[caption id="attachment_59347" align="alignright" width="300" caption="Kemiskinan makin meradang - google"][/caption]
Kesakitan ekonomi di negeri ini makin merasuk ke seluruh level kehidupan rakyat. Asbabnya tidak lain, adalah akibat serangan virus bernama “kemiskinan”. Virus ini lahir karena ulah elit penguasa yang salah urus sumber-sumber kekayaan alam dan potensi ekonomi nasional secara tidak transparan dan cerdas.
Rakyat sebagai korban daripenyakit ekonomi yang menyeramkan itu, dari hari ke hari, terlihat makin memprihatinkan. Berbagai obat telah diusahakan dengan melibatkan campur-tangan medis asing: IMF, Word Bank dan sebagainya. Namun tetap saja hasilnya dirasakan sia-sia, bahkan bertambah parah.
Resep yang digunakan oleh elit penguasa yang melibatkan para medis asing tersebut merujuk pada model penyembuhan melalui terapi Neolib, dengan menginjeksi ramuan obat: Pasar bebas, pinjaman utang luar negeri yang over dosis. Namun terbukti sampai saat ini kehidupan rakyat tak kunjung sembuh. Mengapa demikian?
Memasuki awal tahun 2010, penyakit ekonomi diperkirakan akan bertambah parah dengan diberlakukan Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-China. Kebijakan ini oleh sebagian besar pengamat di tanah air, dianggap sangat berbahaya dan berpotensi mematikan kehidupan jutaan pasien (rakyat) tak berdosa.
Lebih menyedihkan lagi, impor penyakit bernama FTA tersebut, ditengarai tidak lepas dari kong-kalikong rezim SBY dan penguasa kapitalis Asean-China. Kong-kalikong ini adalah kelanjutan dari “transaksi politik” alias utang budi SBY kepada para jaringan pendukungnya (konglomerasi) yang telah menyokong SBY terpilih kembali pada pemilu 2009. Serupa dengan hadiah SBY kepada gedung putih dan konglomerat USA dengan memberikan blok Cepu pada pasca pemilu 2004.
Walhasil, dari transaksi politik itu, suka atau tidak suka, SBY telah mengizinkan rakyatnya yang sedang kesakitan dan tercekik ekonomi untuk menelan obat terlarang bermerek “konspirasi”. Hasilnya, dipastikan rakyat akan terus menderita untuk selamanya, karena racikan obat-obat mematikan itu akan terus menjalar di dalam kehidupan rakyat secara menganaskan. Sangat menyedihkan!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H