Penguasa Cikeas punya selera bermain politik konflik. Gencar mengkelabui publik dan pandai bersandiwara. Tetapi sejak kasus Century mencuat, lakon politik SBY dan kroni-kroninya mulai terbaca.
Maka tak salah, Century dapat dianggap sebagai pintu masuk untuk meneropong sepak terjang kepemimpinan SBY dan perilaku orang-orang disekitarnya. Dan dari balik pintu tersebut, tersembunyi “ratu Cikeas”, Kristiani Herrawati atau lebih dikenal dengan nama Ani Yudhoyono. Inilah sosok penguasa yang sesungguhnya.
Bagi sebagian orang, keberadaan Ani Yudhoyono dipandang sebatas ibu rumah tangga, dengan status publik sebagai Istri Presiden. Selebihnya, secara formalitas, ia dianggap hanya seorang pendiri dan sekaligus Wakil Penasehat Partai Demokrat. Bukan politisi yang diperhitungkan.
Namun di mata saya, Ani Yudhoyono adalah pelaku dan sekaligus dalang politik yang berpengaruh atas kiprah SBY di panggung nasional. Tanpa keterlibatan dan perannya, SBY tidak bakal menjadi penguasa di negeri ini. Putri Letjend (Purn) Sarwo Edhie Wibowo itu, memiliki campur tangan dan pengaruh yang besar dalam menentukan perjalanan karir SBY. Dan hal itu sulit dipungkiri.
Selaku orang yang berpengaruh atas diri SBY, Ani Yudhoyono tentu memiliki hasrat dan ambisi politik yang terpendam. Dan nampaknya, kini momen yang tepat baginya untuk menyalurkan ambisi tersebut. Yakni, tampil ke gelanggang politik secara totalitas, dengan cara mengambil alih kepemimpinan Demokrat. Signal itu, makin jelas terlihat. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana ia dihadirkan secara elok dihadapan publik…?
Sandiwara Anas, Marzuki dan Andy Mallarangeng
Belakangan ini, media massa sibuk membuat cerita seputar kemunculan beberapa nama calon Ketum Demokrat: Anas Urbaningrum, Marzuki Alie dan Andy Mallarangeng. Ketiga politisi Demokrat itu, memberi kesan seolah-olah Demokrat akan dipimpin oleh orang yang bukan berasal dari keluarga dekat SBY. Dan hal itu mempertegas bahwa Demokrat akan lepas dari pengaruh politik nepotisme Cikeas.
Cerita itu juga telah menyihir akal sehat publik, bahwa Demokrat merupakan sebuah partai politik yang dinamis dan demokratis. Acuannya adalah, bahwa kehadiran ketiga figur yang mencalonkan diri akan bertarung sengit dan tanpa campur tangan SBY di Konggres Partai Demokrat. Apakah benar demikian?
Anda boleh mempercayai cerita tersebut. Namun di mata saya, itu hanyalah kepura-puraan politik Cikeas. Tidak mungkin, SBY akan membiarkan Demokrat dipimpin oleh orang yang bukan berasal dari keluarganya. Serupa dengan watak Taufik Kiemas dan Megawati, yang tetap mempertahankan kepemimpinan PDIP dalam kendali keluarga mereka.
Artinya, untuk memimpin Demokrat ke depan, SBY tentunya akan mengikuti cara PDIP dengan menjadikan Ani Yudhoyono sebagai Ketum Demokrat. Hanya dengan cara itu, dipastikan Demokrat akan tetap menjadi sarana politik bagi keluarga Cikeas dalam mempertahankan kekuasaannya.
Namun, untuk memperlihatkan kepada publik bahwa Demokrat adalah partai yang dinamis dan demokratis, maka ketiga orang dekat SBY (Marzuki, Anas dan Andy) didorong untuk bersandiwara. Dengan target satu dari mereka akan tetap terpilih sebagai Sekjen untuk mendampingi Ketum yang telah disiapkan oleh SBY. Siapa lagi kalau bukan Ani Yudhoyono...! Inilah negeri nepotisme sejati !
Salam, Faizal Assegaf Jkt, 29 Maret 2010.
Artikel lainnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H