Mohon tunggu...
ich bouvier
ich bouvier Mohon Tunggu... karyawan swasta -

pengguna otak kiri yang mau ke otak kanan, dan hobinya makan otak2 :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menahan Rindu Untukmu

16 Juli 2014   18:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:09 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja di bulan ini tampak lelah melihatku berbaring malas

Aku malas karena lelah bertempur dengan pekerjaan-pekerjaanku

Pekerjaan yang tak ku mengerti dimana memulainya,

Namun ku terus memulainya dengan otak kosong

Hingga pada akhirnya, otak ku mulai penuh dengan seribu tanya

Bagaimana ini? Apa itu? Untuk apa ini? Mengapa tak begini saja?

Tak kusadari ku telah menyatu dengan pertanyaan itu, kemudian pelan2 menemukan jawabannya dengan bertanya pada sang ahlinya di dunia maya

Di sela ku bernafas sesak, ku rebahkan tubuh

Bekerja di ibukota menjanjikan banyak hal, harta dan tahta

Namun menghilangkan banyak rasa

Ku rindu bercanda tawa dengan keluargaku

Ku rindu senyum manis pasanganku

Ku rindu kekonyolan teman2ku

Di nafasku yang kian sesak, ku berjalan dengan pikiran kosong

Telingaku seolah-olah mendengar rintihan-rintihan kecil orang-orang di sekelilingku

Ku berjalan pelan, hatiku mendengar seorang anak kecil mengadu padaku

Dia lelah menjadi kenek di Kopaja, tapi dia tak berani melawan bapaknya yang menjadi supir

Ku juga mendengar, suara hati anak kecil penjaga warung kopi, dia seolah-olah berteriak padaku, Aku ingin sekolah!!

Hanya beberapa meter, air mataku hampir menetes, seorang kakek-kakek berkepala keras batinnya mengadu padaku, Aku rindu anak dan cucuku. Dimana mereka? Aku tak punya uang kembali ke kampung

Tuhan, maafkan aku. Seharusnya ku tidak mengeluh.. maaf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun