Saya akui sudah banyak akademisi yang menjadikan PKS sebagai objek penelitian ilmiah. Apakah itu untuk skripsi, thesis atau mungkin desertasi. Namun izinkan saya menguliti partai yang berlaga di pemilu 2014 bernomor 3 ini.
Sejak SMP saya lebih memilih majalah-majalah politik semisal Gatra, Tempo, Ummat dll sebagai bahan bacaan daripada majalah lainnya. Sesekali saya membeli majalah musik, pada waktu itu yang paling terkenal adalah HAI.
Dari “petualangan” saya mengamati partai politik di Indonesia sejak belum memiliki hak pilih, saya menyimpulkan PKS satu-satunya partai yang ora beres. Apa itu ora beres?
Obah
Obah adalah bahasa Jawa yang artinya “Bergerak”. PKS memang menjadi salah satu partai yang memiliki kader yang terus bergerak. Bahkan umur “obahnya” lebih tua dari partai itu sendiri. Dan yang unik, bergeraknya PKS tidak saja menjelang masa pemilu, namun kader-kadernya terus obah memberi kontribusi kepada masyarakat kala pesta demokrasi masih jauh.
Siapa yang mau obah, maka akan sehat jiwa dan raganya, begitu nasehat orang tua. Dokter pun mengatakan hal yang serupa. Jadi dapat disimpulkan PKS adalah partai yang paling sehat di Indonesia. Partai yang sehat layak menjadi pilihan rakyat.
RAsional
Di setiap momen pemilu, hampir menyertakan kisah pilu soal ketidak-warasan calon anggota dewan untuk menjemput kursi yang diimpikan. Ada yang mandi di laut, ada yang bertapa di gua, kuburan keramat dan pohon besar.
Dari beberapa orang yang tergolong sesat pikirnya itu tidak ada satu calon anggota dewan PKS yang melaksanakannya.
Di PKS rasionalitas harus dijunjung tinggi. Sehingga kerja-kerja untuk menjemput amanah ummat dilakukan dengan cara yang logis dan terstruktur. Jika dirasa sudah maksimal maka tinggal menyerahkan saja kepada Allah sebagai pemilik “cerita” kehidupan. Dan orang-orang rasional tentu sangat layak memimpin Indonesia.
BEda
Harus diakui, PKS adalah satu-satunya partai yang berbeda. Beda soal militansi kadernya. Beda cara kampanyenya. Beda kualitas kader-kadernya. Beda .. beda … akkkhhhh banyak sekali bedanya.
Namun, keunikan PKS ada yang membuat orang dengki dengan segala aktivitasnya. Saya yakin [padahal] di hati mereka mengakui kebaikan PKS, namun lisan mereka terasa berat untuk mengakui keunikan “si putih” ini. Dan tangannya seolah berat untuk menuliskan “pengakuan” hati mereka terhadap si nomor 3 ini.
Aneh memang. Dan sampai hari ini saya masih gagal memahaminya, apa karena over cinta mereka, atau karena ada sesuatu yang menyumpal mulut mereka. Padahal partai yang melekat pada dirinya perbedaaan positif sangat layak untuk menjadi pilihan rakyat bukan?
REligiuS
Ada partai yang menjadikan slogan dirinya sebagai partai “Nasionalis Religius”. Sedang PKS, tidak pernah mencantumkan kalimat religious dalam slogannya. Namun, di berbagai survey, rakyat menunjuk PKS sebagai partai yang kadernya lebih “alim”.
Jika mencari pasangan, kriteria agama menjadi kunci keberhasilan. Maka tidak lah salah bila memilih partai dan calon anggota dewannya dari partai yang memang terbukti religius bukan? Lebih tenang kata orang-orang. Selamat memilih PKS.
Jumat Barakah, 28 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H