Oleh : Icha_nors
Nomor peserta : 183
Pandir memang anak bandel. Bangun selalu kesiangan, itupun setelah dibangunkan dengan mnggebrak-gebrak tempat tidurnya. Ke sekolah juga malas, selalu menunggu diomeli baru berangkat. Bukan itu saja, Pandir juga suka berbohong, katanya sekolah libur.Kelakuan Pandir seperti ini nyaris setiap hari bikin gaduh rumah. Tak mengherankan bapak ibu sering memarahinya.
Jam enam tiga puluh menit, Yanti kakak Pandir sudah berkemas dan pamit berangkat sekolah. Sedang Pandir bangun saja belum. Semua peralatan sekolah sudah disiapkan ibu. Kelakuan Pandir yang kolokan memang tidak berkurang. Dibangunkan dan digendong ke kamar mandi, ganti seragam sudah disiapkan dan sarapan disuapi, masih belum mau berangkat juga, malah menangis. Ibu marah dan mengambil sapu untuk menakut-nakuti Pandir. Mengetahui kemarahan ibu yang memuncak, Pndir baru mau berangkat sambil menangis.
Jam tujuh lewat baru sampai di sekolah, gerbang sudah ditutup, jadi tidak bisa masuk. Pndir kembali pulang dengan gontai, dan berhenti di belakang gedung sekolah. Mendadak ada bebek menthok lewat dan bertanya:
“Kenapa di sini, Ndir? Tidak sekolah ya?”
“Aku tadi dimarahi ibu hingga sekolahku telat.” Jawab Pandir.
“Pasti kamu nakal, hingga dimarahi.”
“Ya, bangunku kesiangan dan aku berbohong kalau sekolah libur sedang kak Yanti sudah berangkat.” Pandir mengaku.
Tak terasa sudah jam sebelas menjelang siang, sebentar lagi sekolah usai.
“Sekarang begini saja, dari pada nanti ketahuan teman-temanmu membolos, apa kamu mau kuajak ke rumahku saja?” Usul Bebek mentog.
“Aku punya telur emas, kalau kau mau akan kuberikan padamua.” Tambah Bebek mentog.
“Rumahmu mana?
“Tidak jauh kok” Jawab Bebek mentog.
Tanpa pikir panjang Pandir langsung menyetujui ajakan Bebek mentog.
“Tapi jangan kelamaan ya, waktunya pulang sekolah aku harus sudah kembali.” Kata Pandir.
Pandir tidak sabar ingin segera mendapatkan telur emas yang mau ditunjukkan pada ibu. Jam sebelas sampai jam empat sore Pandir hanya diajak muter-muter saja, malah sampai kelelahan, lapar dan bingung.
“Istirahat dulu, Tog, aku…aku…ke…” Belum selesai berucap Pandir sudah ambruk, terjatuh dan pingsan.
Mengetahui keadaan Pandir seperti ini, Bebek mentog berkata:
“Rasakan, itu akibatnya anak yang suka berbohong.”
Bebek mentog meninggalkan Pandir begitu saja. Ketika siuman, Pandir kaget sekali tahu-tahu sudah ditungguhi Polisi. Pandir celingukan mencari keberadaan Bebek mentog. Tapi yang dicari sudah tak ada tanpa pesan, Pandir menangis meraung-raung. Polisi tetap sabar menunggu tangis Pandir mereda.
“Kamu mencari siapa, nak?” Tanya Polisi
“Aku mencari Bebek mentog yang tadi mengajakku ke mari, mau diberi telur emas.” Jawab Pandir.
Mebdengar jawaban Pandir, polisi segera tanggap bahwa yang dihadapinya adalah anak yang sedang kalap.
“Namamu siapa?” Tanya polisi lagi.
“Aku Pandir putra bapak Kamal, rumahku di Sendangmulya.” Jawab Pandir.
“Karena waktunya sudah hampir maghrib, bapak antar saja ke rumah ya. Bapak ibumu pasti mencari-cari. “
Pandir hanya mengangguk menuruti ajakan polisi.
Sampai di rumah, para tetangga kaget, apalgi orang tua Pandir karena diantar polisi. Ada apa, apa yang telah dilakukan Pandir hingga berurusan dengan polisi?
Setelah menyerahkan Pandir kepada orang tuanya, polisi segera pamit. Kedua orang tua dan keluarga Pandir merasa lega dan berterima kasih telah dibantu polisi. Setelah selesai mandi, berganti pakaian dan makan, Pandir menceritakan semua kejadian yang ia alami. Pandir berjanji dalam hati tidak akan berbohong lagi, jera.
NB: Untuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community
Silakan bergabung di groupFB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H