Membaca judul di atas, anda dijamin masih bingung. Untuk itu saya akan jelaskan apa maksud kalimat tersebut. KPK, tentu adalah lembaga pemberantas korupsi yang ada di negeri ini. Anda pasti sudah mengenalnya bukan? Sedang kekalahan Indonesia versus Malaysia adalah kegelisahan rakyat Indonesia manakala timnas sepakbola kesayangaannya kalah dari timnas negeri jiran.
Meski sebagian penggila si kulit bundar di Indonesia tidak terlalu respek dengan persepakbolaan negeri sendiri, namun kenyataannya ketika Timnas Garuda bertemu dengan Harimau Malaya di setiap ajang apapun menjadi tontonan yang membuat jantung berdetak dag-dig-dug juga.
Bahkan saking fanatiknya ada adagium, biarlah tidak menjadi juara Sea Games, yang terpenting cabang sepakbola Indonesia mampu membantai Malaysia. Atau masih kurang marem rasanya bila Indonesia mampu menggondol emas di cabang bola kaki tanpa melangkahi “mayat” Malaysia.
Sedang Century (baca: skandal Bank Century) adalah kasus korupsi maha besar terjadi di Indonesia. Penanganannya sampai kini masih jauh panggang dari api. Meski saat fit and proper test seluruh kandidat pimpinan KPK, wabil khsusus Abraham Samad siap untuk menyelesaikan kasus dana talangan (bail out) 6,76 triliun rupiah tidak sampai satu tahun, kenyataannya sampai kini kabar baiknya bagai siput berjalan. Sangat lambat.
Itulah yang terjadi dengan KPK. Ya, Komisi Pemberantasan Korupsi. Lembaga yang begitu dielu-elukan oleh publik karena telah gemilang menangkap dan memenjarakan para koruptor. Setiap hari, setidaknya setiap minggu kita mendengar ada berita baru, calon koruptor yang dicokok KPK.
“Mangsa” KPK tidak memandang bulu dan jenis kelamin serta pekerjaan. Ada pengusaha, birokrat dan tentu saja banyak anggota dewan alias wakil rakyat. Ada yang berjenis kelamin pria dan tidak sedikit yang wanita.
Yang paling anyar adalah keberhasilan lembaga pimpinan Abraham Samad yang mampu membawa buron yang sudah lama menghilang, Anggoro Widjoyo. Bahkan pemberitaannya mengalahkan banjir yang sedang melanda Jakarta dan kota lain di Indonesia maupun Hari Raya Imlek yang sedang dirayakan oleh si buron.
Namun sebanyak berapapun KPK mampu memenjarakan para penggarong uang rakyat, seganas apapun penghinaan (melalu media) kepada calon koruptor, jika KPK tidak segera menyelesaikan kasus Bank Century, maka itu bukanlah prestasi yang patut dibanggakan. Dan itulah yang saya bahasakan bagai Timnas Garuda kalah melawan Harimau Malaya. Sedih, malu dan bikin gregetan.
Ibarat Kapal yang sudah dilengkapi dengan berbagai alat yang canggih, jika digunakan untuk perjalanan yang "biasa-biasa" saja, maka nilai kecanggihannya itu hilang. Itulah yang dimiliki oleh KPK. KPK adalah kapal canggih namun baru bisa berlayar dilautan yang gelombangnya standar.
Seharusnya KPK menggunakan skala prioritas. Mana kasus yang harus dahulu diselesaikan. Dan sebagai orang awam, kasus korupsi yang ‘maha besar’ adalah yang harus dituntaskan sampai ke akar-akarnya. Apalagi Ketua KPK Abraham Samad sudah terlanjur berjanji untuk menuntaskan kasus Century sebelum tutup tahun 2012. Tidak itu saja, ia juga sesumbar jika tidak mampu untuk menuntaskannya akan memilih pulang kampung. Nyatanya sampai sekarang masih enak tinggal di Jakarta meski penanganannya masih mangkrak.
Saya khawatir lembaga yang begitu “suci” ini bekerja serampangan. Bertindak asal ada bunyi “sirine” korupsi, dan meninggalkan kasus prioritas yang sedang KPK tangani. Yang terpenting adalah kami (KPK) sibuk bekerja. Bukankah ketika kami menangkap orang demi orang rakyat Indonesia bangga dengan kami?