Ia akhirnya menikah dengan Najmah yang awalnya adalah tunangannya dan memiliki seorang anak. Di akhir cerita, ia dan Najmah memutuskan untuk pergi ke Makkah karena situasi Turkistan yang sudah kacau balau karena penjajah.
Turkistan Timur
Yang terlintas di pikiran saya ketika membaca novel ini adalah Xinjiang. Dengan segala kejanggalan dan kejadian yang terjadi beberapa tahun ke belakang di Xinjiang meyakinkan saya bahwa Malam-malam Turkistan mengingatkan sejarah tentang daerah ini. Atau novel ini malah menjadi saksi bisu atas ketakutan akan hilang dan lenyapnya negeri mereka, Turkistan yang konon katanya, kemasyhurannya menyamai Andalusia.
Apa yang dilakukan Cina dan Rusia di novel ini mirip dengan apa yang terjadi pada suku Uighur di Xinjiang. Pengesahan undang-undang dilarangnya masyarakat menumbuhkan jenggot dan mengenakan jilbab di depan umum karena mereka dianggap ekstrimis. Undang-undang ini juga secara formal mengadopsi penggunaan pusat pelatihan untuk memerangi ekstrimisme.
Dilansir dari Republika sejumlah media dan LSM di Amerika dan Eropa melaporkan bahwa sedikitnya 1,5 juta etnis Uighur dimasukkan dalam pusat-pusat reedukasi, di lokasi itu mereka didoktrin, tak boleh menjalankan ajaran agama, dipaksa makan makanan haram, serta mengalami penyiksaan.
Selain itu, media barat juga melaporkan adanya penghancuran masjid-masjid bersejarah, pemisahan orang tua dari anak-anak mereka yang dimasukkan dalam istitusi khusus, pengawasan dengan teknologi canggih, serta keja paksa terhadap penghuni kamp reedukasi.
Namun pemerintah Republik Rakyat Cina selalu membantah apa yang dilaporkan media kepada khalayak. Bahwa semua hal ini adalah tidak benar dan tujuan utama dari reedukasi adalah memerangi ekstrimisme dan terorisme. Dan kamp tersebut adalah pusat vokasi untuk memberikan keahlian bagi etnis Uighur sekaligus pusat deradikalisasi.
Ajakan Untuk Membangkitkan Kemanusiaan
Membaca novel, sebuah karya fiksi, berarti menikmati sebuah cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kapuasan batin. Karya fiksi tetap merupakan cerita yang menarik dan bangunan struktur yang koheren sekalipun pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan tidak selalu bahagia. Dan tentunya karya fiksi tetap mempunyai karya yang estetik.
Rasa ingin tahu menjadi lebih tinggi terhadap sesuatu ketika setelah membaca karya sastra. Karena membaca karya sastra jelas meningkatkan empati kepada apa yang terjadi di dalamnya. Lalu tanpa sadar kita akan mencari korelasinya dengan dunia nyata.
Seperti Malam-malam Turkistan, novel yang menceritakan tentang penderitaan rakyat Turkistan termasuk Turkistan Timur ini menawarkan cerita yang pedih namun tetap menarik untuk dibaca karena alur dan gaya bahasanya bagus.Â