Akhirnya virus kecil ini singgah juga di Indonesia sejak awal Maret lalu. Saat pertama kali diketahui ada yang terjangkit dan positif corona di Indonesia sebagian masyarakat langsung heboh. Terjadi panic yang berlebihan. Hari  itu tiba-tiba supermarket penuh orang yang berbelanja kebutuhan pokok.  Hand sanitizer pun langsung langka hari itu juga. Padahal baru diumumkan dua orang yang positif.
Beberapa teman langsung panik saat hand sanitizer habis. Aku sendiri saat itu masih santai. Belum beli hand sanitizer dan cuek saja saat habis. Toh ada sabun di rumah pikirku. Emang santai dan waspada itu beda tipis. Santai bukan berarti aku gak waspada ya. Jangan salah.
Lebih dari dua minggu sejak pertama kali kasus positif corona , kini 514 orang positif corona. 48 orang meninggal dunia. Diantaranya adalah para dokter yang berjuang di garda depan untuk menanggulangi corona. Sekolah-sekolah diliburkan, bapak-bapak sebagian bekerja dari rumah, di beberapa tempat publik seperti supermarket pengunjung diukur suhu tubuhnya sebelum berbelanja. Dan tiba-tiba dimana-mana semua orang memakai masker.
Rasanya seperti mimpi saat tiba-tiba semua berubah. Â Kemarin-kemarin rasanya kurang bersyukur dengan segala yang ada. Dan wabah corona ini menyadarkan segalanya. Hal-hal yang dulu dianggap biasa saja sekarang menjadi kemewahan.
Aku rindu ke masjid yang sekarang tiba-tiba sepi. Biasanya hampir setiap hari ke masjid sama si ayah  dan anak-anak. Sejak diberlakukannya social distancing kami jamaah di rumah. Sekarang di masjid-masjid karpet digulung semua. Kalau ada yang mau jamaah bawa saja dah sendiri. Dan tiba-tiba aku merasa ada yang hilang.  Rasanya ada nikmat yang tiba-tiba dicabut. Aaah...Aku rindu masjid, rindu aroma karpetnya, rindu berlama-lama duduk di sana.
Satu lagi yang hilang sekarang kita tidak bisa bebas kumpul-kumpul lagi. Nggak bisa ngobrol sama mama -mama di sekolah anak-anak, nggak bisa pergi arisan lagi dan nggak bisa ikut event blogger lagi.Â
Satu lagi aku rindu traveling, aku rindu jalan-jalan. Menikmati pantai, hijau nya sawah atau sekedar nonton bioskop.  Beberapa teman di grup backpacker sudah menyobek beberapa tiket mereka ke luar negeri. Pariwisata turun drastis. Beberapa hotel lokal  yang sepi terpaksa merumahkan karyawannya. Kasihan  sekali mereka yang menggantungkan mata pencahariannya dari bisnis wisata.Â
Semoga Corona segera berlalu. Agar ada silaturahmi kembali, agar tetap ada tarawih di masjid-masjid karena sebentar lagi puasa, agar tetap ada anak-anak yang mengunjungi orang tuanya di kampung buat mudik lebaran nanti. Agar mereka yang bekerja di sektor pariwisata masih bisa makan.Â
Mari kita bergandeng tangan, berdoa dan bermunajat bersama-sama. Kita dukung pemerintah dan tenaga medis yang telah berusaha maksimal untuk mengatasi wabah corona ini. Jangan cuma bisa nyinyir aja di media nyalahin semua kebijakan pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H