Generasi pekerja milenial punya label 'miring': pemalas, tidak loyal atau kutu loncat, narsis atau hanya mementingkan diri sendiri, dan candu teknologi. Sementara di berbagai negara, termasuk Indonesia, pekerja Millenial perlahan terus bertambah dari tahun ke tahun.
Menurut survei yang dilakukan oleh JobStreet, sebesar 66 persen generasi milenial gemar berpindah kerja kurang dari dua tahun. Sebab musababnya, mereka hidup di tengah era teknologi dan lebih mahir menggunakannya ketimbang generasi sebelumnya. Sehingga mereka lebih dapat banyak mengakses mencari informasi.
Tak cuma masalah loyalitas, survei National Institutes of Health juga menyebutkan, tingkat narsis milenial pada tahun 2009 melonjak hingga 58 persen dibandingkan tahun 1982. Sudah gitu, 40 persen milenial merasa dirinya mesti naik jabatan dua tahun sekali, tanpa harus menghasilkan prestasi. Sudah tak loyal narsis pula.
Tapi benarkah sekonyol itu?
Perusahaan konsultan Human Resource asal Amerika, ManpowerGroup, seperti dilansir Tirto.id (2017), mencoba menjawab dengan melakukan riset mendalam. Riset tersebut menggunakan metode kuantitatif dan dilakukan di 25 negara dengan melibatkan 19.000 milenial (berusia 20 hingga 34 tahun).
Hasil riset mengejutkan. Semua tudingan 'miring' tentang milenial terbantahkan. Misalnya, 12 persen milenial di Amerika dan Inggris mengira akan bekerja sampai mati.
Kemudian di China sebanyak 18 persen berpendapat serupa. Sedangkan di Jepang (ini jumlah tertinggi) sebanyak 37 persen memperkirakan akan bekerja sampai mati. (Gas pol!)
Untuk usia pensiun, 27 persen para milenial akan berhenti bekerja hingga 70 tahun.
Dari sisi jam kerja, 73 persen milenial bekerja 40 jam seminggu, dan sisanya bekerja lebih dari 50 jam seminggu. Lalu sebanyak 26 persen di antaranya bekerja lebih dari satu pekerjaan.
Dalam riset itu juga terungkap, 93 persen milenial melihat bekerja sebagai proses pengembangan diri. Dan menganggap pengembangan kemampuan diri sebagai investasi penting dalam karier.
Menariknya, para milenial bersedia membayar mahal dan memberi waktu lebih banyak lagi demi menguasai kemampuan baru.