Pendidikan merupakan salah satu bagian paling penting yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang pintar, baik dan terampil. Tanpa pendidikan, besar kemungkinan suatu peradaban akan mengalami keterbelakangan dalam segala aspek kehidupan. Berbicara mengenai pendidikan, rasanya tidak berlebihan bila penulis mengatakan: dunia pendidikan NTT harus berterima kasih kepada para misionaris yang dengan segala keterbatasan dan kondisi yang ada telah menitipkan cahaya pendidikan di tanah NTT kita yang tercinta ini. Sulit rasanya membayangkan rupa dunia pendidikan NTT tanpa sentuhan tangan para misionaris. Dari lembaran sejarah, kita mengenal Pater Gaspar Hubertus Fransen yang merintis sekolah di Larantuka, ada juga Pastor Frans Cornelissen yang mendirikan seminari Lela, Pater Leo Perik di Seminari Kisol, ada nama Pater Yan van Roosmalen yang meletak fondasi STKIP St. Paulus Ruteng, dan beberapa misionaris masyhur lain di belahan bumi NTT yang bergerak di bidang pendidikan yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu. Mereka semua adalah pahlawan dunia pendidikan yang meghalau gelap budi. Tulisan ini adalah sebuah wujud apresiasi atas kerja nyata Pater Yan van Roosmalen; tokoh inspiratif, pendiri STKIP St. Paulus Ruteng dan pahlawan pendidikan Manggarai.
Roosmalen dan pendidikan yang mencerahkan
Pater Yan van Roosmalen adalah adalah seorang pastor SVD (Societas Verbi Divini) kelahiran Belanda 27 Agustus 1920. Pastor yang ditabiskan pada 18 Agustus 1946 ini memulai karya di tanah Manggarai pada masa-masa awal kemerdekaan, 1949.
Pada 27 Januari 1949, Pater Roosmalen untuk pertama kalinya menjejakkan kaki di bumi nusantara, setelah berlayar 40 hari. Tiba di tanah impian, Flores, 28 Februari tahun yang sama. Sebagai pemuda dengan usia 29 tahun, Roosmalen sampai di Ruteng 18 Juli 1949 (Deki, 2015).
Roosmalen muda mengawali karyanya di bidang pendidikan dengan mengabdi pada Yayasan Sekolah Umat Katolik (YASUKMA). Ia bekerja sebagai pengurus penggajian guru-guru SDK se-Manggarai sambil mengabdi pada dua Sekolah Rakyat yaitu Ruteng I dan Ruteng II. Ia adalah pendiri Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Manggarai yang diberi nama SMP Tubi sekaligus menjadi kepala sekolah pertama lembaga tersebut. Totalitas dan loyalitasnya ditunjukkan melalui keseriusan dan kedisiplinannya dalam menjalankan tiap tugas yang diembankan kepadanya. Entah mengapa, selalu timbul niat yang sangat besar dalam dirinya untuk mengubah negeri asing Manggarai melalui pendidikan. Ia sadar betul akan pentingnya dunia pendidikan bagi kemajuan dan pembaharuan kehidupan manusia (Manggarai). Pater Roosmalen yakin bahwa melalui pendidikan akan tercipta berbagai kemajuan. Pendidikan adalah sebuah jembatan pembebasan bagi manusia. Pendidikan memberi ruang kepada inovasi, produktivitas, dan kreativitas (Jemali, 2016). Kecintaannya pada dunia pendidikan tidak sampai di situ. Ia mempunyai sebuah mimpi besar untuk membangun sekolah tinggi di Manggarai. Tahun 1959, awal dari mimpinya mulai ia rajut. Pada tahap awal, ia membuka kursus katekis dengan kuliah perdananya dimulai pada 11 November 1959. Seiring berjalannya waktu, kursus ini kemudian berubah menjadi Kursus Pendidikan Katekis, Akademi Pendidikan Kateketik dan sekarang Sekolah Tinggi Keguruan dan Pendidikan (STKIP St. Paulus). Kursus ini perlahan-lahan berkembang akhirnya menjadi komunitas yang besar yang telah menelurkan banyak output berkualitas. Bahkan dalam waktu dekat (2019), kampus yang hanya berawal dari sebuah tempat kursus ini akan mengubah statusnya menjadi universitas.
Pater Yan van Roosmalen adalah pribadi yang begitu total dan loyal dengan tugasnya. Sejak awal berdirinya kursus pendidikan di tahun 1959, Pater Yan van Roosmalen memilih untuk berdiam di kampus, berbakti, mati dan pada akhirnya dikuburkan di lingkungan kampus. Di sini ia memikul tugas yang beragam yakni: pendiri lembaga, rohaniwan, guru, dosen, pembina asrama dan pendamping para mahasiswa. Sebagai guru, ia memberikan contoh teladan yang baik bagi anak-anankya. Ia dikenal sebagai orang yang disiplin, ramah, rajin, semangat, mencintai kebersihan, setia, visioner, fokus, rendah hati dan peduli terhadap sesama. Ia juga dikenal sebagai Imam yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Di dalam kamarnya terdapat begitu banyak buku yang telah ia baca untuk mengisi waktu senggangnya. Tiap hari ia selalu meluangkan waktu untuk meng-updateberita dan informasi terbaru dari berbagai elektronik, media lokal maupun nasional seperti Kompas, Flores Pos, Pos Kupang, maupun dari berbagai media lainnya.
Dari berbagai tempat yang telah ditaburi oleh Pater Yan van Roosmalen, telah lahir tokoh-tokoh besar yang meneruskan semangat perjuangannya. Sudah ada begitu banyak alumni Ruteng I dan Ruteng II, alumni SMP Tubi dan STKIP St. Paulus Ruteng yang berkarya bukan hanya di tanah Manggarai, tetapi juga ke segala pelosok negeri. Mereka berkarya dengan berbagai profesi baik guru, dosen, katekis, pegawai dan lain sebagainya. Mereka semua menjadi lilin penerang yang meneruskan kerlip cahaya yang Pater Yan van Roosmalen titipkan. Sepenuh hidupnya telah Pater Roosmalen dedikasikan untuk dunia pendidikan Manggarai. Tentunya tidak berlebihan bila kita mengatakan betapa sulit membayangkan dunia pendidikan Manggarai tanpa kehadiran orang-orang semacam Pater Yan van Roosmalen. Sumbangsih baik berupa ide, konsep dan kerja nyatanya yang terlihat membuatnya layak menyabet anugerah cincin emas dan pemerintah Manggarai.
Dengan menghayati rekam jejak perjalanannya, tentu tidaklah salah bila kita menjadikanya sebagai pahlawan dan tokoh yang patut diteladani. Pengabdiannya yang terlaksana secara total dan loyal sudah semestinya menjadi inspirasi bagi banyak kalangan di Manggarai maupun di NTT. Kehadiran Rossmalen sudah menjadi cahaya yang menghalau gelap budi anak-anak tanah Manggarai. Langkah dan perjalanan panjang yang telah ditempuhnya adalah sebuah upaya untuk menyingkap tabir kegelapan yang selama ini memasung kita dalam keterbelakangan. Roosmalen adalah fajar pagi yang menebarkan tunas-tunas pengetahuan ke seluruh pelosok negeri; menghalau gelap yang selama ini membayangi jejak-jejak anak Nuca Lale. Roosmalen dan cahaya pendidikan yang ia titipkan hendaknya terus kita tularkan demi pembaharuan kehidupan.
TERIMA KASIH PATER!
*artikel dibuat beberapa hari sebelum Peringatan Hardiknas; sebagai wujud apresiasi terhadap kerja sang misionaris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H