Rentetan Film “Apik” Turut Mengakhiri Keabadian 2012
“2012” Satu kata yang terlintas di dalam benak saya ketika mendengar kata 2012 adalah kiamat. Dunia sempat heboh dengan pemberitaan oleh media yang cukup menggemparkan terkait akan terjadinya kiamat di tahun 2012 ini. Prediksi kiamat ini merupakan hasil terawangan sekelompok suku di tanah Amerika “Suku Maya”. Berdasarkan pemberitaan oleh media, dunia akan hancur lebur pada tanggal 21 desember 2012 “21-12-2012” seperti yang tertera pada kalender suku maya. Tentu hal itu mengundang banyak pro-kontra di kalangan masyarakat. Mulai dari tokoh ulama, bocah indigo, peramal, dan banyak orang yang turut berkomentar atas pemberitaan tersebut.
Bagi produser film di Amerika, hal ini dimanfaatkan untuk meraup untung besar. Sebuah film yang menggambarkan proses terjadinya kiamat, hancur leburnya dunia dan seisi jagat raya ini. Adanya film tersebut pun menuai kontroversi. Ada yang mengecam atas release-nya film tersebut, ada juga yang tersadar atas perbuatan-perbuatan selama hidupnya setelah ia menonton film tersebut.
Tetapi itu semua hanyalah animasi yang digarap dengan teknologi canggih. Kiamat pun masih menjadi tanda tanya.
21-12-2012
Tepat pada tanggal itu, tanggal yang diprediksi hancurnya dunia oleh kalender suku maya. Perbincangan seputar kiamat terdengar di setiap penjuru tempat. Entah yang hanya sekedar ‘nyletuk’ “ehh..sekarang tanggal 21 ya?kiamat dong”, sambil berlalu, sampai pada obrolan serius banyak ditemui sudut-sudut tempat nongkrong yang asyik.
Tak ada kiamat, ya memang tidak ada. Dua puluh satu Desember berlalu begitu saja tanpa pedulikan kalender suku maya, ramalan, atau apapun bentuk prediksi yang ada. Dua puluh satu Desember berlalu dengan tenang tanpa ada yang berani mengusik. Bahkan Desember perlahan menghilang dengan meninggalkan karya-karya terbaik anak bangsa.
Banyak film karya terbaik anak bangsa yang release di bulan ini. Film yang diangkat dari novel bestselling menyeruak bak jamur di musim hujan. Release satu, muncul yang lain.
Nampaknya, produser-produser film banyak yang memanfaatkan Desember sebagai momen yang tepat untuk menetaskan imajinasi mereka tekait dunia perfilman. Bertepatan dengan hari libur anak-anak sekolah, beberapa film yang disiapkan untuk mengisi waktu liburan yang telah tiba. Selain itu momen natal yang jatuh di awal pekan sehingga menambah panjang jadwal libur di akhir pekan turut meramaikannya. Bioskop, tempat yang biasa dimanfaatkan anak muda sebagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama teman atau pacar, namun kali ini keluarga pun memadati tiap sudut biskop.
Perahu kertas. Sebuah film Yang diangkat dari novel buah karya imajinasi Dewi Lestari mengawali kegagahan Desember. Film ini disajikan dalam dua bagian yang tidak bersamaan. Bagi pecinta film tentu hal itu sangat mengundang penasaran. Sudah menonton bagian yang pertama itu berarti harus melanjutkannya di bagian kedua. Laku keras. Perahu kertas banyak diminati masyarakat, remaja utamanya yang sedang asyiknya menikmati indahnya persahabatan, atau mereka yang memang terbalut dalam ikatan sebagai sepasang kekasih. Sesuai dengan cerita yang dihadirkan dalam film ini, cinta, persahabatan, dan kehidupan.
Menyusul lagi setelah satu kesuksesan film anak bangsa, Bidadari-bidadari Surga pun hadir dengan nuansa yang menghipnotis penonton dengan kisahnya yang mengajarkan kasih sayang di dalam keluarga.
5cm hadir dengan kisah petualangannya mengajak penonton merasakan apa yang dialami di dalam peran tersebut. Hsanya dalam beberapa waktu saja loket penjualan tiket di bioskop penuh dipadati antrean manusia pecinta film.
Hadir dengan nuansa perjalanankisah cinta keluarga ‘Habibi Ainun’, film ini tak kalah diserbu oleh penonton. Tak hanya muda-mudi, pasangan kekasih saja yang bisa menikmati bias wajah pemeran film di layar besar yang disajikan di dalam gedung pertunjukan bioskop tetapi orang tua pun dapat menikmati liburan bersama keluarganya dengan menonton film ini di bioskop. Kemampuan dalam bermain peran, sosok Reza Rahardian yang mengeksplorasi seluruh kemampuannya mampu membuat penonton seolah melihat kembali dan mendengarkan langsung suara berat Habibi.
Banyaknya minat penonton terhadap pertunjukan film di bioskop jelang tutup tahun ini, tak pelak menimbulkan kegatalan tangan-tangan usil. Banyak calo menawarkan tiket kepada pengunjung yang baru saja sampai. Bagi mereka yang malas mengantre, tentu saja keberadaan calo tiket memberi kemudahan tersendiri. Sangat disayangkan memang.
Namun senang dan tidaknya kembali lagi kepada pribadi masing-masing. Ada yang terganggu dengan kehadiran para calo ada pula yang merasa terbantu dengan adanya mereka. Begitu pula dengan hadirnya film-film terbaik karya anak bangsa ini. Ada yang menikmati dan tak mau ketinggalan ceritanya, tetapi ada pula yang diam dan tak peduli akan kehadirannya. Dan Desember masih akan terus bercerita atas izin-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H