Cerpen Lelucon Para Koruptor ini merupakan cerpen Agus Noor dalam buku Lelucon Para Koruptor
Koruptor Otok divonis delapan tahun penjara. Ia merasa tertekan karena harus kehilangan kebebasanya. Namun, pengacaranya yang telah menangani puluhan kasus korupsi menenangkanya. Baginya, dipenjara hanya berpindah tempat tidur saja, Otok masih bisa menjalankan bisnisnya dan kegiatan lain di penjara.
Otok juga tidak perlu memikirkan anak dan istrinya. Karena sudah ada rekening khusus buat anak dan istrinya dari atasanya yang merasa diselamatkan oleh Otok. Sebab, ia tidak menyebutkan nama saat di persidangan.
Namun, ada satu hal yang tidak disampaikan oleh pengacaranya. Yaitu, ketika di penjara ia harus menyiapkan lelucon.
Benar, setelah dua minggu dipenjara, Otok gelisah karena harus menyiapkan lelucon. Lelucon itu ditampilkan setiap pertemuan rutin hari Rabu. Menurut Sarusi, 'kawan sekamar' karena tidak suka disebut 'kawan satu sel', pertemuan itu sangat langka. Di pertemuan itu bisa bertemu dengan tokoh dan pejabat, mulai dari hakim sampai menteri. Hal itu, kata Sarusi, harus dijadikan kesempatan membangun relasi.
Pertemuan rutin itu biasanya dilaksanakan di 'kamar yang berukuran paling luas', kadang di tempat terbuka, tapi kebanyakan diadakan di ruang serbaguna yang ada di tengah lapas. Disanalah tempat para koruptor berkumpul dan menikmati makanan dan minuman yang mewah. Tentu dengan pembayaran khusus.
Setiap yang hadir harus bergiliran menampilkan leluconnya. Lelucon itu adalah hiburan bagi para koruptor untuk melawan kebosananya, kata Sarusi. Baginya, di dalam penjara ibarat seperti pejuang zaman dahulu.Â
Bedanya, dulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa, sekarang memperjuangkan kemerdekaan diri sendiri. Pejuang dulu dipenjara oleh pemerintah penjajah dan sekarang dipenjara oleh pemerintahnya sendiri.
Di akhir pertemuan akan diumumkan siapa pemenang dan siapa yang kalah. Yang leluconnya paling lucu menjadi pemenang dan leluconnya yang garing akan menjadi yang kalah.Â
Pemenang akan naik martabatnya, karena akan dilayani oleh yang kalah selama seminggu. Memijati, dicoreng mukanya yang tidak boleh dihapus selama seminggu, dan kadang membersihkan sel.
Otok pertama kali menghadiri pertemuan itu dianggap sebagai luluconnya yang paling tidak lucu. Padahal leluconnya lebih lucu dari Pak Hakil. Mantan Hakim Konstitusi itu hampir tidak bisa membuat lelucon yang lucu, tapi ia tidak pernah jadi yang kalah.