Mohon tunggu...
Ibtisam Mumtaz Khairunnisa
Ibtisam Mumtaz Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi

Seorang mahasiswa yang sehari-hari selain berusaha sebaik mungkin menjalani studinya, juga kerap menulis sejumlah puisi dan cerita fiksi. Masih merupakan penulis pemula dalam kepenulisan artikel, hitung-hitung ingin menyebarkan informasi yang saya miliki kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Iri dengan Pencapaian Orang Lain? Ketahui tentang Crab Mentality!

15 April 2022   23:07 Diperbarui: 15 April 2022   23:38 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesal saat melihat orang lain sukses adalah salah satu contoh perilaku dari crab mentality. | GETTY IMAGES

Pernah tidak, sih, saat ada temanmu yang karirnya semakin melejit dan prestasinya menggunung, kamu malah merasa iri? Pada kesempatan lain, mungkin kamu juga pernah tidak mengapresiasi temanmu yang mendapatkan kesempatan beasiswa ke luar negeri dan malah merasa kesal melihat kesempatan emas yang baru dia dapatkan. Kalau kamu pernah merasakannya, sepertinya kamu terjerat oleh crab mentality.

Istilah crab mentality sendiri merupakan perumpamaan yang diambil dari perilaku kepiting saat berada di dalam suatu ember. Saat hanya ada satu ekor kepiting yang berada di dalam ember, kepiting tersebut akan dapat dengan mudah keluar dan melarikan diri dari ember. Namun, apabila kepiting tersebut berada di dalam ember bersama dengan beberapa kepiting yang lain, kepiting yang sama yang tadinya bisa melarikan diri, akan terus terjebak di dalam ember bersama kepiting lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh perilaku kepiting yang selalu menarik kembali kepiting lain apabila berusaha melarikan diri. Sebenarnya, perilaku tersebut lahir dari kebiasaan kepiting yang cenderung melekat satu sama lain ketika di pantai, dengan tujuan bertahan hidup. Namun, apabila diterapkan di dalam ember, alhasil tidak akan ada kepiting yang bisa kabur dan menyelamatkan diri dari tangkapan nelayan, bahkan ketika ember tersebut tidak memiliki penutup.

Seperti layaknya perilaku kepiting yang selalu menarik kembali kawannya, orang-orang dengan crab mentality pun memiliki kecenderungan yang serupa. Mereka tidak merasa bahagia apabila ada orang lain yang 'melangakahi' mereka. Sering kali terjebak dalam pemikiran "Apabila aku tidak bisa sukses, kamu pun tidak bisa", orang-orang dengan crab mentality termakan oleh ketakutan-ketakutan mereka sendiri.

Momentum yang membahagiakan bagi seseorang, nyatanya adalah suatu bentuk 'kecemasan' bagi orang lain. Misalnya saja, apabila seseorang mendapatkan promosi di tempat kerja dan mendapatkan gaji yang sangat besar. Hal tersebut seharusnya membahagiakan baik bagi dirinya sendiri mau pun bagi keluarganya. Namun, mungkin saja ada salah satu anggota keluarganya yang malah merasa cemas, "Bagaimana jika karena ia sudah sukses, ia jadi mengabaikan keluarganya sendiri?". Contoh lain, apabila seseorang mendapatkan penghargaan, mungkin ada orang-orang yang khawatir kalau akhirnya seseorang itulah yang dilirik oleh perusahaan besar dan meninggalkan mereka sendiri tetap di tempat asalnya. Padahal, menarik seseorang ke bawah tidak akan pernah membantumu naik ke puncak. Alih-alih, kamu akan terjebak dengan rasa cemburumu dan terhambat dalam berprogres.

Agar terlepas dari crab mentality, kamu mungkin bisa mencoba untuk fokus dalam melakukan hal yang sedang kamu jalani. Terus kerjakan hal yang sedang kamu geluti dengan semangat dan cobalah untuk menyukai setiap prosesnya. Kamu juga bisa mengembangkan rasa percaya diri dan berhenti membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Dibandingkan cemburu, apabila melihat progres orang lain, proyeksikan perasaanmu ke sisi positif, yakni menyemangati diri bahwa kamu bisa membuktikan kalau kamu juga memiliki nilai yang sama-sama berharga. Lagi pula, semua orang pasti akan sampai ke tujuannya masing-masing, kok!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun