Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jakarta-Aceh-Jakarta Nyupir Sendiri, Kenapa Tidak?

20 Agustus 2013   15:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:04 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

chevroletspin

Di antara teman, saya dikenal termasuk penggila mengendarai mobil alias supir jalan darat. Kemana-mana saya lebih suka bawa mobil, termasuk ke Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar dan Ubud di Bali, dan rekor terakhir Medan. Baca artikelnya di sini.

Karena hobi, saya lebih suka menyupir sendiri sebab  terkadang nggak match jika disupiri orang lain.Karena "ke-nekad-an" itulah saya sering menjadi tempat bertanya alias referensi untuk teman-teman, terutama kaum emak, yang ingin bepergian jalan darat ke luar kota. Biasanya selain diskusi rute perjalanan, mereka juga bertanya tentang mobil yang aman dan irit BBM sesuai dengan pengalaman pribadi saya.

Biasanya saya  cerita tentang mobil favorite saya,  yang setia menemani saya selama belasan tahun Walaupun ada mobil lain yang bisa saya gunakan juga, tetapi untuk rute panjang jalan darat, pilihan saya tetap mobil favorit ini. Walaupun sudah lumayan umurnya, tetapi rasa nyaman dan aman. Nyaman karena body mobil gagah dan  space dalamnya luas sehingga punggung, bokong, dan  kaki selalu bisa santai, baik untuk supir apalagi penumpang.  Aman karena mesin mobilnya tangguh dan jarang sekali  rewel di jalan. Karena itu  saya masih setia pada mobil 'senior' ini.

Namun sejalan dengan waktu, mau tidak mau sekarang saatnya saya mesti cari penggantinya. Memang merek mobil sejenis keluaran baru sudah tersedia.  Namun setelah dihitung, untuk tukar tambah kok rasanya tidak worth it ya. Dalam arti, tidak ada nilai tambah kecuali, mobil yang baru ini, ya mobil baru, kilometernya masih sedikit. Namun kenyamanan dan fasilitas teknis relatif sama dengan mobil tua saya.

Jadi mengapa saya berupayadan berusaha ikut test drive, karena timingnya ngepas, saya sedang mencari mobil yang paling pas dengan kebutuhan dan isi dompet  hmm.  Apalagi dalam waktu dekat ini, menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2014 saya dan kedua anak saya  kembali membuat rencana  menempuh perjalanan Jakarta - Medan - Jakarta, tetapi kali ini lebih panjang sampai ke P Weh, di ujung Aceh, Jakarta - Sabang - Jakarta.   Ya, Sabang kilometer nol Indonesia adalah tempat yang layak kita datangi, minimal kalau menyanyi lagu Dari Sabang sampai Merauke, nggak ngambang lagi haha, sudah kenal Sabang, selangkah dari Pulau Sumatera.

Menikmati rimba raya Sumatera yang kadang indah, kadang penuh bahaya, dan di tiap propinsi dijamin,  kita pasti bertemu medan jalan rusak bahkan rusak parah.  Belum lagi menyusuri beberapa tempat uji nyali sebutlah dari Pelabuhan Bakauheni menuju kota Metro Lampung, Lahat hingga Pagaralam, Sumatera Selatan Muarojambi hingga Merlung Tanjung Jabung  Jambi, jalan Kelokan Sembilan di Sumatera Barat, jalan dari Parapat menuju Tele di puncak gunung dari rangkaian Bukit Barisan yang sangat indah pemandangan Danau Toba, hingga jalan menuju Pelabuhan Sibolga Sumatera Utara.

Semua rute  itu membutuhkan kecanggihan power streering yang bisa bermanuver dengan indah di tikungan tajam,  Manuver itu harus tepat, kalau tidak berbahaya!  Karena kiri dan kanan jalan adalah jurang yang belasan hingga ratusan meter dalamnya.

Terus terang selama ini saya setia dengan mobil buatan Jepang, tetapi tidak tertutup peluang untuk mencoba mobil Eropa, yang konon lebih aman dan stabil.  Karena itu tawaran test drive Chevrolet Spin bisa jadi peluang untuk saya berkenalan dan mungkin bisa jatuh cinta pada mobil buatan Eropa.

Oya, back to the real world, selain untuk menjadi kawan seperjalanan melampiaskan hasrat berpetualang,  mobil ini menjadi kendaraan sehari-hari untuk tugas pokok, yakni antar jemput anak dan menemani bisnis part-timer yang saya jalani.  Minimal mobil menjadi teman menyenangkan menjalani kemacetan kota Jakarta yang luar biasa. Konon dalam 24 jam, kita bisa lebih lama di dalam mobil daripada di dalam rumah. So, bagi anggota kelompok wara-wiri seperti saya dan anak-anak, mobil  bahkan sudah menjadi rumah kedua , jadi sebaiknya dilengkapi dengan interior yang  yang comfort dan cozy.

The last but not the least, saya juga mencari mobil yang pantas  dibawa ke pesta pernikahan. Maklum undangan keluarga dan sahabat tidak mungkin ditolak. Biasanya saya datang  dengan balutan baju kebaya dan longtorso ketat,  semoga kita  tetap mengemudi dengan pede,  bisa sampai di tujuan dengan nyaman, dan turun dari mobil dan disambut tukang parkir vallet dengan anggun.  Haha, saya berharap chevrolet spin bisa menjawab tantangan dan impian itu ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun