Disclaimer : artikel ini tidak ada urusan hukum dan pengadilan, apalagi SARA. Artikel ini semata-mata menjawab keingintahuan sebagai lanjutan diskusi WA Grup pengacara. Kami terkejut membaca fakta almarhum Brig J disunat, berdasar Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Brigadir J, sepengetahuan yang saya simak dari berita, berdasar cerita orangtuanya, keluarganya, adalah penganut Kristen yang taat. Karena itu fakta bahwa Nofriansyah Joshua Hutabarat "itu"nya disunat menimbulkan ke-kepo-an saya.
Dalam dakwaan Jaksa, jelas disebut apanya  Joshua yang disunat. Namun untuk Kompasiana.com yang sangat menjunjung tinggi norma kesopanan, saya memilih menulis "itu"nya daripada menyebut bagian tubuh secara terang benderang.
Mengapa fakta hukum bahwa Brigadir J disunat menjadi menarik ?
Karena setahu saya, umat Kristiani tidak ada kewajiban sunat, kecuali dia menderita sakit dan sejenisnya sehingga dokter, bukan pendeta, yang menyarankan sunat.
Sampai saat ini saya tidak punya data kapan dan mengapa Brigadir  Joshua disunat. Apakah karena masalah kesehatan? Karena biasanya setahu saya,  kalau ada penganut Kristen yang disunat, dikarenakan faktor kesehatan.Â
Sepengetahuan saya, bagi umat Kristen, sunat bukan isu yang penting. Â Memang disebutkan bahwa Yesus Kristus juga disunat. Â Mengapa? Karena (catat) dalam kemanusiaannya dia adalah anak Maria yang bersuamikan Yusuf, keturunan Yahudi. Perlu ditegaskan, dalam kapasitasnya sebagai keturunan Yahudi sejati, Yesus mengikuti adat sunat pada usia 8 hari. Jadi karena tradisi manusia Yahudi; Â Bukan dalam konteks ke-Tuhan-an Yesus Kristus. Â Jadi jangan salah persepsi, ya.Â
Sunat Identik Tradisi Yahudi
Sekalipun sebelumnya bangsa bangsa lain punya tradisi sunat, Â tetapi sunat malah lebih identik dengan Tradisi Yahudi, Bangsa Israel. Bahkan Bangsa Israel dicatat dalam Alkitab Perjanjian Lama, Â sudah mengejek bangsa lain yang tidak bersunat (Hakim Hakim 15:18).
Tradisi sunat, dalam Alkitab, diyakini  tidak pernah dirancang apalagi dipastikan menjadi jaminan keselamatan seorang manusia. Tidak ada seorang manusia yang bisa diselamatkan karena melakukan Hukum Taurat, termasuk karena menuruti perintah untuk disunat. (Galatia 3:11). Galatia adalah satu dari banyak Surat Penginjilan yang ditulis Rasul Paulus, yang  juga keturunan Yahudi,
Di bagian lain, sunat pernah menjadi masalah besar bagi pengikut Kristus di Antiokhia (sekarang di sekitar Turki).  Dari Sejarah Kekristenan, yang saya baca di rubrikkristen.com dipaparkan bahwa sejumlah orang Kristen Yahudi di daerah Yudea pernah mengajarkan  penduduk di Antiokhia harus disunat. Penduduk di Antiokhia mayoritas bukan keturunan orang Yahudi. Sementara  "ajaran sesat" itu mengatakan, bahwa untuk diselamatkan, maka orang harus disunat.
Ajaran itu menimbulkan keresahan di Antiokhia. Keresahan itu sampai ke telinga para pimpinan jemaat, yakni Para Rasul yang pernah menjadi murid  murid Yesus langsung.  Saat itu mereka berdomisili di Yerusalem, sekitar 1,364 km dari Antokhia.  Segera  Para rasul dan Penetua di Yerusalem melakukan rapat umum yang disebut Konsili. Sekalipun Konsili itu hanya melibatkan perwakilan Gereja Antiokhia dan Gereja Yerusalem, tetapi gemanya, kekuatannya menyebar ke seluruh gereja di berbagai kota.  Bahwa Konsili itu mengambil keputusan penting bahwa semua jemaat (Orang Percaya) yang bukan keturunan Yahudi, tidak ada kewajiban harus disunat.
Keputusan Konsili dipercaya adalah Keputusan Roh Kudus (Kisah Rasul 15:28) dan bukan sekadar keputusan manusia. Hal itu mengingat  para pengambil keputusan pada Konsili saat itu semuanya orang Yahudi.
Kembali ke urusan Brigadir Joshua yang "itu"nya disunat maka artikel ini memilih sudut pandang soal keselamatan Iman Kristen. Bahwa dalam konteks keselamatan, tidak ada perbedaan antara orang yang bersunat dan yang tidak bersunat.