Sepanjang pagi hingga saat istirahat suasana di kelompok A3adem ayem saja. Tanda-tanda bakal terjadi peperangan hebat tidak terlihat sama sekali. Tiba-tiba saat kegiatan akhir menjelang pulang suasana jadi panas. Entah bagaimana ceritanya sampai Andy tak bisa dibujuk untuk menghentikanjotosannya pada Zuni. sepertinya Andy sedang meluapkan emosinya yang memuncak. Tangis Andy pecah, kudekap dia erat-erat. Andy butuh sandaran untuk menumpahkan kekesalan hatinya. Rok yang kupakai basah oleh air mata Andy yang tak bisa reda.
Sampai malam hari peristiwa itu masih menjadi pikiranku. Apa sebenarnya penyebab kemarahan Andy sampai begitu rupa. Padahal selama ini dia termasuk anak yang manis dan mandiri. Maklum, Andy sehari-hari ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Papanya yang kepala KUA sementara mamanya berkantor di Kantor Kemenag tidak memungkinkan Andy bertemu ayah bundanya setiap saat.
Aku yakin Andy punya masalah besar yang belum terselesaikan sejak dari rumah. Emosinya yang tak terkendali tadi hanyalah bentuk komunikasi dengan teman sebaya dan gurunya yang tidak bisa dia ungkapkan dengan bahasa verbal. Kasihan Andy, aku harus bisa menolongnya!
Reaksi ledakan kemarahan (tempertantrums) memang mencapai puncaknya pada umur 4 tahun. Anak cenderung mengekpresikan kemarahannya dengan kuat, lepas kontrol dan sering disertai perilaku-perilaku seperti menjerit, menangis, agresif seperti memukul dan menendang.
Gara-Gara Tutup Tempat Minum
Dalam kasus Andy, aku menduga dia marah sama Zuni karena diejek tempat minumnya sudah rusak karena sering bocor dan membasahi seluruh isi tasnya, tapi masih dipakai ke sekolah. Mungkin karena Andy sebetulnya memang sudah kepingin ganti tapi orang tuanya belum sempat membelikan. Sehari sebelumnya, tiba di sekolah seragam Andy memang basah kuyup oleh bocoran minuman yang ada di tas bekalnya. Dan dia bilang padaku nanti minta dibelikan yang lebih bagus sama papanya.
Semoga saja memang itu penyebabnya. Aku berencana akan menyampaikan pada orang tuanya agar segera mengganti tempat minum yang baru.
Kebanyakan anak melakukan tantrum karena mereka tidak bisa menunjukkan atau menjelaskan perasaan dan keinginannya melalui kata-kata. Aku akan mendorong mengungkapkan dengan verbal perasaan dankeinginannya. Bila hal ini sulit bagi Andy, aku akan menggunakan kata-kataku untuk mengurai perasaan dan keinginan Andy, siapa tahu hal ini bisa membantu frustasi yang dia rasakan.
Kompasianer yang terhormat, mohon do’anya agar usahaku berhasil dan Andy kembali menjadi malaikat kecil yang manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H