Mohon tunggu...
Icha Bilal
Icha Bilal Mohon Tunggu... -

Love traveling. Love reading. Love languages. Love writing.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cappadocia, Negeri sang Flinstones

21 Maret 2011   03:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:36 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi kamu yang ingin merasakan atmosfir bulan di planet tercinta kita ini, maka pergilah ke Cappadocia. Cappadocia atau dalam bahasa lokalnya Kapadokya adalah sebuah daerah di wilayah tengah Turki di Provinsi Nevşehir yang berarti Land of Beautiful Horses. Tempat ini sudah sangat mendunia dan sering keluar-masuk rekomendasi Lonely Planet untuk berlibur.

13006759771616608503
13006759771616608503
Cappadocia berjarak tempuh 12 jam dari Istanbul jika menggunakan bus dan yang lebih dekat adalah dari Ankara sekitar 5-6 jam. Saya sendiri pergi ke Cappadocia dari Izmir, wilayah selatan Turki, selama 13 jam plus istirahat. Memang perlu perjuangan ekstra untuk mencapai tempat ini tapi begitu kamu sampai ke tempatnya, perasaan plong dan takjub akan kehindahan alam yang katanya hanya ada di Turki ini terbayar sudah. Cappadocia memang masuk dalam salah satu jajaran UNESCO World Heritage Site.

Permukaan Cappadocia terdiri dari dataran tinggi di atas 1000meter di ketinggian yang dikelilingi oleh puncak gunung berapi, dengan Gunung Erciyes (Argaeus kuno) di dekat Kayseri (Kaisarea kuno) menjadi titik tertinggipada ketinggian 3916 meter.Pada bagian selatan, Pegunungan Taurus membentuk batas dengan Cilicia danCappadocia terpisah dari Laut Mediterania. Pada bagian barat, Cappadocia berbatasan dengan daerah historis Lycaonia ke barat daya, dan Galatia ke arah barat laut. Pesisir Laut Hitam memisahkan Cappadocia dari Pontus dan Laut Hitam, sedangkan untukCappadocia timur berbatasan dengan Eufrat atas, sebelum sungai yang membelok ke arah tenggara mengalir ke Mesopotamia, dan dataran tinggi Armenia. Karena lokasinya di pedalaman dan dataran tinggi, Cappadocia memiliki iklim yang mencolok, dengan musim panas yang kering dan gersang serta musim dingin yang bersalju. Curah hujan jarang, dan sebagian besar wilayah berupa setengah-gersang.

Perjalanan ke Cappadocia saya lakukan pada malam hari dengan bus Nevşehir dari Otogar Bornova, Izmir. Selama perjalanan otomatis saya tidur dengan agak tidak pulas karena terlalu lama pantat ini bermesraan dengan jok kursi bus ini yang tidak senyaman bus Pamukkale (salah satu perusahaan penyedia jasa angkutan di Turki). Tiket bus tersebut seharga 45TL (Turkish Lira) dari 50TL setelah saya nego dan berbasa-basi dengan penjual tiket yang bergaya gipsy yang sempat membaca karakter diri saya dengan tepat. Tetapi saya sangat berterimakasih dan terbantu olehnya yang bisa berbahasa Inggris dengan baik dibandingkan saya harus berkomunikasi dengan gaya yang menurut Darwin adalah nenek moyang manusia.

Lepas dari perjalanan tersebut, saya tiba pukul 7 waktu setempat di Göreme (kawasan paling ramai di Cappadocia) dan menelpon petugas hostel yang telah dipesan sebelumnya. Betapa kagetnya saya dijemput dengan mobil mewah untuk sekelas hostel dan sopirnya itu kemungkinan besar bisa jadi coverboy di Indonesia. Pagi-pagi yang membuat semangat walaupun cuaca sangat amat dingin. Saat itu saya tidak dapat menghitung berapa derajat cuacanya, perkiraan saya sekitar 5-10 derajat mengingat wilayah Cappadocia adalah daerah pegunungan. Wilayah ini akan lebih dingin dari daerah-daerah lain sepanjang tahun apalagi saya kesana saat musim gugur.

13006760681022711589
13006760681022711589

Di Cappadocia, lebih baik kamu belanja day tour agar tidak nyasar di tempat antah berantah ini. Jika kenal local people akan sangat menghemat pengeluaran yang cukup “wow” disini. Sesampainya di hostel saya mandi dan kemudian langsung mengikuti tour, dimulai di sebuah tempat yang merupakan representasi dari panorama Göreme secara keseluruhan. Tempat ini membentuk lembah seperti burung merpati sehingga dinamakan Pigeon Valley. Kemudian tour guide nya memberikan perkenalan tentang sejarah Cappadocia yang identik dengan batu-batuan berbentuk fairy chimney. Peserta tour lainnya terdiri dari 3 orang Korea dan 2 orang Amerika yang sedang merayakan 30 tahun pernikahan mereka, such a romantic couple.

Batu-batuan yang membentuk cerobong asap itu terbentuk karena letusan gunung berapi di sekitar kawasan ini yang dulunya dihuni oleh suku Hittite. Cappadocia dikenal sebagai Hatti pada Zaman Perunggu, dan sebagai pusat kekuatan suku Hittite yang berada di Hattusa. Setelah jatuhnya Kekaisaran orang Hittite, dengan jatuhnya Syro-Cappadocia (Mushki) setelah kekalahan mereka dari raja Lydian, Croesus, di abad ke-6. Cappadocia diperintah oleh semacam aristokrasi feodal, dengan pemimpinnya yang tinggal di istana dan membudakkanpara petaninya. Kemudian Darius mendirikan sebuah kekuasaan, tetapi terus diatur oleh penguasanya masing-masing dan pada akhirnya tidak ada yang dapat mengalahkan kekuasaan sang Raja.

Pada masa Herodotus, Cappadocia dilaporkan menempati seluruh wilayah dari Gunung Taurus ke sekitar Euxine (Laut Hitam). Catatan paling awal tentangpenamaan Cappadociaditemukan di akhir abad ke-6 SM, ketika muncul dalam inskripsi tiga bahasa dari dua raja Achaemenid, Darius I dan Xerxes, sebagai salah satu negara (Persia Kuno) dari Kekaisaran Persia. Dalam daftar negara ini, nama Persia Kuno adalah Katpatuka, yang sangat jelas bukan nama asli Persia. Para Elamite dan versi bahasa Akkadia dari prasasti berisi nama yang sama dari sisi Akkadia yaituKatpa (katef) dan nama pemimpin atau nenek moyang, Tuka.

Herodotus mengatakan bahwa nama Cappadocia ditetapkan oleh orang Persia, sementara mereka disebut oleh orang Yunani sebagai "Siria" atau "White Syrians" (Leucosyri). Salah satu suku Cappadocia yang ia sebutkan adalah Moschoi, terkait dengan Flavius Josephus dengan tokoh Alkitab Mesekh, anak Yafet: "dan Mosocheni didirikan oleh Mosoch, sekarang mereka orang Cappadocia".

Di bawah raja-raja dari Kekaisaran Persia selanjutnya,Cappadocia dibagi menjadi dua pemerintahan, dengan satu terdiri dari bagian tengah dan pedalaman, dimana namaCappadocia terus diterapkan oleh ahli geografi Yunani, sementara yang lain disebut Pontus. Divisi ini sudah terjadi sebelum masa Xenophon. Sebagai akibat dari jatuhnya pemerintahan Persia kedua provinsi ini menjadi terpisah, perbedaan tersebut terus berlanjut, dan nama Cappadocia harus dibatasi penggunaanya untuk provinsi pedalaman (kadang-kadang disebut Great Cappadocia).

Setelah sang guide berceramah tentang berbagai macam seluk-beluk Cappadocia dengan melafalkan berbagai nama aneh dan susah diserap oleh telinga yang kedinginan ini, akhirnya kami menuju Derinkuyu Underground City sebagai tempat “kuno” pertama yang dikunjungi. Pada jaman dahulu penduduk lokal menghabiskan masa hidupnya disini, di sebuah goa yang terhindar dari peraduan sang surya. Di “kota” ini saya melihat sebuah goa yang lengkap dengan fungsi-fungi rumah seperti dapur, tempat berkumpul, sumur, kamar bahkan terdapat tempat pembuatan wine. Saya pun berpikir mereka canggih juga ya bisa membuat sebuah peradaban sendiri di tempat yang terpencil seperti ini.

1300677726475928906
1300677726475928906
13006761941614002832
13006761941614002832

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Ihlara Valley. Disini terdapat sebuah gereja bergaya fresco yang bernama Agacalti Kilisesi. Di lembah yang berbentuk seperti pencakar langit ini, saya harus berjalan sejauh 6 km untuk menuju tempat makan siang. Karena keasyikan bernarsis ria dan mengagumi keindahan ciptaan Ilahi inipun saya tidak ingat belum sarapan tetapi saya harus menikmati perjalanan ini semaksimal mungkin. Ekspedisi menyusuri lembah yang ditemani dengan aliran sungai di sepanjang sisi kanan ini sungguh menantang. Banyak batu-batuan dan semak belukar yang harus dilewati sampai akhirnya kami menemukan tempat makan siang kami yang unik berbentuk seperti saung sunda tetapi tentunya dengan ornamen khas Turki.

13006763731381097657
13006763731381097657
1300676403730098307
1300676403730098307

13006764331493873558
13006764331493873558
13006765121931426023
13006765121931426023

Tuntas makan siang kami ke Selime Monastery yang mempunyai permukaan bebatuan dengan bentuk yang lebih aduhai dibandingkan dengan sebelumnya. Saya pun puas menuntaskan hasrat narsis saya yang selama perjalanan kedua tempat sebelumnnya terbelenggu oleh ocehan guide yang mengejar waktu. Disini dia memberikan waktu bebas untuk berkeliling sendiri merasakan bagaimana menjadi seorang Flinstones.

1300676547504785955
1300676547504785955
1300676567471809219
1300676567471809219
130067658354769969
130067658354769969
13006778641938232086
13006778641938232086

Setelah itu kami pun menyelesaikan rangkaian tour ini ke tempat pembuatan onyx. Aih, saya jadi ingin menjadi Demi Moore membuat keramik seperti itu. Karena ini merupakan kerjasama pengelola tour dengan pabrik ini dan sekaligus ajang promosi untuk meraup kantong turis, saya pun tidak tertarik untuk membeli barang sepeserpun. Saya harus menghemat uang untuk betempur keesokan harinya.

Di Göreme, kamu bisa merasakan serunya melihat panorama batu-batuan yang “aneh” melalui balon udara. Ya, seperti lagu yang dikumandangkan oleh Sherina waktu kecil “Balon Udaraku”, kamu bisa menghirup udara segar pagi hari. Lagi-lagi sangat disayangkan bahwa pada saat itu saya tidak merasakan sunrise yang bagus karena musim gugur. Dari kecil saya selalu bermimpi untuk naik balon udara dan akhirnya saya bisa merasakannya disini! Wajar saja jika saya sangat excited, dengan kendesoan saya, saya pun bergabung dengan para turis Korea (lagi!) dan Taiwan. Saya merasa harus berterimakasih kepada Yusuf dan Jacques Etienne ataupun Joseph Michel Montgolfier sebagai peletak dasar ide pengembangan balon udara sehingga bisa dinikmati sampai sekarang. Di atas balon udara yang diterbangkan hanya selama 45 menit ini, saya harus merogoh kocek sebesar 110 Euro, setelah sebelumnya tawar-menawar dari 130 Euro. Dari atas saya dapat melihat pemandangan yang jauh lebih menyeluruh dibandingkan dari bawah.

Dari ketinggian ini, saya bisa berpendapat bahwa orang Asia memang narsis! Bayangkan saja turis-turis di sekeliling saya tidak sedikitpun melepaskan kameranya, bahkan mereka menawarkan bantuan untuk memotret saya yang seorang diri. Beda sekali dengan turis Eropa yang terlihat anteng-anteng saja menikmati penerbangan ini, sesekali mereka membidik pemandangan indah itu dengan kameranya tanpa potret diri yang sedang nyengir. Setelah pendaratan “kembali ke bumi” berhasil, kami berfoto bersama dan merayakannya dengan champagne, kemudian dibagikan juga sertifikat yang menyatakan keikutsertaan kita dalam penerbangan pagi itu. Cheers!

1300677067200739268
1300677067200739268
13006770861258592543
13006770861258592543

Setelah berpuas diri “mengepakkan sayap” di udara, saya pun menjejakkan kaki kembali ke tanah dan saatnya menjelajah kawasan ini dengan ATV! Selama 4 jam saya menyusuri tempat-tempat yang tak terjamah dalam rangkaian tour yang telah dirancang oleh pengelola wisata disini yaitu Red Tour dan Green Tour. Pada hari pertama saya memilih Green Tour karena tour ini menjangkau daerah-daerah yang jauh, sedangkan Red Tour dapat saya tempuh dengan ATV.

Saya pun menyambangi Uçhisar Hill yang berada pada segitiga antara kota-kota Nevsehir, Ürgüp dan Avanos. Di kawasan ini pernah terjadi letusan dari gunung berapi kuno sekitar 9-3.000.000 tahun yang lalu, selama masa Miocene sampai Pliocene. Batuan dari Kapadokia dekat Göreme terkikis menjadi ratusan pilar yang spektakuler dan berbentuk seperti minaret. Batuan lembut dari deposit vulkanik tersebut diukir untuk membentuk rumah, gereja dan biara-biara. Göreme menjadi pusat monastik antara 300-1200 Masehi.

13006771431449605939
13006771431449605939

Setelah itu saya memanjat relik kawasan Pasaba yang berundak-undak. Saya yang takut akan ketinggian sedikit jejeritan membuat sang guide menyuruh saya tenang dan tidak takut. Disini saya tidak mau aneh-aneh berpose karena saya takut jatuh. Setelah itu guide tersebut membawa saya ke sebuah tempat yang unik bernama Love Valley. Saya tidak tahu mengapa orang lokal menyebutnya demikian karena yang saya liat formasi batu tersebut berbentuk seperti hmmm kamu bisa liat sendiri gambarnya dan terserah akan mempersepsikannya seperti apa.

[caption id="attachment_96341" align="alignnone" width="300" caption="love valley"]

13006772621808896942
13006772621808896942
[/caption]

Setelah ber-ATV ria saya berjalan kaki untuk menghabiskan waktu sebelum bus membawa saya kembali di Izmir. Saya menyusuri jalan yang saya tidak tahu akan berujung kemana dan kemudian saya menemukan The Göreme Open Air Museum. Tempat ini adalah situs yang paling banyak dikunjungituris diCapadoccia dan merupakan salah satu situs paling terkenal di Turki tengah. Kompleks ini berisi lebih dari 30 batu-gereja dan kapel yang berukir, beberapa dari mereka memiliki lukisan dinding (fresco) yang luar biasaindah di dalamnya, berasal dari abad 9 sampai ke 11. Untuk kali ini saya bersyukur bisa masuk gratis dengan menggunakan Student Card teman saya meskipun hal ini sebuah kecurangan tetapi paling tidak menghemat pengeluaran saya. Hehe..

1300677364670530480
1300677364670530480
13006773811720726341
13006773811720726341

Capadoccia is the real adventure! This is the best tourist destination in Turkey. Jangan lupa untuk mencicipi kuliner khas dari sini bernama Pottery Kebab. Sebenarnya kebab ini seperti kebab-kebab lain di Turki tetapi dibungkus dengan kendi dan anda harus memecahkan kendi tersebut sebelumnya untuk kemudian melahap habis isinya. Sedap!

Tips

Transportasi

Menggunakan bus atau kereta. Untuk bus bisa memilih bus Nevşehir ataupun jasa angkutan bus lainnya yang menuju ke Cappadocia. Harga sekitar 50 TL.

Wisata

Green Tour menjangkau daerah-daerah jauh seperti Pigeon Valley, Derinkuyu Underground Ciry, Ihlara Valley, Selime Monastery dan tempat pembuatan Onyx.

Red Tour menjangkau daerah-daerah dekat seperti Pasaba, Fairy Chimney, Göreme Open Air Museum, Tokali Church. Tour ini seharga 60 TL.

Sewa ATV 80 TL/4jam.

Balon Udara 110 – 130 Euro.

Akomodasi

Untuk kamar asrama seharga 15 TL sedangkan yang lebih pribadi seharga 30 TL. Rekomendasi Bed Rock Hostel.

Wisata Kuliner

Pottery Kebab, kebab di dalam sebuah kendi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun