Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelatih Teladan versi INKAI Karate dan Dojo Porkkami Tanjung Priok Jakarta

27 Januari 2014   08:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26 2572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_292314" align="aligncenter" width="150" caption="Achievement Award, Pelatih Karate Terbaik INKAI"] [/caption] Seharian saya mengantar anak mengikuti ujian kenaikan sabuk karate INKAI di Afiliasi Dojo Porkkami di Gelanggang Remaja Jakarta Utara Jl Yos Sudarso Tanjung Priok, Minggu 26 Januari 2014. Seperti biasa, sekitar 200an karateka dari sabuk putih sampai sabuk coklat berlatih dulu, baik gerakan dasar (kihong), gerakan berseri (kata), dan sesi tanding (komite).  Setelah sekitar 2 jam berlatih, para karateka yang kebanyakan berusia 7 tahunan, walau ada juga yang 40 tahun, dipersilakan istirahat untuk selanjutnya mengikuti ujian. [caption id="attachment_292331" align="aligncenter" width="300" caption="suasana Ujian Karate, Minggu 26 Jan 2014"]

1390782670192006034
1390782670192006034
[/caption] Buat yang belum tahu, susunan sabuk karateka INKAI adalah awalnya sabuk putih, lalu sabuk kuning, lalu sabuk hijau. lalu sabuk biru, lalu sabuk coklat. Dari sabuk putih sampai sabuk coklat, setiap karatekan dinilai dengan kyu, dari kyu 10 sabuk putih,  lalu ujian beberapa kali untuk menurunkan kyu hingga kyu 1 sabuk coklat. Setelah mengantongi kyu 1 para pemegang sabuk coklat diijinkan ujian untuk  meraih sabuk hitam dengan standar Dan, mulai dari Dan 1  (dan kawan kawan, dan lain lain, tidak termasuk, hehe).  Para pemegang sabuk hitam inilah yang disebut guru, dengan panggilan  "Sempai"  (Dan 1 sd Dan 3) serta dipanggil "Senshei" (Dan 4 ke atas).  Dan 1 untuk sabuk hitam pemula hingga saat ini di dunia, tertinggi (kalau nggak salah) adalah Dan 9 yang dimiliki oleh mahaguru di Jepang (silakan tanya  namanya ya di mbah google) Pelatih Teladan INKAI Selain menikmati suasana ujian karate yang buat saya selalu segar, karena melihat anak-anak kecil berbaju karate putih, begitu bersemangat dan mampu menampilkan gerakan indah bertenaga, ada yang istimewa kali in, sehingga saya ingin share untuk para kompasianer. Kali ini, ada yang beda, karena Founder Dojo Porkkami, BW Taroreh yang sudah berusia 84 tahun hadir. BW Taroreh baru saja mendapat penghargaan sebagai Pelatih Teladan dari INKAI (Institute Karate Indonesia). Mengapa Opa sepuh itu diberi penghargaan yang sangat prestigius, yang baru pertama kali  bagi INKAI? Dojo Porkkami (Persatuan Karate Kesatuan Maritim Indonesia) awalnya didirikan tahun 1980 di rumah Keluarga Taroreh di Jl Bugis Tg Priok Jakarta, dimulai dari 5 orang, yakni Opa Taroreh dan teman-temannya yang bekerja di Pelabuhan Tanjung Priok. Karena itulah, nama Dojo (tempat latihan) ada embel-embel Maritim, karena awalnya ditujukan untuk memberi pembekalan kepada para pekerja maritjm untuk dapat menguasai keterampilan karate sebagai bela diri. Setelah 5 orang itu, ditambah enam anak Opa Taroreh, 3 putri dan 3 putra, antara lain Anastasya, Christine. Lucie, Dolfie dan Dennis Taroreh (ketiga terakhir ini dikenal sebagai atlet volley nasional), sehingga butuh ruang  latihan yang lebih besar, rumah Opa Taroreh tidak cukup. Mesti cari tempat latihan, ada di Gudang Jl Bugis Tg Priok. Gudang tetangga di Jl Bugis menjadi tempat latihan untuk belasan orang. Ternyata tidak cukup lagi, akhirnya sejak tahun 1981 sampai 2014 ini, Dojo Porkkami selalu berlatih di Gelanggang Olahraga Jakarta Utara. Opa Taroreh sendiri aktif melatih dari tahun 1980 sampai tahun 2000, di usianya sekitar 66 tahun. BW Taroreh mencapai peringkat Dan 3 yang ia sendiri sebut Dan 3 abadi, karena sudah lebih dari 20 tahun dipegangnya. Lalu dengan pertimbangan usia uzur dan kepergian istri tercinta, ditambah Opa terkena stroke sehingga  tidak bisa lagi melatih langsung dari rumahnya di kawasan Cinere Jawa Barat.  Opa tetap memantau perkembangan karate lewat para juniornya termasuk anaknya Christine Taroreh, yang sekarang menjadi Ketua Dojo Porkkami. Naik Turun Prestasi Dojo Porkkami Christine  Taroreh yang aktif di pengurus Inkai Pusat sebagai  Dewan Guru yang memiliki Dojo sendiri, konon Dewan Guru lainnya adalah pelatih senior, tetapi tidak memiliki dojo / perguruan karate sendiri. Selain sibuk di Dewan Guru INKAI, Christine yang pegawai negeri Bank Mandiri juga dikenal sebagai atlet nasional atletik, terutama karena prestasinya di cabang tolak peluru (Tahun 1980 - 1990).  Sekalipun begitu, Christine tetap konsekuen memegang manajemen di dojo karate yang telah susah payah dibangun ayahnya. Apakah torehan perjalan perguruan karate INKAI Porkkami itu mulus mulus saja? Ternyata tidak. Puluhan bahkan ratusan karateka yang dilatih dan akhirnya meraih sabuk hitam, kebanyakan "pensiun". Jangankan mereka mau melatih para junior, wong melatih diri sendiri saja sudah tak mau. Alhasil regenerasi pelatih di Porkkami sering menjadi masalah klasik. Bahkan  Christine Taroreh (Dan 7) kemarin sempat mengatakan, kecewa karena para sabuk hitam hasil didikan Dojo Porkkami malah akhirnya memilih  dojo lain. "Loyalitas merupakan satu sikap disiplin karateka yang semestinya dimiliki semua karateka, apalagi yang sudah memegang sabuk hitam." Sekalipun demikian, Porkkami tidak perlu patah semangat, karena 200an karateka junior siap mengukir prestasi kembali, baik tingkat daerah, tingkat propinsi, tingkat nasional, bahkan tingkat internasional. Sebagaimana di tahun 1990an, Dojo Karate Inkai Porkkami terkenal karena berhasil memboyong Juara Dunia Kata Beregu, Juara Dunia Kata Perorangan, Juara Nasional Komite, dan puluhan juara tingkat propinsi dan tingkat daerah. [caption id="attachment_292329" align="aligncenter" width="300" caption="Karateka dan Pelatih Dojo Porkkami Tg Priok 2014"]
13907824631896809951
13907824631896809951
[/caption] Saat ini tanda-tanda kebangkitan Dojo Porkkami mulai bersinar,  didukung oleh para guru yang setia melatih sejak tahun 1980an, Senshai  Sumarya (74 tahun)  dan Edo Edward Lenore (70 tahun) dan belasa jebolan sabuk hitam Porkkami.  Sebutlah Senshei  Tini (yang sempat  juara beregu kata putri tingkat internasional di Fukuoka Jepang,  bersama Anastya Taroreh dan Christine Taroreh),  Senshei Iskandar, Senshei Tanto. Lalu ada  Sempai  Kahar,  Bernard, Rocky,  Iyus, dan yang termuda, Sempai Ruth Angela Christie (14 tahun) Dojo Porkkami memasuki usia 34 tahun, Selain aktif latihan di Gelanggang Remaja Jakarta Utara, di tahun 2014 ini,  beberapa sabuk hitam Porkkami juga membuka pelatihan di berbagai tempat, sebutlah Sempai  Andy di Metland Cileungsi , Sempai  Novi di Ujung Menteng, Sempai  Bangun di daerah Jamrut, Senshei Sumarya dan Sempai Kahar di Sekolah SD SMP Marsudirini Kramat Jaya  Plumpang Semper, Sempai  Jaya dan Sempai  Rizal di Kampung Ambon, dan Sempai Ruth Angela Christie yang membuka dojo di SDN Kebon Bawang Tanjung Priok (ada 6 sekolah SD negeri di kompleks tersebut). Maju Terus Afiliasi Karate Dojo Porkkami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun