Mohon tunggu...
Ibrahim yakub.SE.
Ibrahim yakub.SE. Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Ternate.

Membaca dan menulis adalah mengobati penyakit pikir dan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rekonstruksi Gerakan

9 Desember 2019   19:09 Diperbarui: 9 Desember 2019   19:34 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekedar mengamati perkembangan situasi gerakan yang semakin hari mengalami diskursus membuat banyak orang-orang bertanya akankah tercipta semangat revolusi baru atau retorika hampa yang bertebaran. Sadar atau tidak sadar revolusi itu adalah aktifitas rutin jika masih terdapat yang namanya hak yang terabaikan baik hak ekonomi, politik, pendidikan dan kesehatan sudah tentu bergeloranya gerakan adalah konsekuensi spontan dari fenomena tersebut.

( dialog adalah jalan menyatukan perbedaan). Gidens.....

Sebagian intelektual terperangkap pada kebingungan menafsir pola ketimpangan realitas yang ada oleh karena memaknai gerakan tanpa konstruksi epistemologi secara paradigmatik yang kuat hanyalah melahirkan partisipasi gerakan yang tidak terideologis. Hal itu menjadi fenomena gerakan intelektual masa kini yang secara fakta lemah membangun dialog demi memperkuat basis gerakan ide dalam rangka menyatukan persepsi yang parsial. Belum lagi egosentrisme gerakan menjadi salah satu faktor penyebab stagnasi perkembangan gerakan revolusi "hilang substansi kejar popularitas" itulah bahasa realitas yang terjewantahkan, sekaligus sering menjadi penilaian sebagian massa aksi.

Gerakan nostalgia pula yang turut menghiasi semangat juang, banyak gerakan hari ini konstruksi pada zaman masa silam lazim jika itu adalah kobaran kesadaran semangat untuk memberangus status quo, tapi tidak terlalu lazim apabila itu dianggap satu kebenaran mutlak dan keotentikan sejarah. Padahal kita bersepakat bahwa banyak sejarah hari ini dalam setiap literatur masih berserakan puing-puingnya yang menuntut kita semua untuk mencari dan melengkapinya, tahapan ini juga kita akan beranjak bahwa gerakan abad ke 19, 20 dan era saat ini memiliki perkembangan dan perubahan yang nyata tentunya mengharapkan agar kita yang ada menjadi aktor dan pioner sejarah, olehnya itu menuntut kita untuk hadirkan gerakan adaptif, dan gerakan yang menciptakan generasi yang berkarya.

Generasi milineal adalah generasi  yang mencipta karya (William sarraus)

Fase digitalisasi bukan menjadi fase baru buat kita tapi fase yang ada ketidakseimbangan antara negara maju dan negara berkembang oleh karena ada ketertinggalan menguasai informasi dan membaca realita zaman, sebab sarraus menjelaskan bahwa generasi milineal adalah Meraka yang lahir di tahun 1980-90an, mirisnya Indonesia baru terkejut dengan era milineal ini padahal kalau diamati jauh ke belakang maka rata-rata kita yang lahir di tahun sekian sampai saat ini sudah menjadi generasi yang produktif bukan menunggu tahun 2030 - 2045.

Jika di relasikan pada konteks gerakan maka secara empiris membuktikan bahwa fase gerakan Indonesia masih mengalami keterlambatan dalam membaca pola gerakan sebab gerakan kita masih terpatri pada kurikulum gerakan orde baru bukan kreasi gerakan yang tercipta dari masa digitalisasi, teringat bahwa " senator disenayan adalah mereka yang bagian dari orang yang lihai beretorika dengan megafon dan sound sistem yang pahami betul cara mendikte dan membungkam gerakan"  gambaran argumentasi wajar ini mengajak kita untuk mampu memformat Metodologi gerakan baru baik itu menulis, demonstran ataupun kisi-kisi refrensi dialog yang kritis dan analitis sesuai fakta agar terjawab dengan baik kata-kata kata emas tentang " setiap zaman ada massanya dan setiap massa ada zamannya".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun