Mohon tunggu...
Ibrahim Rantau
Ibrahim Rantau Mohon Tunggu... -

Bertukar ide dan gagasan dengan tulisan adalah hobi yang paling mengasyikkan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tentang Mourinho dan El Clasico

29 November 2010   09:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:12 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya tidak begitu menggilai liga spanyol. Bagi saya, liga ini menjemukkan. atmosfernya tidak
sedahsyat liga Inggris. Persaingan di Liga ini hanya antara Real Madrid dan Barcelona.
Kalaupun ada kuda Hitam seperti valencia dan vilareal, mereka hanyalah bumbu penyedap yang
kehadirannya tidak akan mampu mengusik hegemoni Barcelona dan Real Madrid.

Bagi saya Liga Inggris jauh lebih bisa merangsang adrenalin. kompetisinya sangat ketat. Tim-
tim besar yang masuk dalam kategori the big four jarang sekali merasa nyaman di zona juara.
Apalagi kini muncul kekuatan-kekuatan baru seperti Tottenham Hotspurs dan Aston Vila yang
memiliki level permainan setara dengan The Big four. Bahkan belakangan, Liverpol sebagai
langganan tim papan atas juga mulai kewalahan menghadapi agresifitas tim2 underdog.

Tentang liga spanyol, biasanya saya juga tidak begitu antusias dengan el clasico. Meskipun
partai ini merupakan "hari raya" nya Liga Spanyol, namun el clasico juga tidak lebih
menjemukan dari Liga Spanyol itu sendiri. Perang urat syaraf antara klub catalan dan Los
Galacticos layaknya sebuah rivalitas abadi yang apabila terlalu lama disajikan akan menjadi
basi.

Namun el clasico tahun ini menawarkan sajian yang berbeda. faktor determinannya adalah
kehadiran "The special one" Jose Mourinho dan pasukan maha bintang nya, menghadapi
kolektivitas permainan tik-tak ala Barcelona yang menempatkan Lionel Messi sebagai mega
bintangnya.

Mourinho, suka atau tidak suka,mau tidak mau, adalah sosok pelatih yang mendekati jenius.
Keberadaan Mourinho adalah jaminan juara. Saya ingat betul ketika Mourinho datang ke Inggris
untuk melatih Chelsea. Kehadirannya, walaupun sesaat, mampu merusak superiotas Alex Ferguson dan Arsene Wenger. Di dua musim pertamanya di Liga Inggris, Mou mampu mempecundangi Ferguson sebelum akhirnya dipukul balik disisa dua musim terakhirnya. Sayang, Roman ketika itu tidak cukup sabar untuk mempercayai Mourinho, bahwa sang special one akan mampu mempersembahkan yang lebih daripada hanya sekadar jawara Liga premier.

Di Inggris, Mourinho pernah menjadi bagian yang paling saya tidak sukai. Gayanya yang arogan
dan angkuh ditambah kegilaan terhadap Manchester United membuat saya acapkali terlibat suasana yang sangat subyektif dan emosional ketika melihat Mourinho. apalagi ketika Chelsea tengah berhadapan dengan MU. Pokok tidak Mourinho, adalah jargon saya dulu.

Simpati saya terhadap Mourinho hadir setelah partai legendaris semifinal Liga Champion tahun
lalu. Tepatnya adalah ketika Mou yang ketika itu masih melatih Inter Milan mampu tampil secara
brilian dengan mengalahkan tim yang paling ditakuti di Eropa saat ini. Yaitu Barcelona. Di Leg
pertama dengan memanfaatkan faktor kelelahan fisik pemain barca, pasukan Nerazzuri mampu
mengalahkan tamu dari catalan itu dengan skor 3-1, kalau tidak salah ingat.

di Leg kedua yang digelar di Nou Camp -persis disinilah Mou mulai mencuri simpati saya intermilan dengan cerdik mampu bermain sangat tertutup, dan menahan derasnya gempuran Messi dkk. Inter secara mengejutkan mampu kalah hanya dengan skor 1-0 dan melaju ke Final menantang Munchen. Ketika itu Mou tampaknya sadar betul, bahwa melawan Barca di Nou camp, dengan kualitas kekuatan barca seperti saat ini, bermain terbuka sama saja dengan mencari mati.

Mou menginstruksikan anak buahnya untuk bermain rapat dan menutup total area pertahanan.
Formasinya menurut analisa saya ketika itu adalah 1-1-8. Diego Milito sebagai striker tunggal
di tempatkan di depan. Sneijder sebagai play maker ditugaskan untuk merusak irama permainan
Barca. dan 8 pemain ditumpuk di sekitar area penalti. Cara bermain seperti ini membuat Messi
yang biasanya bermain cantik tampak frustasi. Jangankan membuat gol, mendekati area pinalti
pun Messi dibuat jatuh bangun. Pep Guardiola bahkan mengatakan bahwa pasukan Mourinho saat itu tidak sedang bermain bola.

Setelah laga usai, Mou yang sebelum pertandingan sesumbar bahwa mengalahkan barca di Nou camp bukanlah perkara yang sulit justru tampak sangat merendah. Mou mengatakan cara bermain yang seperti inilah satu-satunya cara untuk mengalahkan skuad Barcelona. Dengan kualitas pemain Barca dan kecepatan Messi yang diatas rata-rata maka bermain cantik dan menyerang adalah sebuah strategi konyol.

Psywar yang kerap dilakukan Mou sebelum pertandingan mengingatkan saya pada Sun Tzu. Jenderal ahli strategi perang ini pernah berujar "Supreme excellence is not to win 100 victories in 100 battles, but to subdue your enemies without even having to fight them". Ketika itu Mou berhasil mengalahkan Barcelona bahkan sebelum pertandingan dimulai. Sesumbar Mou untuk memenangkan pertandingan itu membuat para pemain Barca lepas kontrol. Mereka menyerang habis- habisan tanpa kendali, dan akhirnya berujung pada frustasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun