Mohon tunggu...
Ib Prabowo
Ib Prabowo Mohon Tunggu... Administrasi - Perorangan

Twitter @iggybp IG @iggybw

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tabula Rasa Film: Rasa Indonesia

30 September 2014   06:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:59 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://www.tabularasafilm.com/en/gallery-mobile

[caption id="attachment_345119" align="aligncenter" width="300" caption="sumber : http://www.tabularasafilm.com/en/gallery-mobile"][/caption]

Sungguh kaget, saya mendaftar untuk Nobar Film “Tabula Rasa”, Gratis! dari Kompasiana pada 25 September 2014 akhirnya ternyata saya terdaftar dan bisa nonton pada 26 September 2014 malam di Pondok Indah Mall. Judulnya saja sudah bikin satu keinginan untuk melihatnya. Apalagi dapat nonton di awal mulai dilakukan penayangan awal sejak 25 September 2014.

Tabula Rasa berdasarkan sumber wikipedia dapat diartikan sebagi berikut :

"Tabula rasa (dari bahasa Latin kertas kosong) merujuk pada pandangan epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain "kosong", dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya.

Umumnya para pendukung pandangan tabula rasa akan melihat bahwa pengalamanlah yang berpengaruh terhadap kepribadian, perilaku sosial dan emosional, serta kecerdasan."

Jika dilihat dari arti tersebut Film Tabula Rasa telah mewakili atas satu potongan perjalanan kehidupan 4 pribadi dari 2 latar belakang yang saling terpadu di Jakarta mempunyai pengalaman yang unik dan menyentuh hati. Tanggapannya berbeda atas masing-masing pribadi baik dari sisi sosial, emosional dan pemahamannya. Awalnya 3 pribadi dari Padang (Mak, Natsir dan Parmanto) yang merantau ke Jakarta bertemu dengan 1 pribadi (Hans) yang terdampar terlunta-lunta dari impian awalnya menjadi pemain bola.

Tanggapan Mak yang mendasarkan pada rasa iba dan tergerak dari hati terdalam selalu terusik untuk membantu. Natsir lebih cuek dalam menanggapi Hans yang tarik ulur berpadu dengan mereka bertiga. Parmanto berpandangan lebih pada merasa terganggu karena ada pihak berbeda.

Akhirnya memang suatu perpaduan yang asyiik menggugah rasa, bahwa dengan rasa model Indonesia ada satu hal yang bisa membuat kita tersenyum simpul dan membuat sepulang nonton punya message dan pelajaran yang sungguh  menggugah hati.

Dimensi Rasa


Perihal jalan cerita Film Tabula Rasa seebaiknya nonton langsung, saya hanya bercerita dan berbagi setelah melihat film tersebut. Film Tabula Rasa menyentuh dalam pada dimensi lain dari pada manusia yaitu pada rasa. Jarang sekali satu film yang menyentuh rasa. Dimensi yang bisa disentuh biasanya misi, fiksi, futuristik, impian, dan dimensi lain yang bisa menjual. Sehubungan dimensi rasa jarang disentuh, sayang sekali jika Anda tidak berkesempatan melihat langsung Film Tabula Rasa ini.

Kehidupan kita keseharian dipenuhi dengan spontanitas dan reaksi atas kondisi masing-masing. Ada satu masa kita tidak  mendalami pertimbangan dari rasa, keputusan dan reaksi atas kejadian sehari-hari sering dipertimbangkan dari rasionalitas semata. Pendidikan formal dari Sekolah Dasar, Sekolah menengah dan Sekolah Tinggi mendasarkan banyak hal dari sisi rasionalitas. Seringkali pertimbangan utama dari untung rugi, keekonomian dan sistem dengan maksud mencapai tujuan atau misi tertentu. Sisi rasionalitas atau intelegensia sangat menjadi pertimbangan utama di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun