Mohon tunggu...
ibrahim rizky
ibrahim rizky Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berapa Harganya?

22 April 2011   08:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:32 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hebat sekali teman saya yang satu ini, sebut saja fulan (fulan = sebutan untuk orang netral, tidak laki, tidak perempuan, pokonya netral) fulan selalu terlihat rapi, wangi, dan menarik perhatian. Pantas saja banyak anak-anak lain yang senang berteman dengan fulan, selain wajahnya yang diatas rata-rata, Fulan memiliki gaya yang enak dilihat dan sesuai dengannya dari mulai gaya rambut, baju, celana, dan sepatu semua terlihat sangat PAS.

*selintas mengenai gaya berpakaian, di kampus saya sangat banyak orang-orang yang berpakaian tidak pantas, tetapi menurut diri dia sendiri sangat pantas, atau dalam bahasa sunda dikenal dengan istilah “Mamantes maneh”.

Maklum saja Fulan juga memiliki usaha online shop yang ia promosikan di Facebook, Twitter, kaskus dsb. yang isinya menjual pakaian dan aksesoris, semua ada dan lengkap. Puluhan merk tas, sepatu, kacamata, jam tangan, dll. Dari yang orisinil sampai KW semua Fulan punya. Bisnisnya sukses karena banyak yang membeli barangnya, sampai saat ini Fulan menambah gadget seperti HP, laptop, dan kamera yang sekarang ia jual.

Sudah jelas ia pasti hafal hampir di luar kepala berapa harga-harga barangnya, jangankan Fulan, anda juga pasti tahu berapa harga HP anda saat ini? Berapa harga sepatu yang anda injak? Dan berapa harga perjalan anda jika ingin berlibur ke luar kota atau luar negeri? Kita saja yang tidak berkecimpung di dunia bisnis seperti Fulan paling tidak sedikit tahu mengenai harga-harga yang ada saat ini.

Tapi apakah kita tahu berapa harga sholat, puasa, sedekah dan ibadah-ibadah lainnya yang kita kerjakan atau kita lewatkan? Yang sudah jelas itu perintah dari Pencipta kita. Kita terlalu serius dalam mengejar dunia tetapi lupa dengan akhirat, seperti teman saya Fulan yang saya contohkan di atas, dia hafal semua barang-barang dagangannya tetapi tidak tahu sama sekali berapa harga ibadah dan berapa laba/keuntungan yang didapat ketika kita melakukan ibadah tersebut. Saya tidak bermaksud untuk itung-itungan, tetapi agar kita semakin semangat dalam beribadah, jika kita tahu harga asli Blackberry 1 juta lalu kita jual 1,5 juta kita pasti semangat karena kita akan untung 500rb.

Sama halnya dengan beribadah, jika kita sholat di masjid apa untungnya daripada di rumah? Jika berjamaah apa untungnya daripada sendiri ? apa keuntungan sholat sunnah ? sedekah ? puasa senin kamis dan sunnah-sunnah yang dianjurkan lainnya. Sedikit bocoran saja dari tulisan yang saya kutip dari Fadhilah A’mal.

“Dua rakaat shalat dengan bersiwak lebih utama daripada tujuh puluh rakaat tanpa bersiwak”

Bayangkan, sampai hal yang sepele seperti bersiwak (sikat gigi) dibahas dan sangat berpengaruh tujuh puluh kali bagi shalat kita.

Dan tahukah kalian orang-orang kaya di Indonesia misalnya Bakrie, Surya Paloh dan pengusaha-pengusaha lainnya tidak ada artinya jika dibandingkan dengan ibadah yang satu ini.

Ibadah yang hanya dilakukan kurang dari 10 menit, satu lagi bocoran untuk kita semua tentang keuntungan yang kita dapat jika melakukan sunnah :

“Dua rakaat shalat tahajjud adalah lebih berharga daripada seluruh kekayaan di dunia ini. Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan mewajibkan kepada mereka”

Hanya dengan shalat tahajjud saja, kita lebih kaya dan terhormat dari pengusaha-pengusaha di Indonesia bahkan lebih berharga dari semua kekayaan di dunia ini, saya yakin teman saya Fulan tidak dapat menuliskan berapa keuntungannya di dalam buku catatan daganya jika melakukan ibadah sunnah ini karena banyaknya, saya kira tidak ada satu dari kita yang tau berapa rupiah kah seluruh kekayaan di dunia ini.

Jadi, bagaimana caranya? Kita coba saja sedikit demi sedikit, asalkan konsisten jangan terlalu keras dalam belajar sesuatu, jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu banyak, santai saja kawan.. belajar agama itu indah karena kita langsung merasakannya, asalkan kita yakini.

Saya coba menganjurkan jika anda suka membaca, coba sisihkan waktu anda untuk membaca buku-buku yang pengarangnya menulis bukan hanya berdasarkan cerita pribadinya, pendapatnya atau pandangannya saja, tetapi coba cari pengarang buku yang menulis tetapi memiliki “dasar” dari tulisannya yaitu hadits dan Al-Quran sebagai dasarnya. Karena bukan hanya otak kita yang merespons, tetapi ruh kita juga akan bergerak. Sedikit referensi dari saya jika anda suka membaca novel coba baca buku Notes from Qatar yang dikarang oleh Muhammad Assad (@MuhammadAssad) atau jika anda suka yang to the point tanpa ada cerita-cerita sebelumnya coba baca Himpunan kitab Fadhilah A’mal yang disusun oleh Maulana Muhammad Zakariyya al kandhalawi rah.a. *jika ada judul yang lain silahkan di share :)

Paman saya pernah berkata ”Seorang pasien akan mengetahui semua penyakitnya setelah dironsen oleh dokter, jika seandainya ada alat untuk meronsen “ruh” kita, maka separah apakah penyakit hati kita, misalnya kita meninggalkan shalat wajib satu kali saja maka sebenarnya ruh kita sedang sakit, walaupun fisik kita terlihat sehat, segar dan bugar”

“Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan (Asy Syura 23)”

Sahabat, berbuat baik itu mudah cukup tersenyum kepada orang-orang terdekatmu :)

Semoga bermanfaat :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun