Hikikomori adalah istilah jepang yang di tujukan kepada seseorang yang senang menyendiri karena masalah pribadi. Biasanya terjadi pada masa sekolah tingkat menengah hingga masa pencarian kerja sekitar umur 13-25 tahun. Selain untuk makan hikimori hanya akan menghabiskan waktunya di kamar. Dengan cara menonton tv, membaca, mendengarkan music dan bermain game. Hikimori biasanya tidak pernah bersosialisasi kepada orang lain baik secara mental maupun fisik sehingga ia tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya.
Penyebab hikimori sendiri ketika kehidupan di dunia nyata lebih keras sehingga mentalnya tidak sanggup dan memutuskan untuk menjauhkan diri dari masyarakat atau kita bias katakan ia membuat dunianya sendiri, dunia yang hanya ia sendiri yang ada di dalamnya. Biasanya terjadi saat anak merasakan trauma besar dalam masyarakat seperti di hina atau di ejek baik secara mental maupun fisik. Jika seseorang memiliki teman curhat yang dapat mengertinya, hal seperti ini dapat di cegah hanya saja hikimori tidak punya orang/teman yang dapat di tempati untuk meluapkan masalahnya kerena ia sudah tidak percaya lagi dengan orang di sekitarnya. Hal ini yang menyebabkan para hikimori semakin tersiksa.
Kebanyakan hikimori adalah pria tapi tidak menutup kemungkinan adanya hikimori wanita. Biasanya public menyalahkan faktor keluarga pada masalah ini, figure ayah yang bekerja dari pagi hingga malam ,karena tidak adanya waktu untuk bersosialisasi kepada anak, tidak ada perhatian yang diberikan sehingga anak terbiasa untuk sendiri dan menutup diri atau ibu  yang terlalu memanjakan anaknya. Tekanan akademik di sekolah (shcool bullying) dan video game yang sangat menggoda juga termasuk dari penyebab timbulnya hikimori.
Mungkin orang akan menganggap hikikomori itu sama dengan otaku. Namun sebenarnya berbeda. otaku adalah orang yang memiliki minat atau hobi yang berlebihan sehingga mereka mengabaikan kegiatan yang lain, tapi mereka masih berinteraksi dengan keluarga atau tenyan di dunia nyata. Seperti penggemar komik yang berlebihan, Â saya sebagai penulis juga otaku tapi saya bukanlah hikikomori -_- ingett !!!. Namun semua hikikomori itu otaku, karena pelarian dari beban mereka adalah dengan memfokuskan diri pada hal yang mereka sukai agar mereka tidak teringat akan sakitnya pergaulan sosial itu.
Semakin tua seseorang hikikomori, semakin kecil kemungkinan dia bisa berkompeten di dunia luarnya. Bila setahun lebih hikikomori, ada kemungkinan dia tidak bisa kembali normal lagi untuk bekerja atau membangun relasi sosial dalam waktu lama, menikah misalnya. Beberapa tidak akan pernah meninggalkan rumah orang tuanya. Pada banyak kasus, saat orang tuanya meninggal atau pensiun akan menimbulkan masalah karena mereka tanpa kemampuan kerja dan sosial minimal – bahkan untuk membicarakan masalahnya dengan orang lain atau kantor pemerintah.
Bukannya tak ada cara untuk menyembuhkan orang yang menjadi Hikikomori karena biasanya seorang Hiki hanya butuh satu orang yang memahami dirinya sehingga dia bisa saling bertukar pikiran. Maka dari itu jika sesama orang tidak saling menjatuhkan, menyiksa dan saling memahami perbedaan satu sama lain mungkin di dunia ini tidak akan ada yang namanya Hikikomori.
Mungkin Fenomena ini belum banyak ada di Indonesia, namun kita perlu mewaspadainya mulai dari sekarang. Menjaga interaksi yang baik dengan keluarga juga merupakan usaha pencegahan, keterbukaan satu sama lain, support, serta mau mendengarkan merupakan bantuan yang tepat bagi orang terutama dalam keluarga kita supaya mereka tidak semakin tertekan hingga ahkirnya terjerumus ke hal-hal negatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H