Mohon tunggu...
Ali Ibrohim
Ali Ibrohim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar adalah cara terbaik untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Tiga Hari Kemaren

26 Juni 2013   23:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:22 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ratapan tentang cinta terhapus & Harapan pemerintah bijak, pupus"
Sambil menikmati rokok ditangan kiri. aku mulai menulis tentang kejadian-kejadian di sekitarku, yang ku alami, ku amati hingga ku tak peduli. Ya, tempat tinggalku yang mewah, membuat diri sepi ini bebas mengekspresikan kemampuan dan kemauan dengan sedikit hentakan juga teguran.
Dimulai dari hari senin (24/6) yang begitu terasa parah dan tidak betah. Pagi-pagi sudah menghadapi soal-soal UAS dengan pejagaan ketat dan materi hebat serta perkataan-perkataan yang kuat. Siangnya harus mencari-cari teman untuk diajak duduk bersama menyelesaikan banyak hal, walaupun toh akhirnya aku tidak mendapatkan teman yang dimaksud. mengakhiri hari sial dan menyebalkan itu aku harus menunda rapat Pertanggungjawabanku terhadap Tuhan dan Ketua Umum.
Esoknya aku menemui hari yang lumayan membahagiakan. Pertama kalinya aku bisa subuh tepat waktu di kamar sendiri. Belum sampai jam 10 aku merasakan hangatnya suasana bersama teman kelas di perjalanan menuju sukses. Hingga keringat dalam badan terasa penuh dan mengalir. Macet, polusi, polisi, dan keramaian serta kekhawatiran terlewati berdua tanpa adanya ganjalan berarti. Tak disangka itu adalah hari sebelum ia akan berpesta akan usia yang berkurang satu tahun.
Kita tinggalkan nostalgia kemaren, itu adalah harapan yang terwujud namun tak menemui entitas dan subtansi yang sebenar-benarnya. hari ini 26 Juni aku mendapat pesan banyak melalui SMS, Facebook, Twitter, Email dan juga indikasi lewat gerak tingkah lakunya. Dia menunjukan banyak sikap menyapa lewat media tanpa wajah dan badan. Dia lebih menyukai yang seperti itu. ketika ruang dan waktu memberi kesempatan untuk bertemu dia malah pergi sendiri tanpa ada sapa.  Memang lagu ini yang bisa aku tulis untuk si dia, khusus buat C!ita ;
Jangan sembunyi
Ku Mohon padamu jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun