Mohon tunggu...
Yanuar Arifin
Yanuar Arifin Mohon Tunggu... Editor - Penulis

Penulis dan editor buku-buku religi, motivasi, dan pengembangan diri, serta penikmat rawon sejak lama. Kini, juga menjadi pendiri dan owner Penerbit Teduh Pustaka, salah satu penerbitan indie di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menelusuri Nalar Filsafat Don Ihde: Menghubungkan Manusia, Teknologi, dan Pengalaman

23 Juni 2024   21:33 Diperbarui: 23 Juni 2024   22:02 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://media.licdn.com

Menelusuri Nalar Filsafat Don Ihde: Menghubungkan Manusia, Teknologi, dan Pengalaman

Oleh: Yanuar Arifin

Dalam era di mana teknologi merajalela sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern, pertanyaan tentang bagaimana teknologi mempengaruhi eksistensi manusia menjadi semakin relevan. Di tengah dinamika ini, Don Ihde, seorang filsuf Amerika yang terkenal dengan kajiannya tentang filsafat teknologi, menawarkan sudut pandang yang unik dan mendalam. Karyanya tidak hanya mengungkapkan dampak teknologi terhadap manusia, tetapi juga menyoroti hubungan kompleks antara manusia, teknologi, dan pengalaman. Dalam tulisan ini, kita akan menelusuri pemikiran Don Ihde secara mendalam, menggali konsep-konsepnya, serta merenungkan relevansinya dalam konteks sosial dan budaya saat ini.

Don Ihde: Sebuah Pengantar

Don Ihde lahir pada tahun 1934 di Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam bidang filsafat fenomenologi teknologi, yang berfokus pada cara teknologi mempengaruhi persepsi manusia terhadap dunia. Pendidikannya yang meliputi studi fisika dan filsafat memberikannya dasar yang kuat untuk mengeksplorasi hubungan antara sains, teknologi, dan manusia.

Ihde tidak hanya terinspirasi oleh tokoh-tokoh besar dalam sejarah filsafat seperti Martin Heidegger, tetapi juga memperluas pemikiran mereka dengan mengintegrasikan konsep-konsep fenomenologi modern. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pengembangan konsep "hubungan kebertubuhan" (embodiment relation), yang menggambarkan bagaimana manusia menggunakan teknologi sebagai alat yang membentuk pengalaman mereka terhadap dunia.

Fenomenologi Teknologi: Memahami Pengaruh Teknologi

Pemikiran Don Ihde berakar pada tradisi fenomenologi, yang menekankan pada pengalaman langsung individu terhadap dunia sekitarnya. Dalam konteks ini, teknologi dianggap sebagai mediasi yang tidak netral antara manusia dan dunia. Ihde menyoroti bahwa penggunaan alat-alat teknologi tidak hanya mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia fisik, tetapi juga mengubah persepsi dan pengalaman kita terhadap realitas itu sendiri.

Sebagai contoh, Ihde mengamati bagaimana penggunaan kacamata VR (Virtual Reality) dapat mengubah tidak hanya cara kita melihat dunia, tetapi juga bagaimana kita merasakan dan menginterpretasikan pengalaman itu. Teknologi tidak sekadar memberikan akses atau alat, tetapi juga membentuk bagaimana kita memahami dan merespons dunia di sekitar kita.

Hubungan Kebertubuhan: Manusia, Alat, dan Pengalaman

Salah satu kontribusi paling signifikan dari Don Ihde adalah konsep "hubungan kebertubuhan" atau embodiment relation. Konsep ini mengacu pada cara di mana teknologi tidak hanya menjadi alat eksternal, tetapi juga menjadi bagian integral dari pengalaman manusia terhadap dunia. Sebagai contoh, penggunaan smartphone tidak hanya memungkinkan akses informasi yang cepat, tetapi juga secara langsung memengaruhi cara kita berkomunikasi, belajar, dan bahkan merasakan kehadiran sosial.

Dalam pandangan Ihde, hubungan kebertubuhan menggambarkan bagaimana teknologi "merasuki" tubuh dan pikiran manusia, membentuk pengalaman mereka secara fundamental. Ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi pemisahan yang tajam antara diri kita sebagai subjek dan alat sebagai objek, melainkan terjadi penyatuan yang mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia.

Teknologi sebagai Mediasi Kultural

Selain memahami teknologi sebagai alat individu, Don Ihde juga menyoroti aspek kultural dari penggunaan teknologi. Setiap alat teknologi tidak hanya berfungsi secara praktis, tetapi juga terjalin erat dengan konteks sosial dan budaya di mana ia digunakan. Misalnya, cara masyarakat mengadopsi dan menggunakan teknologi seperti media sosial tidak hanya mencerminkan preferensi pribadi, tetapi juga nilai-nilai kolektif dan norma-norma budaya yang ada.

Ihde mengajak kita untuk melihat teknologi tidak hanya dari perspektif fungsionalitasnya, tetapi juga dari dampaknya terhadap dinamika sosial dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi tidak hanya mengubah individu secara personal, tetapi juga membentuk pola-pola perilaku kolektif dan transformasi budaya yang lebih luas.

Kritik terhadap Determinisme Teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun