Mohon tunggu...
Icha Nors
Icha Nors Mohon Tunggu... Guru - ibu rumah tangga, pendidik

Berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ingin Tetap Sehat? Mulailah dari Hal Terkecil

30 Maret 2012   06:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:16 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dikaruniai keluarga sehat (lahir batin) dan  bahagia adalah dambaan setiap orang. Tak ada seorangpun yang tidak mendamba itu. Dan hampir semua orang juga tahu bagaimana cara mencapainya.

Sarana menuju sehat sebenarnya mudah dan sederhana. Saking sederhananya orang jadi sulit mencapainya karena dianggap enteng jadi dinomor duakan pelaksanaannya untuk selanjutnya terlupakan.

Penyesalan datangnya selalu terlambat, setelah hal yang yang tak diinginkan terjadi. Sebut saja si Icha tetangga sebelah yang baru berumur 20 tahunan, sekarang menderita obesitas dan komplikasi berbagai penyakit yang lumayan sulit disembuhkan. Padahal dulu sangat cantik dan lincah. Kini kondisi fisiknya tak memungkinkan lagi dia  beraktifitas ria seperti teman-temannya. Kasihan…

Kebiasaan hidup sehat hanya bisa terlaksana bila dimulai dari rumah, dari kebiasaan dalam keluarga bahkan nilai-nilai hidup sehat harus tertanan sejak kanak-kanak. Anak yang berasal dari keluarga yang memegang teguh prinsip hidup sehat: Orang tuanya tidak merokok, tidak mengonsumsi obat, membuang sampah pada tempatnya, lebih sering menyediakan makanan rumahan yang seimbang nilai gizinya daripada jajan di warung atau kedai fastfood, selalu menyediakan air putih sebagai kebutuhan minumnya (konsumsi gula dibatasi) dan menanamkan pola hidup teratur, kemungkinan besar terjangkit masalah gangguan kesehatan juga lebih sedikit.

Mengajarkan hidup sehat dapat dimulai dari yang terkecil, yaitu mencuci tangan sebelum makan, mencuci buah dan sayuran yang akan dikonsumsi, mandi dan membersihkan diri secara teratur, dan membersihkan lingkungan. Jika anak sudah terbiasa melakukan hal tersebut sejak dini maka kelak setelah dewasa akan menjadi anak yang sehat , mencintai kebersihan dan keindahan lingkungan.

Selain asupan nutrisi yang cukup, anak juga harus diberi asupan rohani yang cukup pula, agar tidak hanya fisik saja yang kuat, tapi jiwanya juga sehat. Dengan cara membiasakan anak mensyukuri setiap tetes kenikmatan yang telah diberikan sang pencipta kepada makhluknya. Etika makan : Berdo’a sebelum dan sesudah makan agar makanan yang masuk ke dalam perut memberi manfaat bukan madhorot, menggunakan tangan kanan dan berhenti makan sebelum kenyang. Bukankah sumber dari segala penyakit adalah akibat menumpuk segala jenis penyakit ke dalam perut?

Tingkat Kesehatan Gzi Tergantung Tingkat Konsumsi Makanan.

Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas hidangan. Susunan hidangan makanan harus memenuhi kebutuhan tubuh, baik dar sudut kualitas maupun kuantitasnya. Konsumsi yang kurang baik kualitasnya  maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan dan gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit metabolic bawaan, dan penyakit keracunan makanan.
Sering kali, kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa kekurangan zat makanan tertentu atau berlebihan. Kekurangan makanan disebut defisiensi, manyebabkan tidak sehat bahkan sakit. Sebaliknya kelebihan zat makanan juga menyebabkan berbagai penyakit.

Kesimpulannya: Hidup wajar, jangan kekurangan tapi juga tidak berlebihan.  Agar tetap sehat, menurut Bellok dan Breslow, lakukan tujuh kebiasaan ini:

•    Tidur tujuh hingga delapan jam sehari
•    Makan 3 kali sehari, diantaranya sarapan pagi setiap hari.
•    Mempertahankan berat tubuh ideal
•    Hindari konsumsi alkohol
•    Latihan jasmani secara teratur
•    Tidak merokok
•    Dan penuhi hak tubuh untuk beristirahat.

Semoga berguna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun