Pagi selalu datang. Namun ia bukanlah bagian dari repetisi. Seperti juga halnya senja. Ia selalu datang. Entah hingga kapan.
Tapi masalah punya jalan lain untuk datang. Kedatangan yang kadang tidak dinanti, dan kepergiannya adalah harapan utama. “trouble is a friend” kata Lenka. Saya kurang paham betul mengapa Lenka mengakrabinya sebagai seorang teman. Barangkali memang masalah adalah satu teman yang lain, seperti halnya fulan adalah seorang teman.
“Trouble he will find you no matter where you go” katanya lagi. Bahkan “No matter if you're fast, no matter if you're slow”.Trouble is a friend, itu berati kita kenal siapa dia. Kenal hingga ke tingkat yang lebih dari sekedar fisik (tampak), namun senyatanya.
Masalah adalah teman, sekaligus musuh yang harus dilawan. “Trouble is a friend but trouble is a foe”, lanjut Lenka.Seperti halnya senja, masalah adalah sesuatu yang rutinitas yang bukan repetitif. Setiap kali ia hadir, setiap kali itu juga ia punya wajah dan inti yang berbeda dari yang sudah-sudah. Kata orang UUD: ujung-ujungnya duit. Ini tidaklah benar. Dalam konteks ini, duit bukan magnit yang menjadi dayat tarik bagi masalah dimana masalah akan mengerumuninya.
Lalu bagaimanakah masalah harus diperlakukan?
Seperti kata Lenka, sebagai teman ia harus diakrabi, tapi sebagai musuh ia harus dilawan. Lenka memilih dua kutub ekstrim: teman sekaligus lawan.
Tapi, seorang bijak pernah berkata juga, bahwa jalan terbaik adalah dengan membiarkan masalah menerpamu. Jangan dilawan atau apalagi ditolak. Seperti air, biarkan ia datang menerjangmu. Sebab sesungguhnya kita tidak akan pernah mampu menaklukannya. Kita hanya butuh bersabar untuk membiarkannya berlalu dari diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H