan sekular maupun kelompok Islam konservatif, kontribusinya dalam membangun kesadaran umat Islam tidak dapat disangkal. Hasan al-Banna adalah simbol perjuangan intelektual, spiritual, dan politik umat Islam untuk menegakkan nilai-nilai Islam di tengah arus modernisasi dan kolonialisme. Pemikirannya terus relevan dalam diskusi mengenai kebangkitan Islam dan tantangan dunia modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H