Mohon tunggu...
Ibnu umar fahdri
Ibnu umar fahdri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IAIN syekh Nurjati Cirebon

Saya Ibnu Umar Fahdri salah satu Mahasiswa dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon dari jurusan Tadris ilmu pengetahuan sosial Semester 3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Makna Pancasila Versi Soekarno

25 Agustus 2023   07:48 Diperbarui: 25 Agustus 2023   07:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila merupakan rumusan Soekarno sebagai dasar negara Indonesia. Jika dilihat lebih detail Pancasila merupakan nilai-nilai yang secara tradisional ada dalam masyarakat Indonesia, nilai-nilai tersebut dibaca dengan teliti oleh Bung Karno yang kemudian oleh Beliau dibuatlah rumusannya dalam bentuk yang mudah dan sederhana tetapi juga bisa dijabarkan hal tersebut lah yang sekarang kita kenal dengan Pancasila.

Dalam pidatonya ketika bung Karno mengusulkan pancasila, beliau mengatakan bahwa Pancasila sebenarnya boleh diperas lebih sedikit lagi jumlahnya. Bung Karno mengatakan "jika 5 dasar terlalu banyak maka 5 dasar itu boleh diperas menjadi tiga saja, Jadi yang asalnya lima menjadi tiga yaitu, socio-nationalism, socio-democratie, danketuhanan". 

Kemudian ternyata bung Karno kembali berkata "Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlahsaya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan gotong-royong". Begitulah kurang lebih yang dikatakan bung Karno bersumber dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id dalam pidatonya mengenai Trisila dan Ekasila.

Asas gotong royong merupakan asas yang digunakan nenek moyang Indonesia untuk hidup tanpa adanya sistem kekuasaan atau hirarki. Kehidupan tanpa adanya sistem hirarki ini menjadi sesuatu yang sangat luar biasa dan terdengar mustahil karena sesungguhnya hirarki sendiri merupakan bentuk dari naluriah manusia dalam mempertahankan hidupnya dengan mengklasifikasikan peran dan status setiap individu di dalam sebuah kelompok. 

Namun jika ada masyarakat yang bisa hidup tanpa adanya sistem hirarki bisa disimpulkan bahwa masyarakat tersebut berarti sudah mengetahui tugasnya masing-masing, mereka tidak memerlukan adanya pemimpin ataupun pembagian peran dan status sosial, Asas yang membangun masyarakat seperti itulah yang kemudian Soekarno simpulkan menjadi perasan utama atau Ekasila dari Pancasila yaitu asas gotong royong.

Asas gotong royong dapat diartikan sebagai cara hidup yang di anut masyarakat dengan semua hal milik bersama kecuali hal yang bersifat individualistis seperti keluarga dan agama sisanya mereka merasa bahwa semua milik bersama.

Asas gotong royong ini akan berjalan semisal masyarakat merasa membutuhkan sesuatu maka tanpa adanya suatu pemimpin mereka akan bermusyawarah dan membuat apa yang mereka butuhkan itu tanpa ada yang harus mengatur untuk melaksanakan itu, dengan hal yang demikian maka masyarakat akan merasa bahwa semua yang mereka buat merupakan milik bersama dan tidak ada rasa memiliki peran yang lebih besar ataupun merasa lebih berkuasa karena mereka bergerak berdasarkan apa yang mereka butuhkan bersama. 

Dalam kesimpulannya bisa dikatakan bahwasanya pancasila versi Soekarno merupakan bentuk rumusan dari nilai-nilai yang dijalankan oleh nenek moyang Indonesia dan secara tegas bahwa bung Karno tidak mengagas pancasila tersebut melainkan hanya merumuskan menjadi suatu bentuk literal karena gagasan pancasila tersebut sebenarnya sudah ada dan dijalankan oleh nenek moyang kita jauh sebelum merdeka, kemudian asas gotong royong yang dimaksud bung Karno sebagai perasan pancasila itulah yang sebenarnya bung Karno ingin jadikan dasar negara. 

Bung Karno ingin masyarakat Indonesia secara bersama-sama membangun sebuah negara tanpa peduli urusan individual dari masing-masing anggota masyarakat, tanpa perlu adanya seorang yang harus menginstruksikan untuk berbuat sesuatu, bung Karno ingin masyarakat Indonesia hidup bersama membangun apa yang mereka butuhkan bersama dan menikmatinya secara bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun