Terus terang sempat ragu ketika ditawari oleh  mbak Dinda Pertiwi  mendaftar sebuah event Kompasiana Coverage untuk menyaksikan secara langsung kompetisi /Musabaqoh Qiro'atil Kutub Nasional VI di Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin Balekambang Jepara Jawa Tengah. Ini kan even bergengsi dan tempatnya di Jepara lagi. Ah, masak sih aku yang asli Kompasianer Jepara kalah semangat sama yang berasal dari daerah lain. Akhirnya aku mendaftar juga. Cuhuy aku bakal ketemu mbak Dinda Pertiwi, mas Masluh Jamil, mbak Tamita Wibisono dan yang lain.
Hari Sabtu siang jam sebelas selepas sekolah aku langsung menuju depan pasar Mayong tempat titik kumpul  kami menunggu bus rombongan dan bergabung bersama 19 Kompasianer lain.
Tepat jam 11.55 WIB kami langsung menuju lokasi MQK yang berjarak kurang lebih 7 Kilometer dari jalan utama. Selain megah dan luas, pesantren ini benar-benar mewah alias mepet sawah.
Rombongan disambut langsung oleh Kasubbag Publikasi dan Humas Ditjen Pendis Muhtadin di ruang Media center Pondok Pesantren Roudlatul Mubtadiin Balekambang. Selain memaparkan sekilas sejarah Ponpes ini, belau dengan penuh semangat juga menerangkan berbagai hal tentang penyelenggaraan MQK.
Di bawah asuhan KH. Ma'mun, Pesantren Balekambang mengalami perkembangan pesat dengan mulai mengadopsi sistem pendidikan modern. Pesantren Balekambang mulai membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun 2003, yaitu Jurusan Elektronika. Mulai tahun 2007 SMK Balekambang diperbesar dengan membuka dua jurusan lagi, yaitu Mekanik dan Tata Busana.Â
Selain itu Pesantren Balekambang juga membuka Madrasah Tsanawiyah yang dilengkapi dengan fasilitas boarding dan pendidikan ketrampilan. Pada tahun 2010 membuka SMK jurusan Teknik komputer dan jaringan serta membuka Madrasah Aliyah.dan pada tahun 2013 SMK membuka jurusan Animasi dan Tata Boga.
Semua siswa/peserta didik di sini diwajibkan untuk nyantri alias mondok.
Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan Musabaqoh Qiro'atil Kutub beliau mengatakan bahwa MQK merupakan Olimpiadenya para santri yang merupakan kegiatan 3 tahunan. Â Bertujuan antara lain untuk meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri untuk terus mempelajari kitab-kitab kuning sebagai sumber utama kajian ilmu-ilmu agama Islam.Â
Selain itu untuk mempertahankan budaya para ulama salaf dalam memutuskan hukum tertentu yang tidak semua orang mampu memahinya langsung dari sumbernya (Al Qur'an).
MQK juga menjadi salah satu instrumen penguatan dan pengembangan kapasitas kelembagaan pendidikan pesantren sesuai dengan semangat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015 tentang Hari Santri. MQK juga menjadi washilah untuk memperkuat empat (4) pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara di lingkungan Pondok pesantren.