Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasih Ayah & Anak dan Mistisnya Tarian "Pinokio" dari Samosir

23 Desember 2013   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai keturunan Batak yang menghargai warisan tradisional,  saya suka menari tortor alias manortor. Dari beratus-ratus kali menortor, baik dalam kegiatan kegembiraan maupun saat berduka (saat meninggal pun tor-tor acapkali diadakan),  saya baru merasakan mistiknya tor tor saat menari bersama  Sigale-gale, boneka kayu yang memiliki kisah mistis dan dipercaya sampai sekarang oleh mayoritas masyarakat (Batak).

[caption id="attachment_280483" align="aligncenter" width="194" caption="Sosok Sigale-gale, Pinokio dari Samosir"][/caption] Kisah Pinokio dari Samosir Pinokio, kisah mendunia tentang boneka kayu yang menjadi hidup karena kecintaan Gepeto, sang pengukir yang merindukan sosok anak,  mirip dengan kisah Sigale-gale. Boneka Sigale-gale bermula dari wafatnya putra mahkota kesayangan seorang Raja Samosir, yang sakit tidak tersembuhkan. Padahal Sang Raja sudah habis-habisan mencari pengobatan ke sana sini, tetapi akhirnya sang anak meninggal juga.  Padahal Sang Raja sudah merencanakan dalam waktu dekat, sang anak akan menggantikan posisinya. Hancur hati sang Raja, karena rupanya ia terbiasa curhat, bersama  bernyanyi, dan menari bersama sang putra mahkota. Jadi kepergian Putra Mahkota merupakan pukulan telak bagi Sang Raja yang konon menghabiskan waktu senja untuk menari bersama sang anak kesayangannya. Karena kebiasaan menari bersama sang putra, akhirnya Sang Raja meminta para pengukir membuatkan patung replika sang putra mahkota.  Patung itu juga didandani, diberi baju, penutup kepala, dan kain ulos yang bagus, sebagaimana layaknya sang putra mahkota semasa hidupnya. Setelah replika patungya jadi, Sang Raja meminta kepada Datu Mulajadi Nabolon (Penguasa Alam Semesta) untuk sudi mengirimkan roh anaknya sejenak untuk menari bersama, sebagaimana ketika mereka bercengkerama setiap sore dulu. Believe it or not, patung replika itu dipercaya bisa menari, sebagaimana manusia hidup. Dan itu terus menerus terjadi setiap hari, sampai Sang Raja akhirnya meninggal dunia. Keajaiban Sigale-gale akhirnya dilestarikan oleh keturunan Raja Samosir.  Tentu bukan dengan cara memanggil arwah untuk menari, melainkan dengan mengatur tali pada patung replika Sigale-gale, yang merupakan generasi boneka berikutnya. Dengan bantuan tali yang diikat di kepala, mata, tangan, kakinya, maka patung Sigale-gale yang ada di beberapa tempat di ujung pulau Samosir, menjadi patung yang bisa menari. Bahkan Sigale-gale sudah dijadikan aktraksi sehingga menghasilkan pendapatan bagi kelompok penyelenggara. Jika pada perayaan besar, acara tor-tor Sigale-gale diiringi dengan musik hidup alias live musik, maka pada aktraksi biasa, cukup diiringi dengan rekaman musik saja.  Namun aturan musiknya tetap dilestarikan, yakni sehabis tarian pembukaan, harus disertai dengan ucapan selamat datang dan doa, dari si pembawa acara.

Dan tahun lalu saya berkesempatan menikmati Indonesia Travel yakni ke Tomok, Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, propinsi Sumatera Utara. Di sana saya akhirnya bisa menari tradisional bersama Sigale-gale yang termashur itu ...

Aturan Manortor, Jangan Coba Dilanggar Sewaktu saya sampai di Samosir, jam pertunjukan  Sigale-gale bertepatan dengan hari Minggu, hari giliran anak-anak yang menari. Penonton wajib membayar minimal @ Rp 10 ribu, dan kalau belum memenuhi kuota, maka kita harus menunggu penonton baru sampai tercukupi anggaran dari penyelenggara. Akhirnya, pertunjukan dimulai. Dan belasan anak usia sekitar 4 – 12 tahun siap di area pertunjukkan.  Sementara sang bintang, Sigale-gale berdiri gagah agak di belakang, karena sang operator  penarik tali harus “bersembunyi” sehingga penonton bisa menikmati tarian Sigale-gale tanpa harus terganggu dengan sang operator. Bagi saya yang sering menortor, sebenarnya aktraksi Sigale-gale itu biasa saja, malah cenderung agak sepi, kurang meriah.  Namun, tatacara tor tor yang terdiri dari tujuh jenis lagu atau Gondang  juga dipenuhi pada pertunjukkan ini. Mulai dari permohonan kepada Dewa dan pada ro-roh leluhur agar keluarga diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah sampai permohonan agar undangan (dan penonton) juga mendapat berkah dari acara ini. Mungkin hanya sedikit orang (Batak) yang mengerti bahwa selama menortor ada pantangan yakni :tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu keatas, bila itu dilakukan berarti sipenari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat, atau adu tenaga batin dan lain lain. Karena itulah maka posisi tangan Sigale-gale persis sedikit di bawah bahunya. Dan karena keterampilan sang operator, terlihat Sigale-gale ini menari dengan indah,  menggerakkan tangan kayunya.  Bahkan Sigale-gale ini bisa menggerakkan kepalanya dan matanya sehingga terlihat sebagaimana orang hidup.

13854687211027485883
13854687211027485883
(Foto : dokumentasi pribadi, anak-anak menortor, dan Sigale-gale berdiri gagah di belakang) Sensasi Mistis Menari Bersama Sigale-gale Setelah menikmati tarian Sigale-gale babak pertama, ternyata ada babak kedua, dan penonton dipersilakan ikut menortor.  Maksudnya, penonton diharapkan menyawer alias menyelipkan lembaran uang kepada semua penari yang ada di pentas, termasuk juga untuk Sigale-gale. Nah itulah kesempatan yang saya tunggu. Bersama sepupu saya, yang juga suka menari, kami mempersiapkan lembaran uang limaribuan, dan langsung naik panggung. Pertama kami menyapa belasan penari cilik, yang rupanya sudah menunggu saweran dari para penonton. Mereka tersenyum lebar ketika kami menyelipkan uang lima ribuan ke jari-jari mungil mereka. Setelah semua penari cilik kebagian, saya melipir ke belakang, dan menyelipkan beberapa lembar limaribuan ke tangan Sigale-gale. Dan saat itu, saya merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, tetapi bulu roma saya berdiri. Saya merasa adanya  roh seorang anak yang merindukan sosok ayahnya. Sambil manortor yang diiringi musik rekaman khas Batak, sarune dan gondang,  tanpa terasa  air mata saya mengalir, saya memang merindukan sosok ayah yang sangat saya cintai, yang telah wafat belasan tahun lalu. Sebelum wafat di tahun 2000, saya dan ayah sempat berdua saja berpetualang ke kampung halaman. Sejenak memori saya kembali ke masa kecil, dimana ayah dan saya (juga keluarga lain) sering datang ke acara Batak dan menortor bersama. Ah, kenangan indah yang tak mungkin bisa dilupakan. Sejak mengalami sapaan mistis, saya mengamini bahwa Tarian Tradisional Tor- Tor Sigale-Gale  tidak sekadar gerakan yang indah, yang memukau, yang menghargai tradisi budaya dan peninggalan nenek moyang kita. Tarian Sigale-gale saya yakini  masih kuat memberikan roh kasih sayang  bagi para penari yang percaya,   betapa hubungan kasih antara anak dan orangtua abadi,  tidak bisa terpisah oleh kematian ... Sekitar beberapa menit kemudian, saya masih  asyik sendiri menortor di samping Sigale-gale, sampai musik selesai dan para penari cilik telah bubar.  Entah bagaimana proses rasionalitasnya,  tetapi  ketika saya menyaksikan video yang merekam perjalanan kami di Pulau Samosir itu,  terlihat betapa saya  asyik manortor, menikmati seolah-olah ayah saya hadir di depan dan ikut menari, ikut manortor ,  dan sensasi mistis menari tradisional bersama ayah,  membuat saya sangat bersukacita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun