STRATEGI 1
Menggoda istri Ahok dan menghancurkan rumah tangga
Pengadilan Negeri Jakarta Utara akhirnya memutus berakhirnya pernikahan Ahok dan Vero. Tragis, pernikahan yang ideal kelihatannya, harus pupus. Tercium bau orang ketiga, berstatus  suami orang menjadi pria idaman lain bagi Vero.
Dan si PIL ini konon pendukung (kalau tidak bisa disebut kaki tangan) Partai Gerindra.
Yang agak menggelitik adalah sikap Vero yang  "tidak perduli". Bahkan hak asuh anaknya tidak Vero upayakan. Ibu macam apa yang tidak berjuang mendapat hak asuh anak anaknya yang masih di bawah umur?
Sekalipun pengadilan memutus, sampai Ahok keluar penjara, kedua anak mereka diasuh Vero, tetapi buat saya, bukan sikap ibu yang patut diteladani.
Tapi itulah pilihan hidup Vero dan Ahok. Tak ada seorangpun yang boleh menghakimi apalagi memaki bahwa tidak boleh bercerai. (Buat yang merasa perceraian Ahok salah dan berdosa, mungkin baru bisa mengerti kalau tiba giliran dia sendiri atau orang orang terdekat harus juga  menghadapi perceraiannya).
STRATEGI 2:
Urusan Cerai  Jadi Amunisi Politik
Kenyataan cerainya Ahok malah dijadikan amunisi buat musuh politiknya, sebutlah Anies Baswedan.
Bahwa menurut si gubernur suruhan Ratna Sarumpaet, Ahok tidak layak jadi pemimpin karena tidak mampu memimpin keluarganya. (Hm, Prabowo Subianto dan beberapa ketua partai politik, apa tidak tersinggung ya)