"Malam ini aku tidak berminat ngewek. Aku tertarik dengan ceritamu. Ceritakanlah"
Baik. Sebelum panjang lebar, ini KTP-ku. Kamu bisa lihat di situ identitas lengkapku. Oh, iya. Nama Eca tadi bukan nama asliku. Itu nama samaranku di tempat ini. Jangan bilang ke siapa-siapa soal identitasku.Â
Aku lahir di Banyumas pada tahun 2001. September kemarin umurku tepat 18 tahun. Aku anak ragil dari empat bersaudara. Tiga perempuan, dan satu laki-laki -- kakak tertua. Menjadi perempuan malam bukan keinginanku sepenuhya. Pun, aku tidak pernah berpikir akan betah di tempat ini.Â
Aku masih anak baru di sini. Terhitung dengan malam ini, sudah dua minggu tiga hari aku berhasil memuaskan libido seksual laki-laki dengan beragam pekerjaan, umur dan sifat mereka. Ada laki-laki sudah bau kemenyan, yang selangkah lagi menuju pembaringan terakhir. Ada juga laki-laki yang belum layak pakai tetapi sudah berani main. Malam ini, kamu orang ke empat yang siap aku puaskan.
 Hidup dalam kelurga harmoni adalah cita-cita paling utama dalam hidupku. bapak dan ibu cerai semasih aku duduk di kelas 2 SMP. Sebelumnya, sejak kecil aku telah terbiasa menyaksikan dua sejoli bertengkar hebat. Setiap pertengkaran, ada-ada saja perabotan rumah yang rusak.Â
Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Anak kecil sepertiku bisanya hanya menangis jika melihat mereka berantem. Dari kecil aku tidak tinggal serumah bersama ketiga kakakku. Mereka masing-masing sudah berumahtangga dan tinggalnya di luar Banyumas.Â
Jadi di rumah hanya ada aku, ibu dan bapak. Makanya jangan heran aku bisa di bilang trauma berat sampe sekarang. dari kecil aku sudah terbiasa menangis sendiri lantaran perlakuan orantuaku yang penuh dengan perkelahian. Bapakku benar-benar jahat. Kerjaanya mabuk-mabukkan dan suka main perempuan. Semua perkelahian bermula dari bapak. Semua hal kecil dibesar-besarkan.Â
Setiap hari ibu bersarapan dengan makian dari bapak. juga beberapa kali pukulan bapak senang mendarat di tubuh ibu. Namun ibu selalu sabar meskipun perlakuan bapak yang sudah di luar batas. Menurut penuturan tetangga yang sempat aku dengar, ibu adalah perempuan kuat dan tegar. Seandainya perlakuan suami mereka sama persis dengan bapak, pasti mereka sudah meninggalkan suami mereka dari jauh-jauh hari.Â
Bayangkan coba, ibuku pernah didatangi perempuan selingkuhan bapakku di rumah. Selingkuhannya itu minta pertanggungjawaban bapak karena sudah menghamilinya di luar nikah. Dengan tegar ibu menjawab "suamiku bertanggungjawab. Dia akan meninkahimu".Â
Telingaku hampir pecah mendegar lansung ucapan itu tempo hari. Di situlah aku melihat puncak kesebaran ibu dan bentuk cintanya pada bapak. Akhirnya ibu dan bapak cerai lantaran selingkuhannya minta dinikahi. Ibu ikhlas melepas bapak, bapak senang dengan istrinya yang baru. Aku benci bapak sampai dengan saat ini.
Keluarga bapak tidak ada yang baik. Jahat, jahat, jahat semua! Mereka pura-pura baik di depan aku dan ibu. Intinya, keluarga bapak di mataku buruk. Mereka pikir dengan memberi aku uang jajan, mereka akan baik di mataku. Tidak sama sekali. Selama bapak dan ibu menikah, keluarga bapak ternyata memang tidak menyukai ibu. tidak setuju kalau ibu nikah sama bapak. Saat aku masing duduk di bangku Sekolah Dasar, aku mendegar langsung mereka (kelurga bapak) menjelek-jelekan ibu.