Mohon tunggu...
Mohammad Ibnu Sholeh
Mohammad Ibnu Sholeh Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri Imajinatif

Hobi baca buku sastra, filsafat, dan matematika. Pernah suka fisika, seni, dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mondok Itu Seperti Pelangi dalam Serial Upin & Upin

14 Maret 2024   04:15 Diperbarui: 14 Maret 2024   04:23 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelangi itu menawan, tak kalah menawannya dengan mondok

Pelangi adalah bentuk karunia Allah Swt., yang patut disyukuri dan cukup digemari oleh banyak kalangan, terutama bagi anak kecil. Selian karena perpaduan tujuh warna yang sering disingkat "me-ji-ku-hi-bi-ni-u", pelangi juga punya makna filosofis.

Coba bayangkan, kalau pelangi hanya diambil dua-tiga warna, pasti membosankan. Apalagi kalau sewarna. Kayak kurang enak aja gitu.

Kalau di Indonesia, kita punya semboyan Bhineka Tunggal Ika, bukankah itu semakna sefrekuensi dengan pelangi, bermacam-macam warna tetapi tetap satu?

Jadi, perbedaan warna itu bukan sekadar perpindahan emosi dan suasana alam seperti di serial Upin & Ipin episode "Warna-warni", tapi juga bisa direprentasikan sebagai keindahan lika-liku problematik dalam kehidupan. 


Dalam kartun, sang tokoh tampak seperti membanggakan dirinya sendiri, seperti contoh, Mail, sebagai representasi warna hijau, dia merasa hebat karena warnanya menyeluruh pada rumput dan pepohonan. Ipin sebagai biru, berdalih air dan langit. Upin sebagai kuning, pembawa keceriaan dan kegembiraan. Ehsan sebagai jingga, lambang kesehatan dari sayur labu dan lobak. Mei-mei sebagai merah, bukti lambang cinta (dicontohkan dengan lamaran cinta antara dua kelinci, Ijat dan Devi). Ijat sebagai ungu, menunjukkan warna dari mendung langit dan kilatnya, meski membuat semua warna lari tunggang langgang karena takut tersambar petir.

https://www.youtube.com/watch?v=HRi-aUWZUng
https://www.youtube.com/watch?v=HRi-aUWZUng

Setelah itu (entah mengapa Susanti tidak diberi jatah untuk tampil, kasihan), Fizi datang sebagai lambang hujan. Ia datang untuk menasihati tujuh warna tersebut agar bisa hidup bersama, sehingga terbentuklah bentuk pelangi yang cantik nan elok.

Dari kartun anak-anak itu sudah jelas, mereka mengajarkan kita untuk menghargai tiap perbedaan. Tak peduli itu baik atau buruk, kita harus menerimanya, karena lika-liku itulah yang membuat hidup kita semakin berwarna.

Hidup memang harus punya banyak rintangan. Apalagi kalau impian kita tinggi, maka ujian yang dihadapi semakin sulit. Seperti mondok, hidup di sana membuat seorang anak semakin tanggap dalam menyelesaikan beragam problematika kehidupan ketimbang di rumah. Dengan begitu, pondok memang tempat yang tepat untuk membentuk karakter kuar pada si anak. Bukan begitu?

Di pondok, santri memang banyak yang putus asa. Dibuli teman, uang bulanan hilang, pakaian kotor semua sampai mager cuci-cuci, belajar banyak tapi gak paham-paham, bahkan gak nafsu makan gara-gara kualitas makanan yang tidak semewah di rumah.

Biasalah. Kapan lagi kita punya banyak teman yang berasal dari berbagai kota, kapan lagi kita bisa setabah ini nanti ketika dewasa, kapan lagi kita bisa menikmati kehidupan seperti ini, kalau bukan di pondok?

"Namanya juga tirakat."

Kehidupan santri pasti terbilang monoton dari awal. Tapi yakinlah, kalau suatu saat, santri yang yakin kalau proses belajar itu tidak sekadar pelajaran sekolah, tapi juga kehidupan, kita pasti mendapatkan pengalaman yang sangat berharga.

Pesan untuk para orang tua yang sedang memondokkan anaknya, jangan biarkan si anak sering pulang rumah untuk dimanja---sering sambang sih, gakpapa---agar si anak bisa menyelesaikan masalahnya pribadi.

Seperti orang tua, kebahagiaan santri didapat setelah terbiasa dalam menghadapi masalah. Jika semua problem dapat dihadapi secara mandiri, insyaallah, mondok tidak akan rugi atau sia-sia. Santri akan kebal terhadap beragam rintangan, sehingga ketika dewasa, si anak akan menghadapi masalahnya dengan tanggapan, "Halah, dulu waktu mondok bahkan lebih parah dari ini!" Dan itu pasti!

gencraft.com
gencraft.com

Sang anak, dengan panjatan doa dari guru dan orang tua, Allah Swt., dengan mudah menjadikan hidupnya lebih sejahtera di dunia dan akhirat kelak. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun