Mohon tunggu...
faizal assegaf
faizal assegaf Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Panggil saja ical—Lahir di Geser Island, besar di Pulau Buru—sejak awal Februari 1990 hingga kini menetap di Jakarta—visi dan sikap politik: “perlunya pendekatan revolusioner untuk membangun Indonesia yang orisinil dan beradab..."__lebih memilih jadi kritikus dari pada bergabung dengan rezim korup__ mampir ya diblog pribadi saya: visibaru.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

NKRI, Belajarlah Dari Iran

3 Februari 2010   17:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_67582" align="alignright" width="300" caption="Persaudaraan Iran-Indonesia - Ilustrasi"][/caption]

Republik Islam Iran, kini dan tahun-tahun ke depan adalah kekuatan yang makin diperhitungkan. Negeri para Mullah itu, suka atau tidak, telah menjadi simbol kebangkitan dan sekaligus penyeimbang bagi kekuatan global (AS dan Israel) di kawan Timur Tengah dan kawasan sekitarnya. (baca)

Kemajuan yang terus menanjak di Iran adalah fakta yang tak terbantahkan. Khusus menyangkut dengan penguasaan sains dan teknologi persenjataan yang dimilikinya, kini mulai memasuki tahap-tahap yang progresif. Hanya dalam perjalanan tiga dekade, negara revolusi berbasis Islam Syi’ah ini tampil gagah dan takjub. (baca)

Bukan hanya pencapaian kemajuan bidang pertahanan, namun dari sisi kebudayaan, ekonomi dan politik internasional, Iran jelas lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia atau beberapa negara berkembang lainnya.

Apa yang terjadi di Iran saat ini adalah gambaran dari sebuah pencapaian kemajuan yang menarik untuk disimak. Setidak-tidaknya, terdapat beberapa sumber daya yang menjadi penopang utama, yakni:

Pertama, faktor sejarahnya yang kaya dengan warisan kebudayaan dan agama yang tumbuh dan berkembang secara dinamis. (baca)

Kedua, pengaruh ideologi Syi’ah dalam membentuk struktur dan nilai-nilai kehidupan rakyat Iran sebagai sebuah masyarakat yang homogen dan tercerahkan. Yang kemudian sukses menghasilkan sistem ketatanegaraan yang solid, modern dan berbasis Islam orisinil.

Ketiga, faktor letak geografis serta sumber daya alam yang dikelola secara mandiri dan visioner.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sesungguhnya Indonesia tidak kalah hebatnya dengan Iran, baik dari sisi sejarah, SDA maupun potensi geografisnya yang strategis. Namun mengapa negeri ini seolah berjalan di tempat, terpuruk dan terancam bangkrut?

Alasan-alasan umum yang mendistorsi kekinian Indonesia, tidak lepas dari problem sosial-politik dan sistem ketatanegaraan yang terus bergerak mundur. Sehingga melihat Indonesia hari ini adalah pesimisme, kontras dengan akal sehat kita. Seperti sebuah negara yang dikuasai dan dibangun oleh rezim berwatak neokolonial.

Jika di Iran, tumbuh semangat anti imprealisme, zionis dan menolak campur tangan pengaruh negara-negara barat, yang dianggap sebagai musuh peradaban dan ketidakadilan. Namun hal yang bertolak-belakang justru terjadi di Indonesia. Di mana rezim penguasa kita tunduk dan takluk pada kemauan kekuatan-kekuatan global secara kasak mata. Serta menjadikan rakyat dalam posisi yang tidak berdaya dan tak bermartabat.

Sikap Iran juga sejalan dengan Venezuela, Kuba, Brasil, Argentina dan beberapa negara berkembang lainnya. Pemahaman dan semangat melawan arus kuat kapitalisme global telah menjadikan mereka tumbuh sebagai bangsa dan negara yang mandiri, berdaulat dan berkembang secara revolusioner.

Selain itu, kepemimpinan yang dihasilkan oleh rakyat Iran sejak lahirnya revolusi di negeri itu, telah membuat mata dunia terperangah. Mulai dari pemimpin besar revolusioner seperti; Ayutullah Rohullah Khomeini, Ali Rajai, Rafsanjani, Sayyid Ali Khamenei, Ayatullah Khatami, hingga Mahmud Ahmadinejad yang populer dengan keberanian dan keteguhan sikapnya yang simpatik.

Bandingkan dengan kepemimpinan nasional di Indonesia? Dalam kurun waktu 60 tahun lebih, kita hanya terpesona dan bernostalgia dengan kebesaran pribadi Soekarno. Selebihnya adalah pemimpin-pemimpin yang dikarbit secara paksa melalui jalan kudeta dan demokrasi yang abal-abal.

Berbicara tentang kemajuan di Iran tidak akan habis-habisnya. Kita seolah memasuki samudera pengetahuan yang menyimpan banyak hikmah kemanusiaan yang hilang dari diri kita sebagai sebuah bangsa. Hikmah itu adalah kekuatan kebenaran dan keadilan yang sejak lama kita impikan.

Sebagai bangsa besar dan kaya akan sumber daya alam, sudah saatnya Inodenesia bangkit untuk menata dirinya. Jika tidak, kita akan terus menjadi bangsa “kerbau” yang hidup dalam kubangan “NKRI”. Bangkit dan perjuangkan masa depan bersama yang lebih adil, manusiawi dan bermartabat. (baca)

Salam Indonesiana

Faizal Assegaf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun