Mohon tunggu...
Ican96 A
Ican96 A Mohon Tunggu... -

...belajar bersama yuukkk...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bermain Mata dengan Tuhan (1): Designer Baby

13 Juli 2010   19:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:53 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suata ketika, Einstein bertemu dengan Marilyn Monroe. Terpukau dengan ketenaran Einstein, Marilyn Monroe berseloroh, "Tein, gimana kalo kita kawin? Nanti anak kita bakalan secantik diriku dan memiliki otak secemerlang dirimu“. Tak mau tergoda, Einstein pun balik berseloroh, “wah, bagus kalo begitu, tapi gimana kalo anak kita memiliki wajah seperti diriku dan berotak sepertimu, hayoo? Piye iki…”. Ah, Einstein ada-ada aja..

Dear Kompasianers, mungkin anda semua sudah sering mendengar anekdot tersebut. Walaupun sekedar anekdot, namun dibalik gurauan tersebut, tersirat suatu pertanyaan, “Bisakah kita memiliki keturunan yang mumpuni dan nyaris sempurna?”.Jawabannya, terlepas dari masalah etika, sangat bisa!, yaitu melalui proses yang disebut, designer baby.

Designer baby merujuk pada bayi yang dilahirkan yang sudah mengalami modifikasi dan pemilihan gen gen tertentu (gene modifications dan gene screening). Adalah team dokter dari university college london, inggris, yang kembali menarik perhatian dunia dengan mengumumkan bahwa bayi yang didapat melalui proses designer baby telah dilahirkan dengan selamat. Team yang dikepalai oleh Dr. Paul Serhal menangani satu pasangan suami-istri yang memiliki resiko besar untuk meneruskan gen penyebab kanker payudara ke calon anak perempuannya nanti. Menurut catatan medis, baik nenek, ibu, saudara wanita dan sepupu wanita dari sang suami adalah penderita kanker payudara. Jadi ketakutan sang pasangan bahwa nantinya, anak wanita yang dimiliki mereka juga akan menderita kanker payudara, sangatlah beralasan. Dr. Paul Serhal menggunakan teknik terbaru yang disebut pre-implantation genetic diagnosis (PGD) dimana screening atau filterisasi dilakukan pada tahapan embrio.

Tahap pertama adalah melakukan inseminasi buatan   untuk menghasilkan beberapa embrio. Tahap selanjutnya, screening atau filterisasi dilakukan disaat embryo masih berusia tiga hari. Jika embrio didapati memiliki gen BRCA1, terdapat 80% kemungkinan si jabang bayi nantinya akan menderita kanker payudara. Embrio yang tidak memiliki gen inilah yang dipilih dan nantinya diimplantasi ke rahim sang ibu. Lalu, bagaimana dengan embrio lainnya? Tentu saja, dibuang! Lanjutnya menurut dokter Serhal, sang bayi dari pasangan ini, dipastikan bebas dari gen penyebab kanker payudara.

Lebih lanjut, baru-baru ini mahkamah pengadilan tinggi di jerman memberikan lampu hijau terhadap praktek pre-implantation diagnostics (gene testings and embryo screenings) untuk mendeteksi penyakit keturunan yang berbahaya . Mahkamah ini sekaligus juga membebaskan seorang dokter dari tuntutan kriminal karena membantu satu pasangan melakukan filterisasi gen dan memilih embrio yang sehat untuk diimplantasi ke rahim sang ibu. Menurut catatan medis, pasangan tersebut memiliki resiko untukmeneruskan gen penyebab ‘down-syndrome’ dan beberapa penyakit keturunan lainya kepada sang anak nantinya.

Ibarat pisau bermata dua, banyak sekali pro dan kontra terhadap metode ini. Pihak yang pro mengatakan, metode ini sangat membantu pasangan yang bermasalah dan memiliki ketakutan untuk memiliki anak. Metode ini dapat dimodifikasi untuk menangani penyakit karena kerusakan gen ( genetic disorder diseases), seperti penyakit gauchers, huntington, dan cystic fibrosis. Sedangkan pihak yang kontra lebih beralasan pada masalah etika. Menurut mereka, para ilmuwan sudah terlalu jauh bermain mata dengan tuhan. kaum kontra berkeberatan dengan pembuangan embrio-embrio yang tidak  terpakai. Bagi mereka, itu pun termasuk dalam kategori pembunuhan. Bukan tidak mungkin, modifikasi gen ini digunakan tidak hanya untuk memfilter penyakit, tapi juga mengubah segala sesuatu darijenis kelamin sampai pada penampilan dan kemampuan fisik, personalitas bahkan IQ. Mengubah embrio merupakan teknologi dengan prosedur yang sangat mahal. Dapat dibayangkan, jika hanya orang-orang kaya yang mampu dan mau membayar mahal sehingga hanyalah anak-anak mereka yang terbebas dari penyakit. Bukan tidak mungkin, nantinya akan tercipta “ras super” dan ras biasa-biasa saja. Saya tidak tahu apakah ketakutan-ketakutan seperti ini beralasan. Disinilah peran hukum yang ketat dan kontrol sosial masyarakat dibutuhkan.

Saya sendiri? Entahlah, saya tidak tahu. Saya belum pernah dan mudah-mudahan jangan sampai berada dalam posisi seperti pasangan inggris dan jerman tersebut.

Bagaimana dengan anda ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun