Belakangan ini, banyak bermunculan lembaga-lembaga bahasa yang menawarkan jasa nya dalam mengajarkan bahasa untuk keperluan akademik ataupun individu. Selain bahasa inggris dan mandarin, kini semakin marak lembaga bimbingan bahasa arab baik berupa les, ataupun kursus yang semuaya saling beradu mutu. Sebenarnya, lembaga apakah yang paling bermutu dalam mengajarkan bahasa arab? Dan siapakah sosok pelajar bahasa arab yang sebenarnya?
Dari dua pertanyaan diatas mungkin bisa kita jawab sedikit demi sedikit. Lembaga yang paling bermutu dalam mengajarkan bahasa arab adalah sebuah pondok pesantren baik salaf ataupun modern yang elit. Kemudian untuk sosok pelajar bahasa arab yang sebenarnya adalah santri yang sangat identik.
Mengapa pondok pesantren?, bukankah pondok itu tempat yang kumuh, kotor , apakah akan tercipta suasana yang kondusif? Apakah bahasa arab nya dapat diajarkan secara efektif?
Kita tak bisa menafikan bahwa pondok pesantren itu identik dengan kumuh dan kotor, tapi itu dulu. Sekarang hampir semua pondok yang ada sudah memfasilitasi lembaga pendidikannya dengan fasilitas yang layak guna untuk menarik minat para tamu (santri). Berbicara tentang kondusif, sebuah bahasa akan efektif ketika dipraktekan dalam kehidupan sehari-harinya, karena bahasa itu merupakan sebuah alat interaksi antara dua orang atau lebih. Dan ketika inti dari pembelajaran suatu bahasa yaitu faham dan kemudian mempraktekannya, tentunya itu akan sangat menunjang kapabilitasnya karena berada pada sebuah lingkungan inti.
Begitupun dengan Santri, dialah sebenar-benarnya sosok pelajar bahasa karena setiap harinya dia bergelut dengan bahasa arab. Santri salaf yang selalu berkutat dengan kitab-kitab kuning berbahasa arab yang dikaji bersama kyai nya, kemudian santri modern yang identik selalu berkomunikasi dengan bahasa yang kalau melanggar bisa kena strap. Dari sini kita bisa tau bahwa peserta didik diluar pondok pesantren tak lebih intens alam belajar bahasa arab.
Meskipun demikian, semua punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing yang bisa saling melengkapi satu sama lain. yang santri salaf lebih menguasai bahasa kitab-kitab tanpa menguasai penuh bahasa interaksi dengan sesama, di sisi lain santri modern akan lebih aktif berbicara bahasa dalam sebuah interaksi dan komunikasi akan tetapi akan kesulitan ketika disodorkan bahasa kitab-kitab klasik yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H