Saat ku lepas keluhku dalam pembaringan , sejenak kusisihkan waktu.
Sehari ini ke mana saja aku pergi?
Kemana kakiku akan mengayuh langkah?
Betapa banyak kata yg telah ku ucapkan , dan banyak hal yang kulakukan, bahkan hatiku diam tak bersuara di balik dinding dinding kebisuan.
Aku tahu sedetikpun aku tidak lepas dari pengawasan Allah. Mengingat itu aku malu, bahkan aku terlalu malu untuk berkata jujur pda diriku sendiri, telah banyak kezaliman telah kulakukan.
Mungkin itu benar, aku sangat mencintai mahluk-Nya.
Begitu dalam hingga slalu ku sebut namanya dalam waktuku.
Gelisahku datang memburu saat wajah itu menghilang di hari hariku.
Ku sadari itu, ia begitu menyita perhatiaanku. aku telah lalai dari mengingat-Nya(Allah). Karna hatiku di penuhi namanya.
sayangku, pujaanku, ingin ku buktikan bahwa aku sangat mencintai-Nya tetapi begitu sulit ku lakukan itu padaMu,,
Ya rabb padahal aku tahu kau sangat mencintaiku.
Betapa seringnya aku menghianatiMu.
Sayang, kadang hati ini terlalu rapuh untuk sekedar untuk berkata jujur bahwa aku telah mengkhianatiMu. hingga ku biarkan hati terpuruk di antara luka yg terus ku gali dengan tanganku sendiri.
Pintarnya aku berdalih bahwa semua ini adalah wajar adanya. ini salah satu takdirku bahwa aku di anugrahi perasaan cinta.
Aku harus mensyukurinya.
Terkadang aku terlalu sombong ku katakana pada diriku, aku mampu membgi cintaku dengan sebaik baiknya. MencintaiMu sekaligus mencinta seseorang yang ada di hatiku.
Aku Cuma bisa berkata belum mampu untuk membuktikannya. Herannya nasihat selalu datang menghampiriku tapi terkadang aku muak mendengarkannya.. inikah ambisiku? Inikah nafsuku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H