Mohon tunggu...
M. Razzan Carveyna
M. Razzan Carveyna Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Kelompok 37 Gelombang 9 merupakan salah satu kelompok yang berpartisipasi dalam Program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktimu Negeri. Kelompok ini terdiri dari 5 anggota dengan koordinator Ahmad Qoyyim. Dengan judul "Mewujudkan Masyarakat Desa Sombo yang Harmonis dan Tangguh Melalui Mitigasi Bencana Tanah Longsor Berbasis Nilai-nilai Luhur," kelompok ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Desa Sombo, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur dalam menghadapi ancaman bencana tanah longsor.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Profesionalisme dan Kode Etik di Era Teknologi dan AI: Pilar Penting Bagi Masa Depan Industri Teknologi Informasi dan Komputer

10 November 2024   08:40 Diperbarui: 10 November 2024   08:42 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI) dan teknologi informasi (TIK), sudah membawa dampak besar di berbagai sektor kehidupan, mulai dari dunia kesehatan hingga dunia bisnis. Misalnya, dalam bidang kesehatan, AI bisa membantu mendeteksi penyakit lebih awal. Di sisi lain, dalam dunia bisnis dan pemerintahan, teknologi ini mempermudah kita untuk memprediksi pasar dan mengambil keputusan berbasis data yang lebih akurat (Zarkasyi, 2023). Namun, meski kemajuan ini banyak memberikan manfaat, kita juga harus sadar akan tantangan baru yang muncul, seperti penyalahgunaan data, pelanggaran privasi, dan otomatisasi yang bisa menggantikan tenaga kerja manusia. Inilah mengapa profesionalisme dan kode etik sangat penting. Kita harus memastikan bahwa teknologi yang kita kembangkan tidak hanya berkembang secara teknis, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan etis (Nisa et al., 2024).

Sebagai calon profesional di masa depan, saya percaya kita punya tanggung jawab untuk mempertimbangkan dampak sosial dari teknologi yang kita ciptakan. Kode etik, seperti yang ditetapkan oleh ACM (Association for Computing Machinery), menekankan prinsip-prinsip seperti keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Ini harus menjadi dasar dalam setiap keputusan yang kita buat dalam mengembangkan teknologi.

PEMBAHASAN UTAMA

Pentingnya Profesionalisme dalam Industri TIK

  • Di era digital sekarang ini, profesionalisme dalam TIK tidak hanya soal keahlian teknis, tapi juga soal integritas, tanggung jawab sosial, dan komitmen etis. Profesional TIK punya kewajiban yang tidak hanya terbatas pada perusahaan tempat mereka bekerja, tetapi juga pada masyarakat yang akan menggunakan teknologi yang mereka kembangkan. Misalnya, ketika seorang profesional mengembangkan aplikasi atau sistem berbasis data, mereka harus memastikan bahwa data pengguna aman dan privasinya terlindungi. Mengingat kasus kebocoran data yang sering terjadi, menjaga kepercayaan masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Profesionalisme berarti menjaga komitmen terhadap transparansi dan keamanan, serta memastikan bahwa teknologi yang dibuat benar-benar memberi manfaat sosial, bukan sekadar mengejar keuntungan finansial (Fathiro Cahyono & Mukaromah, 2023).
  • Saya rasa setiap profesional TIK harus memikirkan dengan serius dampak yang ditimbulkan oleh teknologi terhadap masyarakat. Mereka perlu bertanya, apakah teknologi yang mereka kembangkan akan membantu mengurangi ketimpangan sosial, atau justru memperburuknya? Apakah teknologi itu akan membuka lapangan kerja baru, atau malah menghilangkannya? Profesionalisme sejati memastikan bahwa kita, sebagai pengembang teknologi, berkomitmen untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat.

Kode Etik dalam TIK (Merujuk pada ACM Code of Ethics)

  • Kode etik TIK, terutama yang disusun oleh ACM, menjadi pedoman penting bagi para profesional dalam menjaga integritas dan etika di tempat kerja. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti tanggung jawab terhadap publik, kejujuran, keadilan, dan transparansi, yang sangat berguna dalam menghadapi dilema etika di dunia TIK. Misalnya, dalam pengembangan AI atau algoritma pembelajaran mesin, profesional TIK perlu memastikan bahwa sistem yang mereka buat bebas dari bias yang bisa merugikan pihak tertentu.
  • ACM juga menekankan pentingnya menjaga privasi pengguna dan memberikan penjelasan yang jelas dan jujur tentang bagaimana data mereka akan digunakan (Rahmadhea, 2024). Di lapangan, banyak pengguna yang tidak menyadari risiko yang muncul dari pengumpulan data yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, para profesional TIK harus bisa memberikan informasi yang transparan dan benar. Selain itu, kode etik ini juga melarang penggunaan teknologi untuk tujuan manipulatif, seperti menyebarkan berita palsu atau propaganda. Ini penting agar teknologi yang dikembangkan tetap berada pada jalur yang benar, yaitu memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat.

Persiapan Mahasiswa Informatika sebagai Calon Profesional TIK

  • Sebagai mahasiswa informatika yang akan berkarir di bidang TIK, persiapan yang diperlukan tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga harus mencakup pemahaman tentang etika dan tanggung jawab profesional. Di dunia nyata, seorang profesional TIK akan menghadapi berbagai dilema etika dan keputusan sulit. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami masalah-masalah ini sejak dini. Salah satu cara untuk mempersiapkan diri adalah dengan lebih mendalami isu-isu terkait privasi data dan keamanan siber. Mengingat semakin rentannya privasi pengguna, mahasiswa perlu tahu bagaimana cara melindungi data dan memastikan bahwa sistem yang mereka buat aman dari penyalahgunaan (Bayu Pratama, Hendini, & Fitri Hidayat, 2023).
  • Selain itu, mahasiswa juga disarankan untuk aktif dalam organisasi profesional seperti ACM atau IEEE, serta berpartisipasi dalam diskusi tentang etika teknologi. Dengan begitu, mereka bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan lebih peka terhadap dampak teknologi terhadap masyarakat. Lebih dari sekadar menguasai pemrograman atau algoritma, mahasiswa juga perlu mengasah soft skills seperti kemampuan berpikir analitis dan berkomunikasi, sehingga ide-ide mereka bisa disampaikan dalam konteks etis yang mudah dipahami (Putra & Yuliana, 2023).

OPINI UTAMA

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, profesionalisme dalam industri TIK menjadi hal yang sangat krusial untuk memastikan bahwa inovasi teknologi tidak hanya canggih, tetapi juga aman dan etis. Pengaruh TIK sangat besar terhadap berbagai sektor kehidupan, dari ekonomi, pendidikan, hingga privasi masyarakat. Tanpa profesionalisme yang kuat, teknologi bisa disalahgunakan, yang tentu saja akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat (Rifky, 2024). Misalnya, kebocoran data yang terjadi pada perusahaan besar menunjukkan bahwa tanpa komitmen yang kuat terhadap keamanan data, masyarakat bisa menjadi korban eksploitasi. Di sisi lain, otomatisasi yang dibawa oleh AI juga berisiko mengurangi lapangan kerja manusia, meskipun menawarkan efisiensi yang tinggi (Hidayanto et al., 2024).

Menurut saya, profesionalisme di sektor TIK tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus didukung oleh kode etik yang relevan dan terus diperbarui. ACM Code of Ethics harus menjadi dasar yang dipegang oleh setiap profesional TIK, terutama dalam proyek-proyek yang melibatkan masyarakat luas (Safira & Kuntadi, 2024). Sayangnya, sering kali ada pelanggaran kode etik karena tekanan ekonomi dan dorongan untuk meraih keuntungan dengan cepat. Padahal, kode etik ini harusnya menjadi pedoman moral yang tidak bisa ditawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun