Pulau Kembang yang terbayang pada pikiran saya merupakan sebuah pulau yang ada aneka macam-macam jenis bunga. Apakah istilah itu benar?
Dahulu, saya pertama kali mendengar istilahDi depan Masjid bersejarah Sultan Suriansyah, kami menaiki Perahu kelotok kecil melintasi ombak Sungai Barito. Paman Klotok, yang dikenal sebagai pengendara kapal klotok melaju dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan menggunakan perahu klotok, dalam jarak jauh terlihat lingkungan Pulau Kembang yang masih sangat hijau dan asri yang terdapat tanaman khas Kalimantan. Deru motor klotok perlahan mereda saat paman Klotok menarik perahunya ke dermaga kayu.
Ia bergegas mencari tempat untuk berlabuh di samping kapal klotok lain yang lebih dulu tiba di sana. Lima belas menit setelah meninggalkan dermaga di ujung Jalan Belitung Darat, di perkampungan Banjarmasin, saya dan teman-teman saya tiba di lokasi wisata Pulau Kembang saat masih siang, Minggu (28/11/2021). Pulau Kembang merupakan salah satu objek wisata alam yang ada di Kota Banjarmasin yang terletak Pulau Kembang, Tinggiran II, Tamban, Kec. Alalak, Kab. Barito Kuala. Kalimantan Selatan.
Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Kembang merupakan salah satu kawasan konservasi yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan 5 Nomor 780/Kpts/Um/12/1976. Wisata Alam Pulau Kembang dengan Ekosistem Mangrove ini adalah salah satu tempat wisata menarik karena memiliki karakteristik unik, terletak di pusat Sungai Barito dengan panorama alami yang indah dan potret budaya masyarakat pesisir seperti kegiatan nelayan tradisional, pasar terapung, rumah lanting dan lainnya.
Pertama kali melangkahkan kaki memasuki gerbang Pulau Kembang, kami ditawarkan membeli sebungkus kacang yang dijual di luar gerbang wisata untuk menarik perhatian dan melihat lebih dekat Kera yang ada disana. Salah satu dari sedikit jenis Kera yang dapat ditemukan di kawasan ini adalah bekantan (Nasalis larvatus), bekantan (Nasalis larvatus) merupakan jenis primata yang tergolong langka dan endemik Kalimantan, dengan habitat hutan mangrove yang terbatas.
Setelah masuk wisatawan akan melihat altar dengan lambang dua patung berbentuk Kera putih (hanoman), yang mereka peruntukan sebagai tempat peletakan sesaji bagi para "penjaga" Pulau Kembang. Disebelahnya kirinya ada semacam tempat yang diperuntukkan bagi pengunjung untuk meminta doa-doa dan mandi-mandi, saya terkejut melihat banyak pengunjung meminta doa-doa di tempat tersebut.
Memasuki kawasan, kami berkeliling dan berjalan di trotoar beton di area habitat Kera ekor panjang. Populasi Kera sudah jinak, jadi tidak perlu khawatir apabila Kera mengambil barang wisatawan. Wisatawan pun tidak perlu takut ketika memberi berbagai makanan Kera, seperti pisang, kacang-kacangan, dan lainnya. Tidak hanya itu, kera dapat diajak berinteraksi sehingga menjadikan kawasan ini unik dan dapat direkomendasikan menjadi tujuan wisata alternatif yang ingin liburan dan wisata unik.
Salah satu pengendara paman klotok yang membawa kami ke Pulau Kembang bapak Wahyuni mengatakan sangat senang setelah sekian lama Pulau Kembang ditutup selama pandemi Covid-19, sehingga bisa menambah penghasilan beliau dengan bekerja membawa wisatawan ke Pulau Kembang. Beliau tidak hanya membawa wisatawan ke pulau kembang, namun berbagai tempat lokasi, salah satunya adalah Pasar Terapung.
Sapuani salah satu pengunjung wisata Pulau Kembang kagum melihat keindahan dari pulau kembang sendiri, namun sangat disayangkan ada beberapa sampah yang terlihat, yang diharapkan bisa dibersihkan sehingga bisa menambah keindahan Pulau Kembang yang bebas dari sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H