Berlari.. berlari..berlari.. entah untuk apa, entah mengejar apa, ia sendiri tak tahu, tak mengerti.. lalu semua orang berandai-andai O... ia ingin mengekspresikan perasaannya O... ia kelebihan energi.. O... ia ingin mengusir suara-suara ramai di telinganya... Berlari... berlari.. berlari... sebenarnya bukan mengejar apa-apa hanya berusaha mengejar dan menemukan dirinya... yang ia sendiri tak pernah bisa pahami.. Ia tidak buta, tapi kedua mata itu sering tak mampu melihat apa yang seharusnya ia lihat Ia tidak tuli, Tapi kedua telinga itu tak bisa mendengar apa yang orang lain bisa dengar Ia tidak bisu, Tapi sulit baginya memerdekakan kata-kata dari terongkongannya.. Berlari.. berlari.. berlari.. karena hanya itu yang baru ia bisa Di sela tangis dan tawanya yang bisa berganti tiba-tiba dan diantara tangis dan tawaku yang melihatnya dengan penuh harap akan selangkah demi selangkah kemajuan.. Tak apa-apa... berlarilah nak.. jika itu membuatmu merasa merdeka.. berlarilah.. kemanapun kau mau tapi tetaplah kembali kesini, ke pelukanku karena cinta yang tak hendak kering menantimu.. Kau mungkin tidak pernah memilih lahir dengan keadaan seperti ini Akupun tak pernah memilih melahirkanmu dengan keadaan seperti ini Tapi cinta NYA telah memilih kita untuk saling membutuhkan untuk saling memberi nafas... untuk saling memberi arti.. Namun, Jika suatu saat waktu telah cukup untukku jangan pernah berpikir aku ingin meninggalkanmu, nak.. cintaku tak akan pernah usai.. itu hanya masalah waktu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H