Mohon tunggu...
Ibnu Syahreza
Ibnu Syahreza Mohon Tunggu... Pramusaji - Jejak Perantau

Just ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Ayah

27 November 2013   17:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:36 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sahabat…pernahkah kita mengingat-ingat setiap jasa-jasa seorang ayah??

Ya seorang lelaki paruh baya, yang senantiasa bekerja siang malam, tanpa mengenal lelah yang mengesampingkan rasa kantuk, rasa sakit demi memperjuangkan harapan-harapannya menjadikan putra-putrinya menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah dan berhasil dalam pendidikan dan kariernya…

Seorang lelaki yang berjuang bersama wanita bernama ibu membesarkan putra-putrinya, membelajarkan anak-anaknya untuk lebih dekat kepada Allah seperti halnya yang dilakukan Lukman kepada anaknya yang berpesan kepada anaknya untuk tidak menduakan Allah. Sahabat pernahkah kau perhatikan wajah tuanya yang penuh kerutan di dahinya, yang coba meredam rasa lelah, rasa marah yang dibalut dengan senyum manis agar tidak membuat anaknya khawatir dan sedih.

Wajah yang penuh keikhlasan, senantiasa menampakkan keceriaan agar anaknya tidak terbebani kala akan berangkat berjuang di luar kota. Lelaki tua yang senantiasa terbangun di sepertiga malam untuk mendoakan anak-anaknya yang nun jauh disana, yang senantiasa khawatir kala tidak ada kabar datang. Yang senantiasa memikirkan bagaimana keadaan anak-anaknya, namun terkadang kita tidak pernah ingat akan beliau.

Kita seringnya sibuk dengan aktifitas sendiri, sibuk dengan urusan si doi ketimbang ingat ayah yang jauh di kampung halaman. Terkadang kita malu ketika ayah datang menyambangi ke kostan hanya karena gaya berpakaian yang kita anggap norak, padahal beliau sudah mempersiapkan pakaian terbaiknya demi bertemu dengan anaknya, dengan membawa buah tangan hasil dari panen di kampung.

Sahabat…coba kita bayangkan sejenak wajah lusu seorang ayah saat ini..pernahkah kita menangkap gurat kelelahan, gurat kerisauan?? Sayangnya kadang tidak…Sahabat seringkah kita mendoakan beliau…atau kita malah sering melupakan beliau??

Sudahkah kau memeluknya penuh kasih dan merasakan degupan jantungnya di dadamu…mari sahabat kita muliakan ayah kita, kita muliakan ibu kita, kita muliakan keduanya dengan sayang cinta yang tulus…

Ya Allah sayangilah ayahku yang sudah mengajarkan kepadaku agar lebih mengenalmu..

dengan peluh keringatlah aku kini bisa berdiri tegak, dan khusyu beribadah kepada-Mu

Ya Allah gantilah peluh keringat dan kelelahannya dengan ketenangan dalam hatinya..

Sayangilah dia sebagaimana dia menyayangiku di kala kecil…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun